PULAU LENGKUAS; SYARAT SAH LIBURAN KE BELITUNG!


Satu hal yang saya sadari setelah berlibur dari Pulau Belitung beberapa waktu lalu, bahwa walaupun berada dalam kepulauan yang sama dengan Bangka tapi mempunyai karakteristik pantai yang sedikit berbeda. Belitung juga dapat dikatakan tidak terlampau besar seperti halnya Bangka dan masih nyaman untuk di explore dengan menggunakan sepeda motor dalam waktu seharian menurut saya.

Beberapa teman sempat menanyakan perihal travel agent untuk berlibur ke Belitung, tapi saran saya sih nggak perlu menggunakan travel agent juga liburan kemari terbilang mudah. Destinasi-destinasi utama di Pulau Belitung bahkan bisa dijelajahi dalam satu hari, dengan catatan waktu yang diatur terbatas. Nah, selepas dari Pantai Tanjung Tinggi sebelumnya, saya dan nope melanjutkan jalan-jalan ke Pantai Tanjung Kelayang. Tujuannya nggak lain adalah untuk bisa menyebrang ke Pulau Lengkuas. Belum afdol ke Belitung kalau belum menginjakkan kaki ditempat ini, katanya.

Sesampainya di Pantai Tanjung Kelayang, kami sempat kebingungan karena ternyata cukup sulit untuk menemukan 'partner' menyebrang ke Pulau Lengkuas. Kebanyakan yang datang hari itu rombongan family gathering sebuah perusahaan atau adapun sudah menggunakan travel agent, sisanya terlihat ogah-ogahan untuk menerima kami bergabung. Sadly. Masalahnya satu perahu kalau cuma berdua jatuhnya sangat mahal. Saat tengah putus asa tiba-tiba ada sebuah mobil yang datang dan menawar-nawar harga untuk nyebrang, dan nope dengan wajah optimis juga sedikit memelas meminta ijin untuk ikut dalam rombongan haha untungnya Ibu-Ibu rombongan dari Jakarta ini sepertinya iba sama kami! Horay!


Kalau nggak salah ingat waktu itu setiap orang kena biaya 75 ribu untuk perahu dan 50 ribu untuk pelampung dan alat snorkeling. Dan berhubung para ibu-ibu sosialita ini mayoritas niat kemari hanya untuk naik mercusuar, hanya satu orang yang ikut kami untuk snorkeling. 

Sayangnya cuaca hari itu sangat mendung. Walaupun sempat beberapa kali panas terik, disusul mendung dan awan hitam yang seolah kejar-kejaran. Agak ngeri juga sih, khawatir pas saatnya snorkeling malah hujan diiringi angin kencang kan bahaya juga. Nah, seharusnya saat menuju Pulau Lengkuas kami mampir dulu di Pulau Pasir. Pulau yang terkenal dengan foto-foto orang selfie dengan bintang laut dengan ukuran cukup besar. Nah itu dia! Lagi-lagi sayangnya saat itu air sedang pasang, jadi pulau pasirnya terendam air laut. 



Selain Pulau Pasir, ada satu lagi sebetulnya tempat yang bisa didatangi yaitu Pulau Burung. Jadi dari kejauhan sempat melihat hal menarik dimana di tengah laut terdapat susunan batu yang terlihat seperti kepala burung. Dari informasi yang disampaikan bapak pemilik perahu, waktu terbaik untuk berwisata ke Belitung antara bulan April hingga Juli. Pada saat itu air laut cenderung tenang sehingga para pengunjung bisa lebih menikmati Belitung 'seutuhnya'. 

Setelah hampir 20 menit perjalanan laut dari Pantai Tanjung Kelayang, akhirnya kami mendarat di Pulau Lengkuas. Sempat bertukar nomor handphone dengan rombongan lain supaya lebih mudah untuk berkomunikasi jika sudah puas berjalan-jalan di pulau ini. 



'Gis ayoook kesana' atau 'Gis, kita belum foto loncat disini' adalah salah dua dari sekian banyak percakapan saya dengan nope selama berlibur kali ini. Nyatanya memang cuaca mendung sama sekali nggak membuat semangat kami redup seperti langit hari itu, cie! Dan kali ini fotonya sampai 500an karena kami belum berhasil mendapatkan hasil foto loncat yang memuaskan.

Awalnya sempat mau berenang-renang dulu dipinggiran pantai, alasannya karena nope nggak bisa berenang jadi minta diajarin dulu sebelum nantinya snorkeling ditengah laut. Tapi setelah dipikir ulang, akhirnya kami memutuskan untuk naik ke Mercusuar dulu daripada naik dengan keadaan pakaian basah dan kurang nyaman.

Pulau Lengkuas seolah jadi tempat wajib saat berlibur ke Belitung memang. Nah, di Pulau ini berdiri tegak menara mercusuar yang dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1882. Mercusuar berfungsi sebagai pemandu kapal yang masuk dan keluar melalui palayaran laut Tanjung Binga dan sekitarnya, tapi saya nggak sempat bertanya apakah mercusuar ini masih digunakan sesuai dengan fungsinya.





Untuk naik ke mercusuar ini setiap pengunjung dikenakan biaya retribusi sebesar 5 ribu rupiah. Sebelum masuk pengunjung juga diminta untuk melepaskan alas kaki dan membersihkannya dengan alat yang bentuknya semacam spons untuk membersihkan sisa-sisa pasir. Mungkin hal ini dilakukan agar mercusuar dapat lebih terjaga kebersihannya. Kalau dipikir-pikir iya juga sih, dengan ketinggian sekitar 70 meter, 18 lantai dengan 20 anak tangga setiap lantainya, siapa juga yang bersedia ngepel tiap hari, kan? :D

Tips untuk yang hendak menaiki mercusuar ini: 
  1. Harus memiliki kondisi fisik yang baik,
  2. Harus memiliki niat dan tekad yang bulat,
  3. Siapkan air minum sebagai pendamping perjalanan menuju puncak,
  4. Mulai dari langkah pertama,
  5. Saat mulai menaiki satu per satu anak tangga saya sih sarankan jangan banyak bicara, lebih baik lebih banyak berdoa, masyaAllah :p
  6. Kalau memang nggak kuat lebih baik jangan dipaksakan dan lambaikan tangan ke kamera *loh





Rasa lelah, letih, lesu dan pegal yang terasa saat menaiki anak tangga akan hilang saat tiba diatas. Panorama laut yang disuguhkan terlihat sangat menakjubkan. Walaupun sempat mendung, nggak lama kemudian tiba-tiba awan hitam berangsur hilang dan digantikan panas terik matahari. Nah, justru saat terik-teriknya matahari inilah pemandangan laut yang hijau tosca terlihat dua kali lebih cantik dan memukau.

Ukuran mercusuar yang tidak terlampau besar membuat kami dan pengunjung lain tidak bisa berlama-lama disana, berhubung masih banyak pengunjung lain yang juga ingin menikmati pemandangan dari atas sini. Setelah melepas lelah, melamun sejenak, selfie ala ala, dan mengambil foto yang tiada henti akhirnya kami bergegas turun karena kebetulan rombongan lain sudah menelpon untuk kembali ke perahu.





Ternyata spot snorkeling tidak jauh dari pulau Lengkuas, masih disekitaran pulau tersebut juga. Setelah mengencangkan pelampung, memasang alat snorkle, dan mengucap basmallah, saya langsung terjung bebas ke laut. Sebetulnya ingin lepas pelampung supaya lebih nyaman, tapi melihat angin yang cukup kencang berimbas kepada ombak lautan juga akhirnya mengurungkan niat itu. Safety first, kalau anak K3 bilang mah.

Sempat dibikin kewalahan juga karena nope yang nggak bisa berenang jadinya kami dorong-dorongan dulu. Akhirnya bapak perahu menurunkan ban untuk membantu nope berenang. Rombongan lain yang nggak ikut turun hanya menikmati pemandangan dari atas perahu sembari melempari remahan kue yang sebelumnya kami beli di pantai Tanjung Kelayang. Nah begitu remahan jatuh dipermukaan air para ikan langsung menyerbu. Ah, lucunya!

Satu hal sih yang membuat saya sedih liburan kali ini. Berhubung nope nggak bisa berenang, lantas ibu-ibu yang ikut kami snorkeling pun nggak bawa kamera underwater, saya jadi satu-satunya yang memegang kamera dan memotret mereka. Beberapa kali nope mencoba mengambil foto saya saat berada didalam air tapi hasilnya gagal, kalau nggak blur, buram atau bahkan entah apa objek yang diambilnya :|



Cuaca yang sebetulnya kurang mendukung saat itu membuat liburan kami rasanya ada yang kurang, kurang puas, kurang greget, walaupun tetap saja menyenangkan. Mungkin juga ini pertanda bahwa saya harus berkunjung ke Belitung lagi untuk menikmatinya secara 'utuh' dan menjelajahi lebih banyak destinasi lain yang ada disini. 


Bangka. 13th March, 2016
It's been a long time since the day we met, 
...and a lot of things has changed :)