Tanjung Benoa, Surganya Permainan Pantai!

Hari kedua aku berencana untuk mengitari bagian Selatan Bali. Selesai sarapan aku menyetel maps dari Kuta ke arah Tanjung Benoa. Setelah sebelumnya sempat browsing tentang parasailing, katanya di tempat inilah surganya permainan pantai berada. Namun karena ragu aku nggak jadi pesan tiket online walaupun tertera harga diskon yang lumayan besar. Bukan takut, cuma bingung aja nanti taro tas dan perabotan lainnya dimana, berhubung emang riweuh banget pula.

Pagi itu jalanan Kuta sampai arah Tol dan menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai cukup padat. Pertama, mungkin memang karena jam pergi kantor, kedua mengingat Bali udah jadi destinasi wisata yang populer sekali dan ketiga mungkin memang biasanya seperti itu hehe. Awalnya sempat ragu saat GPS memberi informasi untuk lurus terus sedangkan arahnya sendiri berbelok kiri lewat jalan Tol. Akhirnya nekat belok kiri masuk tol ngikutin para pengendara lain, rasanya excited banget pas masuk tol dengan pemandangan laut, kapal dan hutan mangrove bergantian sepanjang jalan. 

Sayangnya karena sendiri nggak berani untuk sekedar berhenti sebentar terus foto-foto, selain norak (haha!) karena namanya jalan tol, angin kencang juga jadi bikin agak was-was. Kalau diperhatikan juga ada banyak rambu yang dipasang untuk keamanan berkendara di jalan tol ini. Seperti "Dilarang Menarik Kendaraan di Jalan Tol', 'Dilarang Membawa Penumpang dalam Bak Terbuka', 'Hati-Hati Angin Kencang Dari Samping' dan beberapa rambu lain sepanjang jalan. 

Dan akhirnya.. Selamat Datang di Kawasan Tanjung Benoa!



Dari arah tol sebelumnya sempat berputar arah, karena salah jalan. Berbeda dengan kawasan pantai Kuta, Seminyak dan Jimbaran, kawasan Tanjung Benoa ini bisa dibilang sangat sepi. Di sepanjang jalan menuju kawasan pantai berjejer restaurant, hotel dan resort yang keliatannya sih bintang plus plus plus.

Di Tanjung Benoa ini nggak ada kawasan pantai terbuka rasanya. Jadi kalau mau masuk pantai harus masuk salah satu restaurant atau resort yang ada disepanjang pantai dulu. Sempat juga mengikuti arah jalan sampai mentok, aku kemudian sampai di ujung dermaga dan pemukiman penduduk setempat. Pagi itu sekitar jam 9 WITA, para penduduk yang kulihat sedang sibuk mengganti 'sesajen' (aku nggak tau apa sebutannya) yang mereka simpan dihalaman depan rumahnya.


Begitu masuk kawasan pantai, deretan perahu nelayan, banana boat, speed boat, parasailing dan aneka watersport lain lengkap sekali disini. Awalnya sempat kekeuh ingin coba parasailing, tapi kemudian mengurunkan niat yang akhirnya disesali begitu meninggalkan kawasan haha neng neng! Aku sempat ngobrol dengan mbak-mbak restaurant disana. Katanya biaya parasailing hanya 150ribuan dalam waktu sekitar 5 menitan atau 3 kali putaran. 





Lucu ya. Jika diibaratkan permainan parasailing ini, kita kerap memimpikan sesuatu yang indah, sesuatu yang tinggi, berusaha keras memperjuangkannya, tapi kemudian kita disadarkan bahwa mimpi nggak harus selalu indah. Semakin tinggi harapan, makan semakin besar kemungkinan akan kecewa akan harapan tersebut, semakin besar juga kemungkinan untuk jatuh karenanya. Salah satu cara menghindari rasa sakit akibat jatuh dalan dengan mempersiapkan parasut sebelum terjatuh, katanya.

Puas berjalan-jalan di Tanjung Benoa, minum satu gelas jus strawberry float, dan satu porsi kentang goreng aku membayar ke kasir lalu mulai berjalan lagi. Masih banyak tempat lain yang harus dijelajahi di Bali. Yuhuuu!



Go fly high, gis. Don't afraid to fall, God will catch you! :)
Bali, Agustus 2015