Indonesian Street Food, Dari Mulut Turun ke Hati

Indonesia tercipta bersama sejuta pesona yang takkan pernah gagal menghipnotis siapa saja yang ada didalamnya. Cantiknya panorama alam, adat, budaya serta keanekaragaman makanan khas juga merupakan suatu kebanggaan yang dimiliki negeri kita tercinta ini. Untuk itu akan sulit rasanya menolak jatuh cinta pada Indonesia, sungguh..

Ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga ke Merauke di wilayah kepulauan negara Indonesia juga termasuk dengan berbagai suku bangsa dan etnis didalamnya membuktikan betapa kayanya Indonesia. Begitu juga dengan keanekaragaman makanan khas yang tidak terlepas dari letak geografis Indonesia, dimana seperti yang kita tahu bahwa dari ribuan pulau di Indonesia, banyak kota bahkan daerah-daerah diantaranya mempunyai makanan khas masing-masing yang unik dan siap untuk memanjakan lidah.

Wisata kuliner sendiri sebetulnya sudah populer dilakukan setiap orang saat berkunjung atau berlibur ke suatu tempat, tetapi menurut saya wisata kuliner di Indonesia justru jauh semakin populer semenjak adanya pemberitaan media, baik elektronik maupun cetak. Salah satunya adalah sebuah acara di stasiun televisi swasta yang dibawakan oleh pak Bondan Winarno. Dalam acara tersebut, beliau menjadi reporter kuliner dari satu kota ke kota yang lain, juga dari sebuah resto bintang lima sampai warung kaki lima. Acara tersebut juga membuka mata kita bahwa wisata kuliner Indonesia juga merupakan salah satu potensi wisata yang takkan pernah ada habisnya untuk dinikmati. Nah, siapa coba yang tidak kenal motto 'Poko'e maknyusssss'?!

Mau 'Enak Makan' atau 'Makan Enak'?
Kalau berbicara soal kuliner di Indonesia memang tidak akan pernah ada matinya. Mulai dari restaurant bintang lima sampai warung kaki lima sungguh sangat banyak sajian aneka ragam kuliner khas Indonesia yang patut untuk dicicipi. Lalu soal selanjutnya adalah mau 'enak makan' atau 'makan enak'? Enak makan disini maksudnya adalah tempat makan yang nyaman dan enak untuk kita menyantap makanannya. Mungkin kalau diibaratkan 'Enak Makan' ini identik dengan tempat yang mewah diiringi gemerlap lampu yang tentu memiliki budget harga tinggi. Sedangkan, 'Makan Enak' yang saya maksud adalah dimana kita mencari makanan yang enak tanpa memikirkan soal tempat.

Street food atau yang lebih sering disebut jajanan pinggir jalan atau jajanan jalanan identik dengan 'makan enak' ini. Street food memang lebih dikenal dengan tempat-tempat pinggir jalan, warung-warung tenda, atau bangunan semi-permanen yang kerap menjadi incaran satpol pp karena mendirikan bangunan tanpa ijin, dimana tempat-tempat ini bisa dikatakan sederhana. Tapi selain itu juga penjajak jajanan dengan gerobak dorong, mobil, sepeda dan sepeda motor juga dapat dikategorikan sebagai street food. Eits, tapi jangan salah, walalupun berada di lokasi yang sangat sederhana tidak jarang bahkan kita dapat merasakan masakan bintang lima dengan harga kaki lima. Ayo buktikan!

Bagi saya yang notabene merupakan warga Bandung, dimana banyak yang bilang kalau Bandung merupakan surganya wisata kuliner, mendapatkan kuliner ala street food alias jajanan pinggir jalan bukan lah hal yang sulit. Kenapa demikian? Karena disetiap sudut jalan terdapat jajanan kuliner bahkan dari setiap penjuru Nusantara yang enak dan sayang untuk dilewatkan. Bahkan pedagang jajanan yang menggunakan gerobak dan sepeda motor banyak ditemui berkeliling di kawasan perumahan atau mangkal di tempat-tempat keramaian seperti sekolah, kantor, masjid, pasar dan tempat lainnya. Jenis jualannya juga variatif, dominasi jajanannya seperti bakso, sate, siomay, batagor, nasi goreng, kupat tahu dan sebagainya. Belum lagi adanya semacam food festival atau festival kuliner tahunan yang seringkali diadakan, dimana para pengunjung biasanya sengaja datang untuk mencicipi makanan-makanan yang unik dan legendaris yang jarang bahkan sulit ditemukan kecuali ada event seperti ini.


Setiap akhir pekan, Bandung pasti diramaikan oleh kunjungan mobil dari berbagai kota di setiap ruas jalan. Selain terkenal dengan surga belanja, Bandung lebih terkenal karena kulinernya yang sangat beraneka ragam dan dijamin enak. Siapa pun yang pernah mencoba berwisata kuliner, pasti ketagihan. Puluhan food market,  Pujasera alias pusat jajanan serba ada dan tempat-tempat sejenis lainnya sangat mudah untuk dicari dimana para penjual aneka jajanan street food berkumpul di satu tempat. 
 
Selain itu disetiap akhir pekan, pasar minggu yang tumpah ruah juga diramaikan dengan riuh jajaran penjajak aneka wisata kuliner nusantara. Katakanlah, pasar minggu gasibu, metro, gede bage, dan yang paling populer sekarang adalah car free day dago yang dijadikan arena berburu kuliner Indonesia. Mulai dari soto betawi, gado-gado, gudeg, rawon, batagor, lumpia dan jenis makanan lain tersedia disini. Oh ya, bahkan pada car free day tidak hanya makanan khas Indonesia yang bisa kita jumpai, makanan dari luar negeri juga banyak dijajakan seperti spaghetti, burger, sushi, dan sebagainya.

Setiap orang mungkin mempunyai rekomendasi serta pendapat masing-masing mengenai wisata kuliner. Menurut pendapat saya, street food sendiri masih jadi primadona bagi para foodlovers alias pecinta kuliner. Rasa yang enak, harga terjangkau yang sesuai dengan isi dompet, tempat yang mudah dicari merupakan kriteria utama bagi para foodlovers. Bagaimanapun tidak bisa dipungkiri bahwa berbagai macam jenis masakan dengan harga terjangkau ditambah nikmat di lidah selalu menarik dan menggugah selera para pengunjung. 

Food Safety ala Street Food
Pada dasarnya makanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap hari. Prasyarat makanan yang hendak dikonsumsi diantaranya harus memenuhi kebutuhan zat gizi bagi tubuh, tidak menimbulkan penyakit dan memenuhi selera. Untuk hal yang terakhir, memenuhi selera, banyak yang beranggapan bahwa dengan mengkonsumsi makanan yang dijual pedagang kaki lima kebutuhan tersebut sudah terpenuhi, tapi dari segi keamanannya belum bisa dijamin.
 
Food safety atau keamanan makanan street food jelas diperlukan sebagai suatu upaya untuk mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kima atau benda lain yang dapat menggangu serta membahayakan kita sebagai penikmat makanan tersebut. Lokasi penjual street food yang berada di pinggir jalan memudahkan jajanan yang dijualnya bisa jadi tercemar polusi udara. Selain itu pengolahan serta penggunaan bahan tambahan makanan sintetis yang melebih standar harus menjadi perhatian kita sebelum menikmati sajian street food. Bagi saya yang merupakan pecinta kuliner jalanan, tidak dipungkiri bahwa harga yang murah serta kemudahan akses mendapatkan makanan dari penjual street food membuat saya seringkali menikmati masakan tanpa memperhatikan keamanan jajanan tesebut.

Adapun soal pemberitaan media massa soal makanan-makanan street food yang diberitakan beberapa waktu ini, dimana para pedagang atau oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menggunakan bahan-bahan berbahaya ke dalam produk/makanan jualannya untuk menekan biaya produksi serta meningkatkan pendapatannya. Lebih jauh, regulasi katanya merupakan faktor yang dituding turut berperan serta dalam peredaran dan pemakaian bahan tambahan makanan yang terlarang di tengah masyarakat. Tapi diluar itu semua, lemahnya penegakan sanksi terhadap pelaku ketika terjadi pelanggaran terhadap aturan yang seharusnya berlaku-lah yang jadi penyebab utamanya.

Menurut pandangan saya intinya begini, umpamanya kita suka sekali membaca buku. Nah, buku yang kita suka berbau romance, lalu saat kita pergi ke toko buku kita melihat cover buku yang bernuansa mistis, tentu buku itu kita hindari dan tidak kita beli. Sama halnya seperti kita memilih makanan, saat kita memilih untuk membeli jajanan dipinggir jalan setidaknya ada satu proses penting yaitu kita memilih tempat. Paling tidak, kita memperhatikannya. Kita memilahnya, kita melihat tempat mana yang kira-kira menyajikan dan menjual makanan-makanan yang terlihat bersih, sehat dan aman bagi tubuh kita. Proses memilih tempat ini penting, karena setelah memilih kita hanya akan memakan makanan yang kita anggap sehat.

Nah selanjutnya untuk menghindari bahaya dari makanan, pedagang dan konsumen harus sama-sama berhati-hati serta lebih memperhatikan masalah keamanan makanan. Kepedulian akan pentingnya hal ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan kepada para pedagang dan juga konsumen.

Saya sendiri setiap minggu pagi sangat antusias untuk pergi ke arena street food. Dengan mengunjungi arena-arena penjual makanan street food sebetulnya kita sudah bisa merasakan aneka kuliner nusantara. Kita tidak perlu jauh-jauh ke Yogyakarta untuk mencicipi gudeg, tidak perlu terbang ke Makassar untuk menikmati Cotto Makassar, tidak perlu menyebrang ke Madura untuk dapat memakan sate, tidak perlu ke Palembang hanya untuk menyantap mpek-mpek, tidak perlu ke Padang untuk merasakan Rendang yang bahkan rasanya sudah diakui menjadi makanan terenak di dunia dan aneka masakan lain dari berbagai penjuru daerah di Indonesia karena sekarang aneka jenis makanan ini bahkan bisa kita dapatkan dengan mudah diberbagai penjuru kota.

Tiada habisnya Indonesia membisikkan mantra mengundang para pecinta keindahan dan kehausan akan cita rasa makanan khas-nya. Panorama dan cita rasa makanan khas Indonesia sudah seperti candu, tak heran banyak orang yang rela pergi ke suatu daerah hanya untuk berwisata kuliner mencicipi makanan khas-nya dan selalu ingin kembali. Indonesian Street Food, dari mulut turun ke hati!
Selamat menikmati kelezatan wisata kuliner nusantara ala street food, foodlovers!

agistianggi

Jajanan Street Food Bola Ubi, Jalan ABC