Pukul 2 dini hari..

Yang kutahu langit di luar sana sudah terlewat kelam. Bukan lagi ungu merona atau sekedar biru tua. Gelap. Hitam. Entah sudah berapa kali aku mengintip jendela hanya untuk melirik warna diluar sana, harap-harap segera berganti menjadi biru muda. Malam terasa dua kali lebih lama dari biasanya. Hari ini aku dilanda insomnia, lagi. Jarum jam di tanganku sudah mengarah ke angka 2 dini hari, tapi aku sama sekali belum mengantuk. 

Massa kelopak mataku serasa bertambah berat, tapi anehnya ia tak kunjung ingin terpejam. Saat seperti ini, menghitung domba pun tak ada guna rasanya. Apa mungkin ini karena dingin yang masih saja memelukku erat, seolah menembus setiap celah pori-poriku. Bahkan, empat lapisan baju hangat pun tak kunjung membuatku lebih baik. Aku masih menggigil ditengah lamunku.   

Entah ini memang karena cuaca dingin atau apa ini yang dinamakan jatuh cinta? Ah, sungguh tak adil rasanya jika cinta membuatku harus merelakan jam tidur sekian jam lamanya.. Tapi aku tetap gelisah. 

“Belum tidur, Kak? Mau saya buatkan teh?”, ucap seorang penjaga rumah tempatku tinggal. 

“Tidak. Tidak bi, terima kasih”, jawabku sambil tersenyum. 

Biasanya kopi menjadi teman setia yang menemaniku saat tetap terjaga, bukan teh, tapi tidak kali ini, aku ingin menikmati semuanya. Jantungku berdegup kencang dari sore kemarin, membayangkan bahwa aku telah jatuh cinta.. tidak, ini bukan cinta pada pandangan pertama, ini cinta pada pandangan ke sejuta.. Ah, sial! Wanita ini hampir saja membuat aku gila!








xx,
agistianggi


Cerita Flash Fiction ini diikutsertakan dalam #13HariNgeblogFF hari kedua dengan judul 'Pukul 2 dini hari'