The Story Begin From Here, Hello Bali!

Udara dingin Bandung pagi itu terasa dua kali lebih dingin dari biasanya. Perjalanan Bangka-Jakarta-Bandung malam sebelumnya masih terasa melelahkan dan baru sampai sekitar pukul 11 malam, belum lagi tidur yang terasa setengah sadar karena takut kesiangan bangun mengingat aku harus mengejar jadwal pesawat pagi menuju Bali. Sesampainya di Bandara Husein Sastranegara aku berpamitan pada Papa.

Saat berada di check-in counter aku sempat senyum-senyum sendiri membayangkan bahwa hari ini akhirnya datang juga. Mulai flashback di awal tahun lalu saat aku menuliskan Bali jadi salah satu tempat yang harus aku datangi tahun ini. Lalu entah bagaimana caranya Allah menuntun aku hingga hal ini bisa terwujud. Berawal dari iseng ikut sebuah kompetisi menulis di website harian Jabartoday, H-1 aku mengirimkan tulisan yang aku pikir sangat seadanya. Nothing to lose. Memang nggak banyak berharap, lagi pula hadiah utamanya tiket PP Bandung-Batam. Hingga akhirnya sebuah email masuk menginformasikan bahwa aku jadi pemenang utama dengan hadiah tiket PP Garuda Indonesia Bandung-Bali. Aku yakin ini bukan kebetulan sih, semua udah ada yang ngatur. Siapa yang nyangka hadiah utama yang dari awal diumumkan Batam-Bandung justru diganti Bandung-Bali. Ah, rasanya luar biasa senang sekali, bahkan lebih dari itu. 

Ini kali pertama aku solo-travelling. Sebetulnya salah seorang teman, Asti, awalnya berencana ikut bahkan sudah beli tiket kereta dari comal-Surabaya dan tiket pesawat Surabaya-Bali. Tapi, karena satu dan lain hal akhirnya dia batal pergi. Awalnya aku juga sempat ragu, berani nggak yah, nanti gimana yah, dan bla bla bla.. tapi inget lagi sih kalau kesempatan kadang nggak datang dua kali. Soooo, here we go and the story begin from here.




Suara dari pengeras suara menyebutkan bahwa pesawat yang mau aku tumpangi ke Bali sudah boarding. 06.35 WIB pesawat take off. Bandung-Bali membutuhkan waktu hanya 2 jam saja, tapi saat sampai di Bali sudah pukul 09.30 WITA, Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, Bali!

Setibanya di Bandara dan mengambil bagasi, sempat ada satu kejadian odong banget yang terjadi memang. Aku keluar terminal kedatangan cuma membawa satu tas selempang, sedangkan tas dorong yang isinya baju dan peralatan lain malahan ditinggal di toilet. Pas baru sadar itu lihat orang-orang yang bawaanya rempong bawa dua tiga tas dan koper, baru ingetlah disitu kalau tas aku kemana dan buru-buru lari ke toilet lagi. Duh, neng!

Selama di Bali aku menyewa sepeda motor untuk pergi kesana kemari. Jadi, sekitar satu minggu sebelum keberangkatan aku mencari info soal tempat penyewaan motor. Setelah browsing kesana kesini akhirnya sampai di website LagunaTrip. Akhirnya aku email soal maksud untuk nyewa motor dan responnya cepat sekali oleh Mbak Meliza Maria. Awalnya diminta data diri lengkap, tanggal keberangkatan dan kepulangan, jam keberangkatan dan jam pulang setelahnya, juga nama hotel tempat kita tinggal selama di Bali. Eh, alhamdulillahnya dapet penyewa motor yang luar biasa baik, namanya Pak Made. Sewa motor selama 4 hari 3 malam itu totalnya 180 ribu.

Kami janjian bertemu didepan Solaria *ecie* hahaha dan pertama ketemu agak kaget sih karena orangnya diluar bayangan. Kirain ala ala Bli-nya Bali yang kurus tinggi pake baju putih sama topi khasnya hehe. Pak Made sendiri ramah banget, dia juga kaget saat tau ternyata aku ke Bali sendirian. 'Kok berani sekali', katanya. Aku cuma nyengir-nyengir kuda sambil sedikit cerita bagaimana bisa sampai kesana. Awalnya dia minta 'numpang' sampai halte terdekat untuk naik bis kerumahnya, tapi aku bilang yaudah aku anterin aja sekalian nunggu jam check-in hotel dan jalan-jalan ke daerah Sanur. Romantis, kan?! Ha! Saking baiknya dia nawarin makan dulu sebagai jamuan dan katanya gratis, wih. Jadi sepanjang jalan kami saling cerita banyak ngalor ngidul, dia juga ngasih info tentang tempat-tempat mana aja yang bisa saja datangi dalam 4 hari kedepan.


Pantai Sanur
Sebelum tiba di Pantai Sanur sempat ditunjukkan beberapa tempat wisata, salah satunya tempat pelestarian hutan Magrove, di arah ruas kanan jalan arah Sanur. Eh nggak jauh dari situ ada razia. Deg! Pak Made dengan santainya nunjukkin SIM dan STNK. Aku yang panik berhubung nggak punya SIM C, tapi Pak Made dengan santainya bilang 'Tenang aja' jadilah sosoan santai. Eh taunya sepulang dari arah rumah Pak Made gerombolan polisi tadi razia lagi di jalan yang berbeda hahaha karena bingung akhirnya melipir dipinggir jalan makan es cendol yang ternyata akangnya orang Sumedang.

Jalanan Sanur cukup ramai. Di ruas kiri kanan jalan penuh aneka pertokoan, cafe, resto, penginapan, bule, bule dan bule lagi. Akhirnya sampai juga di Pantai Sanur dan masuknya gratis karena Pak Made kenal sama penjaga pantainya hehe. Sempat foto-foto kelilingan juga di pantai dan Pak Made menawarkan diri jadi tukang foto dadakan. Puas berkeliling akhirnya kami ke arah rumah Pak Made. Sempat mampir walaupun nggak lama, lalu aku berpamitan untuk selanjutnya pergi ke Hotel.

Rumah Pak Made
Sebetulnya sepanjang perjalanan dengan Pak Made otakku rada pusing, membagi konsentrasi untuk melakukan beberapa hal bersama-sama, mendengar obrolan Pak Made dan menghapal jalan untuk pulang, dan baru seperempat jalan menyerah karena benar-benar lupa jalan pulangnya. Akhirnya ngeluarin handphone, buka google maps dan pasang headset.

Kalau dibilang Solo-Backpacker ke Bali sih aku nggak setuju, lebih enak dibilang Solo-Traveling aja. Soalnya aku nginep di hotel dan nggak bawa ransel tapi koper. Hotel The Sunset sendiri aku dapat dengan harga super super murah, selama 4 hari 3 malam biaya hotel hanya 520 ribu. Kalau istilah sunda-nya mah 'lagi ngabubungah diri' berhubung lagi menikmati pertambahan usia. Jadi, semuanya dimulai dari sini.. because every end is the new beginning, katanya. Setelah sebelumnya kacau sejadi-jadinya, Bali jadi titik awal untuk memulai semuanya janjiku pada diri sendiri.

Aku suka sekali salah satu tulisan Pak Jamil Azzaini yang dalam beberapa bulan kebelakang ini memang rutin aku baca dalam keseharian. Selain banyak pengingat juga sebagai motivasi diri. Katanya, 'Kesibukan itu melenakan. Kesibukan tak terkendali itu menurunkan taraf kebahagiaan. Maka agar kamu tak diperbudak dunia, lakukanlah jeda secara berkala. Jeda harianmu adalah sholat dan doa. Jeda berkalamu nikmati kebersamaanmu bersama keluarga. Selebihnya, belajarlah memahami dan mengenal dirimu terlebih dahulu. Belajar cintai dirimu sendiri dulu.' Sama seperti bagaimana Allah menuntunku kemari, aku yakin jalan ceritaNya jauh lebih indah dari inginku.


...dan Bali, aku siap!



Cheer up, Anggi Agistia! *Cheers*