#2 || Pantai Romodong dan Cerita di Balik Dua Batu Raksasa

Semenjak tinggal di pulau yang penuh dengan kawasan wisata, main ke pantai bagi saya bukan lagi liburan sebutannya, tapi cuma sebatas jalan-jalan aja. Mungkin sedikit jenuh juga kali ya, berhubung transportasi yang minim dan tempat hiburan yang 'itu-itu' aja. Karena biasanya yang namanya liburan itu go somewhere out there, get lost and suddenly in the middle of nowhere-gitu hahaha.

Nah, jalan-jalan kali ini sebetulnya agak mendadak karena ada yang mau ngasih surprise datang tiba-tiba tapi gagal lantaran keburu panik denger saya beli tiket balik ke Bandung, krik!


***

Jumat pagi saya membawa sepeda motor saya menuju bandara Depati Amir. Setelah menunggu beberapa lama, senyum kami bertemu ketika dia keluar dari pintu kedatangan. Seperti biasanya.

Sebetulnya dia bilang dari awal agar saya membuat itinerary rinci tempat-tempat yang bisa kami kunjungi saat dia kemari, seperti yang dia lakukan ketika saya mengunjunginya di Surabaya beberapa tahun lalu. Tapi, berhubung lebih suka hal-hal yang sifatnya spontan jadilah semua acara dibuatnya dadakan *alasan* ha!. Biar lebih seru aja sik.

Di hari kedua. Akhirnya kami putuskan untuk pergi ke Belinyu, salah satu kota di ujung kepulauan Bangka. Perjalanan kemari sendiri membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Lucu aja sih liat ekspresi dia yang masih keliatan excited dari awal sampai di Bangka, liat jalanan yang sepi, nggak ada yang namanya macet, ngomentari bahasa orang-orang yang agak ke-melayu-melayuan, dan aneka ocehan cerewetnya sepanjang perjalanan.


Setelah hampir 2 jam perjalanan dia terus tanya 'masih jauh nggak sih? masih jauh nggak sih?' hahaha saya sih bilang paling 10 menit lagi, padahal mah lumayan juga perjalanannya. Jadi, tujuan kami ke Pantai Romodong, Pantai Penyusuk terus nyebrang ke Pulau Putri.

Sebelum sampai di Pantai Romodong, dia sempat berhenti di salah satu tempat bekas galian timah. Sayang banget memang ekploitasi timah di kepulauan ini dari jaman dulu nggak seiring dengan perbaikan agar alamnya nggak rusak. Di banyak tempat di kepulauan ini, jika sedang berada diatas pesawat bisa dilihat bahwa banyak sekali bekas galian timah yang dibiarkan gitu aja.

Akhirnya, setelah perjalanan panjang nan sepi kendaraan pagi itu kami sampai di kawasan Pantai Romodong. Sebelum masuk pantai, kami disambut dengan adanya 2 batu raksasa yang seolah menyerupai kepala ikan paus! Wohoo!




Sebelumnya saya kemari sih ada semacam biaya retribusi yang dipungut oleh masyarakat setempat sekitar 5 ribu, Liburan ke Pulau Bangka ini sebetulnya murah dari segi objek wisata, tapi sayangnya nggak cocok bagi yang suka backpackeran soalnya transportasi umum disini minim sekali. Dan akhirnya banyak yang memilih rental mobil untuk berkeliling.

Sampai di pantai ternyata masih sangat sepi, jadinya berasa private beach, saking sepinya. Baru kali ini sih ke Pantai pagi dan ternyata air lautnya lagi surut dan jadinya bagus sebagus bagusnya. Sampai kira-kira 30 meteran dari pinggir pantai, air lautnya masih dangkal kurang dari selutut orang dewasa.

Pas disini juga kami bisa melihat para nelayan yang masih mencari ikan. Mereka berjalan jauh hampir ke tengah laut tapi dalamnya hanya sebatas perut.




Saking paginya, di pinggiran pantai saya masih bisa lihat kepiting-kepiting kecil lari-larian keluar lubang menuju ke pantai. Dan saat saya mendekat mereka kabur kesana-kemari cari tempat aman seolah menghindar dari ancaman.

Ini kali ketiga saya kemari, tapi pemandangan kali ini jauh lebih indah dari terakhir kali saya kemari rasanya.


Ini salah satu kapal pengeruk timah yang ada di pesisir pantai. 

Setelah puas menikmati pemandangan foto-foto di Pantai Romodong ini. Kami duduk disalah satu kursi kayu dibawah pohon kelapa, sedikit bercerita soal bagaimana pekerjaan saya, pekerjaan dia, cerita keseharian, dan beberapa potongan cerita lainnya sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan lagi untuk berkeliling.*



Pangkalpinang, 02 Mei 2015
Tiba-tiba kangen sekali menulis setiap cerita di blog ini..

***





*) Terima kasih ya sudah berkunjung kesini, mewujudkan afirmasi saya beberapa bulan lalu  kamu kesini bulan mei tahun ini. Walau kamu sempat bilang saya nggak terlalu terlihat senang atas kedatangan kamu, seharusnya kamu tahu apa arti senyum pertama saat saya lihat kamu pertama kali di Bandara.