SEKILAS TENTANG JODOH


Saat tiba dirumah akhir Maret lalu saya diberi sebuah paket dari salah seorang teman yang dikirimnya dari pulau nan jauh di seberang sana ke alamat rumah. Dan saat dibuka, buku ini menjadi salah satu isi didalamnya.. Buku Jodoh.. hmm. Entah apa maksudnya tapi saya haturkan terima kasih atas 'niat baiknya'.

“Key, hidup harus terus diteruskan. Lingkaran waktu harus terus berputar. Dan, meski aku tak ingin pergi dan kamu tak ingin aku pergi, hidup sering kali harus dilanjutkan dengan cara yang tak kita inginkan.”

Kalimat ini saya kutip dari novel Jodoh karya Fahd Pahdepie. Kalimat ini bukan kutipan yang paling saya suka memang, karena rasanya di setiap halaman terdapat banyak 'kata ajaib'. Dan jika harus menulis kutipan favorit dari novel ini, bisa-bisa saya menyalin setengah isi buku.

Saya percaya bahwa jatuh cinta adalah suatu proses alamiah yang terjadi antara dua orang, bisa jadi dirasakan langsung atau bisa jadi pula mengalir begitu saja. Semacam saat kamu merasa jatuh cinta dan ketika orang lain bertanya kenapa, kamu hanya bisa menggelengkan kepala. Itu saja. Sederhana.

Pada novel ini saya dibuat jatuh cinta pada kelihaian penulis dalam menyulap satu adegan sederhana menjadi satu peristiwa yang layak untuk sejenak direnungkan secara serius. Bukan novel teenlit ala ala galau anak muda, novel ini dalam satu waktu membuat saya menganggukan kepala sedang di waktu lain membuat saya menarik nafas panjang. Penggambaran adegan-adegan konyol dan aneh saat orang merasakan jatuh cinta juga sesekali membuat saya tertawa, mengenang betapa dulu saya juga pernah melewati masa-masa serupa. 

Ditengah 'gempuran' pertanyaan maupun pernyataan klasik soal jodoh, bagaimanapun, suka tidak suka, pernyataan ini saya yakini bahwa jodoh adalah cerminan diri. Ia bukan hanya perkara cinta, lebih dari itu, kita akan menghabiskan sisa waktu hidup bersamanya. Jadi, jangan terburu-buru, kamu sedang tidak berada di pacuan kuda, tidak pula sedang berlomba.

Saya tidak lagi ingin menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya untuk sekedar saling mengenal, karena memang itu tidak menjamin apa-apa, jadi lebih baik saat ini membangun kesiapan untuk menerima. Siap dalam arti bahwa didalam diri kita ada jiwa yang begitu lapang, yang siap menampung berbagai cerita, mimpi, amarah, keluh, kesah dan segalanya. Karena kelak, jika besok atau lusa keinginan untuk membuka hati sudah datang, bisa dipastikan itu karena saya jatuh hati pada cara dia berpikir, pada cara dia meramu hari kedepan, bukan sekedar perhatian-perhatian yang tanpa diingatkan pun pasti dilakukan.

Jadi ingat salah satu pesan Aa Fadli, Jodoh kita adalah cerminan dari diri kita, ketika kita menginginkan jodoh kita orang baik, tentunya usaha yang paling ampun dalah perbaiki dulu kita, kembali lagi yakin bahwa orang baik adalah jodohnya orang baik. Dekatkan diri kita kepada sang pemilik orang baik itu, dekatkan diri dengan Doa, yakinkan hati kita dengan istikhoroh. Yakin bahwa setiap perkara manusia ketika semuanya diserahkan, dipasrahkan kepadaNya, pasti hasilnya akan jauh jauh dan jauh lebih barokah dan berkah. Usaha pasti, sholat hajat setiap hari, yakin kalau kita tidak akan pernah rugi ketika semuanya diniati karena Dia semata. Karena sungguh, Dia tidak akan pernah mengecewakan siapapun. Termasuk, kamu.

Akhir kata, kisah dalam novel ini telah mengantar saya pada kesimpulan bahwa, pada tataran yang paling realistis, semacam rezeki yang sudah tertakar pun begitu pula dengan jodoh yang tidak akan tertukar. Insha Allah :)



Ah, sudah malam ternyata, ikan bobok! Ciao!
Bangka; 12-04-16; 23:44 WIBB




*) Ditengah ke-sok-sibukan harian yang hanya berkutat seputaran kosan-kantor-kosan-kantor hingga larut malam, saya haturkan maaf karena masih banyak 'PR' dan event komunitas yang terlewatkan dalam dua minggu ini. Sungkemmm. Mudah-mudahan minggu ini sudah bisa dicicil ya.