Menyusuri Pantai Cantik di Bangka Hanya Dengan 100 Ribu? Bisa!

Travelling. Jalan-jalan. Refreshing. Atau entah apapun itu sebutannya bagi setiap orang pada dasarnya memiliki makna yang sama ...yaitu: l i b u r a n! Entah untuk sekedar bersenang-senang, menghabiskan waktu luang di akhir pekan atau melepas penat setelah bekerja seminggu penuh dari pagi hingga petang. Bagi saya, juga mungkin untuk kebanyakan orang, liburan sudah seperti suatu keharusan jika memang ada waktu, ada kesempatan dan tentunya ada uang. 


Bicara soal liburan dan uang, pasti orang yang gemar travelling tapi mempunyai budget minim tidak asing lagi dengan istilah backpacker-an atau 'ngegembel'. Biasanya sih prinsipnya yang penting pergi dulu, urusan nanti gimana disana yaaaa gimana nanti aja heheheh. Bermodal cerita dari Blog Jalan-Jalan atau buku wisata, lalu berangkatlahhh kita.

Dari pengalaman sebelumnya, saya pernah pergi ke Jogja bermodal nekat membeli tiket kereta api ekonomi seharga 50 ribu pp. Selanjutnya, sebelum berangkat saya menghubungi teman yang sekiranya bisa 'menemani' saya disana. Begitu pun waktu nekat pergi berlibur ke Lampung dari Prabumulih. Pokoknya, kalau nggak bermodal nekat kapan kita bakal berangkat? gitu sih biasanya mindset yang bikin berani buat pergi jauh-jauh :D

Nah, sekarang mau berbagi pengalaman soal liburan dengan budget minim nih.. Menyusuri Pantai cantik di pulau Bangka hanya dengan 100 ribu.

SERIUUUUUS?

Serius mah udah bubaaaaaar! Hihihi.

***


Jadi gini ceritanya, kalau ditanya paling enak pergi berlibur menggunakan transportasi apa? saya akan menjawab lebih suka berjalan-jalan menggunakan sepeda motor. Pertama, dengan sepeda motor terasa lebih enak rasanya untuk menjelajahi satu demi satu tempat yang bahkan jarang dikunjungi karena lokasinya agak tersembunyi. Kedua, berhubung kalau bicara soal transportasi umum di Pulau Bangka ini memang agak sedikit sulit, terlebih jika kita ingin backpacker-an.

Biasanya jika pergi touring naik sepeda motor ini niatnya sih hanya pergi ke salah satu objek wisata yang terkenal, tapi selanjutnya berjalan tanpa rencana mengikuti petunjuk arah panah ditengah perjalanan. Nahh! Ini justru kelebihannya. Menyenangkan dan penuh kejutan!

Perjalanan dimulai dari kota Pangkalpinang. Pertama kami pergi ke Pantai Pasir Padi yang berjarak hanya sekitar 8 km dari pusat kota. Pagi-pagi sekali di pantai ini airnya surut sehingga kita bisa berjalan-jalan hingga beberapa puluh meter ke tengah laut. Biaya masuk kesini hanya Rp. 3000 untuk sepeda motor, dan Rp 5000 untuk mobil. Dari sini juga kita bisa ke Pantai Tanjung Bunga yang lokasinya masih satu garis pantai dengan Pantai Pasir Padi hanya berjarak sekitar 10 menit saja dan tidak ada biaya masuk alias Gratis.


Di kawasan Pantai Tanjung Bunga juga terdapat sebuah Pura bernuansa Bali. Disini juga kita bisa masuk dan menikmati pemandangan, tidak dipungut biaya hanya saja ada kotak amal sukarela disana. Saya memasukkan uang Rp 5000. Disini kita bisa menikmati, berfoto-foto seolah sedang berada di Bali. Sungguh. Beberapa teman sempat tertipu saat saya memasang profile picture foto di lokasi ini dengan menyangka saya sedang berlibur di Bali. Aha!


Selanjutnya dari Pantai Tanjung Bunga kami melanjutkan perjalanan dari kota Pangkalpinang ke Sungailiat yang menghabiskan waktu kurang dari 1 jam perjalanan. Sebelum berangkat kami mengisi bahan bakar penuh dahulu sekitar Rp 20.000. Jalanan yang begitu lancar ditambah dengan struktur jalan yang mulus membuat perjalanan kami terasa menyenangkan dan tanpa hambatan. Lain halnya dengan Ibu Kota, kan?

Selama perjalanan menuju Pantai Tanjung Pesona kami melihat ada beberapa petunjuk arah menuju beberapa lokasi, yang kemudian kami tandai untuk dikunjungi kemudian. Akhirnya kami tiba di Pantai Tanjung Pesona. Pantai ini memang sudah terkelola dengan baik, tersedia penginapan dan aneka water sport disini. Biaya masuknya Rp.15.000 per orang saat weekend. Entah karena memang bukan musim libur, sangat sepi rasanya. Nah, setelah puas foto-foto dan menikmati suasana disini kami melanjutkan perjalanan lagi.



Saat mampir ke sebuah warung untuk membeli minuman, kami bertanya jika menyusuri jalanan ini kami akan tiba dimana dan kata ibu penjaga toko masih ada pantai dan vihara disana. Melaju lah lagi kami menyusuri jalan hingga melihat sebuah vihara dengan pemandangan yang membuat kami merasa -breathless-moment-banget- Ah, gila ini sih keren!

Dari jalanan kami melihat pemandangan birunya laut yang sangat cantik. Pantai Tikus, namanya. Untuk masuk kesini juga tidak dikenakan biaya, gratis tis tis, soalnya memang belum dikelola secara khusus seperti Pantai Tanjung Pesona ataupun Pantai Parai Tenggiri. Dari Pantai Tikus juga kami menyusuri lagi jalan hingga tiba di Pantai Gita. Tempat ini pun masih belum dikelola sehingga tidak dikenakan biaya untuk masuk.



Kami juga tidak melewatkan kesempatan untuk berkunjung ke Vihara Fa Thin San. Menikmati indahnya pemandangan sekitar dari Bukit sungguh sangat lain rasanya. Di Vihara ini terdapat sebuah patung Dewi Kuan Im, sedang didalamnya terdapat 3 buah patung Budha. Arsitektur Vihara ini sendiri menurut saya sangat bagus, walaupun masih belum selesai proses pembangunannya.


Setelah puas berkeliling, kami melanjutkan perjalanan ke arah pulang dengan niat untuk mengikuti petunjuk arah yang ada sepanjang jalan. Hingga sebuah tulisan bertuliskan Pantai Teluk Uber membawa (lagi) kami untuk berjalan-jalan kesana. Nah, di pantai ini dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 5000 saja satu motor. Disini memang terbilang sudah tersedia fasilitas toilet umum hingga tempat makan, dan mungkin selain harga murah juga pantai ini cukup ramai pengunjungnya. 


Daaaaaan, terakhir kami menemukan petujuk arah bertuliskan Pantai Rambak. Pergilah lagi kami mengikuti petunjuk arah tersebut. Awalnya sempat kaget juga karena jalannya masih berupa tanah dan berdebu, sehingga membuat saya sempat berpikir pasti tempatnya tidak terlalu bagus. Eits, tapi ternyata salah, diantara pantai yang lain justru pantai ini lah yang paling ramai juga paling enak untuk dipakai berenang menurut saya. Untuk masuk ke Pantai Rambak dikenakan biaya Rp 5.000 per motor.

Pantainya putih dan halus kayak tepung terigu saking halusnya. Aaaaaak, kereeeen! Cuma itu kata yang saya ulang berulang-ulang saat berada disana. Perpaduan antara pasir putih, air laut yang tenang dan batu-batu raksasa menjadi suatu keindahan sempurna rasanya. Sayangnya karena memang hanya berniat jalan-jalan, kami tidak membawa pakaian ganti untuk berenang.



Tumpukan batu raksasa juga membuat saya nekat untuk mendadak menapaki bebatuan dengan perlahan dan hati-hati, karena jika lengah sedikit mungkin akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Cedera atau hal lain, misalnya. Dan perjuangan naik ke atas batu raksasa itu sepadan dengan pemandangan yang terlihat dari atas sana.

Birunya lautan, pemandangan tumpukan bebatuan raksasa, hingga suara debur ombak yang menabrak karang membuat saya kian sadar indahnya ciptaan Tuhan.

Akhirnya, setelah puas rasanya berkeliling seharian, kami memutuskan untuk pulang. Tapi sebelumnya kami menyempatkan untuk makan di rumah makan padang, dengan satu porsi nasi ayam seharga Rp. 15.000. Total pengeluaran jalan-jalan seharian hari itu sekitar Rp. 68.000. Oya, lupa ditambah isi bensin untuk pulang Rp. 20.000 jadi total Rp. 88.000 saja. Dan pulang pulang kami merasakan sesungguhnya yang namanya Hati Senang, Perut Kenyang, Kantong Amaaaaaan~. hehehe

***

Jadi, dalam sehari kami bisa berjalan-jalan mengitari 9 objek wisata dengan biaya yang bahkan tidak sampai 100 Ribu. Ini sih yang paling saya suka jika berjalan-jalan menggunakan sepeda motor, bisa kesana kemari, melihat petunjuk arah dan jalan tanpa tujuan awal! Wohoooo!

Jadi, jalan-jalan, yuk? ;)






Nb: Kalau ada teman-teman blogger yang mau main ke Pulau Bangka, saya siap jadi Travel Consultant atau jika memungkinkan jadi Travel Guide dadakan hehe