MENUJU BAIK ITU BAIK



Dalam beberapa bulan kebelakang ini rasanya saya terlalu banyak 'dikejutkan' dengan hal-hal yang cukup mengejutkan. Tidak ada yang namanya kebetulan. Pun dengan hal ini, pasti Allah sudah punya sebuah misi khusus untuk saya. Untuk kembali belajar, atau memberi pelajaran, untuk tidak terlampau lalai. 

Salahnya adalah ekspektasi saya terlampau tinggi ataupun harapan saya kelewat banyak. Padahal sebesar apa kita boleh berharap? Sebesar kapasitas hati kita untuk menampung rasa kecewa, kan? Ini yang selalu saya sesali kepada diri sendiri, tidak pernah belajar dari pengalaman.

Kecewa. Ya. Semacam sakit yang tak kunjung sembuh atau justru kecewa yang berulang kambuh. Semacam itulah.  

Ada hal-hal yang mungkin kita suka, tapi tidak dengan apa yang orang lain pikirkan. Well, dalam beberapa hal belajar mengabaikan pendapat orang boleh dilakukan, tapi dalam beberapa hal lain pendapat orang lain bisa jadi parameter kita dalam melakukan sesuatu yang bisa jadi sebetulnya memang tidak baik. Saat hati dan pikiran kita sedang tidak bisa berjalan beriringan, saat kamu sedang jatuh cinta misalnya. Tidak hanya bagi kita pribadi, terlebih bagi orang lain, bagi orang disekeliling kita. Setidaknya saya sudah mencoba menasehati berkali-kali, walaupun masuk kanan keluar kiri.


Saya selalu mencoba untuk menanamkan pikiran positif. Mencoba menghalau asumsi negatif saat terjadi hal-hal yang membuat saya mengerutkan kening. Tapi ternyata memang saya harus lebih banyak mendengar pendapat orang lain, selama itu baik. Terlalu banyak hal yang membuat saya kaget, akhirnya berujung sedih dan end up with nothing. Saya akui, mungkin saya terlampau tidak perduli, atau terlampau mempercayai. Dari situ saya belajar, don't easily trust what you see, even salt looks like sugar. Kan?

Saat ini saya masih belum bisa menentukan bagaimana itu kategori baik. Tapi saya percaya bahwa menuju baik itu baik. Saya berharap Allah menuntun saya dijalan yang benar, mengiring saya saat hendak berjalan kearah yang salah, dan mempertemukan saya dengan orang-orang yang bisa membantu saya menjadi lebih baik, bukan sebaliknya. 

Tentang peristiwa-peristiwa yang susah dimengerti. Lakukan lah saja bagianmu sesuai porsi, sesuai kemampuanmu, selanjutnya biar nanti bagian Allah yang akan melengkapi, menggenapi.

Saya nggak mau ada penyesalan-penyesalan nantinya, walaupun saat ini masih ada satu hal yang mengganjal hati. Semacam rasa penasaran bagaimana jika saat dia bertanya pendapat saya berkata tidak? Atau bagaimana jika saat itu hanya mengangguk dan berkata iya? Apakah yang akan terjadi saat ini? Kali ini saya akui, bukan hanya dia yang patah hati, saya pun dibuatnya ikut patah berkali-kali. Setidaknya in the end you know the purpose of letting go. Love is worth fighting for, but you can't be the only one fighting, gitulah.

Baiknya sekarang saya fokus dengan diri sendiri, dengan mimpi-mimpi, dengan obsesi dan passion yang saya miliki. Setidaknya nama dan cita masih saya gemakan disetiap percakapan maupun keluh kesah bersama kedua orangtua. Saya percaya ketika ia berkumandang dalam doa keduanya, kelak Tuhan akan luluh untuk dapat membantu semesta berkonspirasi mewujudkannya jadi nyata.

Semoga Allah melimpahkan beribu kebaikan dan senantiasa menuntun kita untuk menuju baik ya, aamiin allahuma aamiin.



Aku disini sabar mengupayakanmu
...sampai kau terima kelayakanku. 
Dear, mimpiku. :)


Bangka, Pertengahan September, 2016