Enak, Sehat & Bermanfaat; Ini Asli Sunda Pisan euy!

Sebagai masyarakat sunda memang sudah selayaknya saya pribadi merasa bangga terhadap kekayaan kuliner tradisional yang dimiliki tanah kelahiran saya ini. Bila didata lebih lengkap bisa jadi ada lebih dari ratusan jenis makanan dan minuman tradisional khas yang berasal dari Sunda loh. Mulai dari makanan pembuka sampai hidangan utama, seperti Soto Bandung, hayam bakakak, cumi hideung, reuceuh, sambel goreng ati, semur jengkol, ulukutek leunca, ase cabe hejo, dan makanan lain yang rasanya sungguh sangat menggugah selera makan.

Selain itu juga ragam makanan penutup yang mayoritas memiliki cita rasa manis (dalam bahasa sunda sering dikatakan ‘amis’), seperti kelepon, ali agrem, putri noong, katimus, awug, misro, gurandil, dan sebagainya. Belum lagi minuman khas seperti dawet, es goyobod dan es cingcau. Juga dari jenis makanan ringan, dalam bahasa sunda diistilahkan dengan ‘hahampangan’, seperti opak, kolontong, keremes, borondong, kalua jeruk, semprong dan lain sebagainya.

Selama ini, saya sering dipanggil sebagai si penjelajah kuliner oleh teman-teman saya, hal ini karena hobby saya untuk berwisata kuliner di kota Parahyangan, Bandung, kota yang terkenal akan surga wisata kulinernya ini. Mulai dari mie aceh sampai dengan coto makassar sudah pernah saya rasakan karena sekarang mudah didapati di Kota ini. Mulai dari makanan khas kampung sampai makanan ala eropa sudah pernah saya cicipi. Mulai dari makanan nggak enak, enak, agak enak sampai enak banget juga sudah sering saya coba. Mulai dari makanan kaki lima sampai beberapa restoran bintang lima juga pernah saya datangi.

Maka, saat membaca info mengenai blog writing competition dari Sari Husada melalui website Nutrisi Untuk Bangsa tentang Jelajah Gizi mengenai ‘Apa Makanan Khas Daerahmu?’ Jujur saya merasa sangat bingung mengingat begitu banyaknya makanan khas sunda. Juga, pertanyaannya tidak hanya sampai disitu. Selain menanyakan apa makanan khas dari daerah kita, pertanyaannya dilanjutkan dengan ‘Bagaimana kandungan gizinya?’, ‘Bagaimana seluk beluk makanan itu?’‘Adakah manfaatnya?’. Aaaa! Sungguh bingung rasanya.

Dan setelah berpikir keras, dari sekian banyak makanan khas Sunda, saya sangat tertarik untuk menceritakan kandungan gizi dari dua jenis makanan khas sunda ini loh, mereka adalah ulukutek leunca dan tutut, yang notabene adalah makanan khas Sunda favorit saya yang belum banyak orang tahu akan kandungan gizi dan manfaatnya yang luar biasa.

Kenapa?
Kalau ditanya kenapa saya tertarik untuk menelisik lebih jauh mengenai makanan ini dan kandungan gizi serta manfaat didalamnya yaitu karena pada kenyataan sehari-hari yang saya temui, banyak sekali orang-orang yang saat mendengar nama kedua jenis makanan ini langsung berkata tidak suka, padahal kebanyakan dari mereka belum pernah mencicipinya loh. Kebanyakan sih tidak menyukai makanan karena mereka mendengar istilah 'kata orang...' dari makanan ini, seperti misalnya.. katanya ulukutek leunca rasanya pahit saat dimakan. Juga, tutut yang merupakan sejenis keong yang hidup di pesawahan dan dianggap jorok dan kotor. Padahal dua jenis makanan khas tanah Parahyangan ini sungguh kaya akan gizi dan manfaat loh. Yuk, kita coba kupas satu per satu..


1. Ulukutek Leunca
Pernah dengar sebelumnya? Agak aneh ya kedegarannya. Bila kita datang ke rumah makan khas Sunda, pasti salah satu menu andalan yang disajikan adalah makanan yang satu ini. Kalau saya bilang rasa dari masakan ini sungguh sangat enak, terlebih jika disantap dengan nasi panas, goreng asin peda dan sambel terasi, hmm manknyuuuus! (Serius harus coba!!) Biasanya sih, leunca lebih banyak dikonsumsi sebagai lalapan atau sayuran. Saya sendiri sih lebih suka leunca ini masak menjadi ulukutek leunca atau karedok. Nikmatnya nggak ada dua, serius!

Di kota Bandung sendiri rumah makan atau restoran khas Sunda yang menyajikan makanan ini cukup banyak kok. Hampir semua rumah makan khas Sunda saya rasa menyajikan makanan ini sebagai salah satu pilihan dari sekian banyak jenis makanan Sunda lainnya. Seperti halnya ciri khas masakan Sunda lain yang terkenal dengan rasa yang enak, gurih dan memiliki aroma yang memikat, ulukutek leunca ini juga menghasilkan suatu sensasi baru saat memakannya.

Sumber: klik here

Apasih leunca?
Pernah denger mengenai buah satu ini? Tanaman ini banyak dikonsumsi orang mulai dari daun, bunga hingga buahnya karena konon memiliki banyak manfaat luar biasa bagi kesehatan. Tanaman ini buahnya berupa buah buni, bulat-bulat kecil dan berisi banyak biji dengan penampang sekitar kurang lebih 1 cm.

Kandungan Gizi dan Manfaatnya
Nilai gizi dari leunca ini diantaranya adalah mengandung kalori (45 kal), vitamin A (1.900 SI), protein (4,7 gr), kalsium (210 mg), lemak (0,5 gr),  fosfor (80 mg), besi (6,1 mg), karbohidrat (8,1 gr), vitamin B1 (0,14 mg) dan vitamin C (40 mg).
Berdasarkan sumber yang saya baca dari hasil penelitian konon tanaman ini mengandung senyawa solasonine, solasodine, solamargine, dan solanine yang menghambat pertumbuhan sel kanker yang tak terkendali. Adapun solasodine mempunyai efek menghilangkan sakit (analgetik), penurun panas, antiradang dan antishok. Sedangkan solamargine dan solasonine mempunyai efek anti bakteri dan sebagai antimitosis. Lagi, berdasarkan beberapa studi ilmiah menunjukan bahwa leunca memiliki aktivitas anti ulserogenik yang berhubugan dengan sistem saraf, lambung, dan sebagai agen anti neoplastic serta memiliki peran sitoprotektif melawan kerusakan sel ginjal.

Hal ini buktikan juga di China, dimana tanaman yang buahnya renyah, sedikit pahit dan agak langu ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai antibiotik, antiradang, diuretik (peluruh air kemih), menghilangkan bengkak, melancarkan aliran darah, peluruh dahak, antipruritus (menghilangkan gatal), pereda batuk dan penurun demam.Wow, ternyata makanan kesukaan saya ini mengandung berbagai macam manfaat loh.

Nah untuk memasak masakan ini juga terbilang mudah kok, saya sering buat sendiri dirumah. Yuk coba masak dan rasakan sensasi nikmat yang saya ceritakan!
Ayo coba memasak sendiri!
Bahan:
6 sdm minyak sayur, 1 cm lengkuas, 2 lembar daun salam, 16 buah cabai rawit merah (iris kasar), 40 helai kemangi, 200 gram leunca (bersihkan), 300 gram oncom (dimemarkan)

Bumbu Halus:
8 butir bawang merah, 6 siung bawang putih, 6 buah cabai merah, 2 cm kencur, 1 sdt gula pasir, 2 sdt garam

Cara membuat:
Pertama-tama tumis terlebih dahulu bumbu halus bersamaan dengan lengkuas dan daun salam hingga wangi. Lalu, tambahkan cabai rawit, aduk hingga layu. Setelah itu masukkan kemangi, oncom dan leunca, aduk hingga rata dan jika diperlukan tambahkan sedikit air. Masak hingga oncomnya agak kering dan buah leunca layu. Kemudian tmbahkan garam dan penyedap, cicipi, aduk merata. Angkat, sajikan bersama nasi hangat dan siap disantap!

Ulukutek Leunca

Satu lagi nih, oncom yang merupakan salah satu bahan untuk memasak ulukutek lenca itu merupakan salah satu jenis bahan makanan yang terbuat dari bahan sisa, yaitu ampak dari kacang tanah bekas membuat minyak. Oncom ini dibuat dari bungkil atau ampas kacang tanah dengan ditambah beberapa campuran bahan lain, yang paling umum adalah ampas tahu. Nah, setelah bungkil bersama campuran-campuran lain disamsak, kemudian ragi oncom (jamur oncom) disimpan beberapa hari. Tapi walaupun demikian, seperti halnya tempe, oncom juga memiliki peranan tinggi di dalam susunan menu makanan sehari-hari loh.

Makanan tradisional khas Sunda ini dijamin membuat selera makan Anda tiimbul deh. Rasa leunca yang renyah pahit beradu bersama lembutnya oncom dan pedasnya ulekan cabai. Wah, dijamin deh apabila disantap bersama nasi putih hangat rasanya sedap, nikmat dan tentunya bermanfaat kan! Oya, selain manfaat dari ulukutek leunca yang saya sebutkan diatas, ada satu lagi nih manfaat dari makanan khas Sunda yang satu ini yaitu memberikan rasa kenyang ketika penyakit kelaparan melanda perut kita, hehe.


2. Tutut Keong
Bukan! Ini bukan suara kereta api dalam sebuah lagu anak-anak itu, serius bukaaaan! Tutut ini sejenis siput atau keong yang hidup di sawah. Tutut sendiri merupakan panggilan orang-orang sunda. Menurut ibu saya, filosofi nama tutut ini diambil dari cara makan keong ini a la Sunda yang di sedot (dalam bahasa Sunda disebut 'dikecrok'). Jadi, cara memakan tutut dengan menyedot dibagian depan ini merupakan salah satu cara makan tutut sensasional yang khas dikalangan orang Sunda. Menurut saya, cara makan tutut dengan cara ini dan dengan mengambil daging menggunakan tusuk gigi ini jauh berbeda loh.

Mungkin ada yang sudah pernah mencoba enaknya daging keong ini? Atau barangkali masih ragu saat membayangkan tubuhnya yang berlendir dan hidup ditempat yang berlumpur? Nah, sekarang ini tutut nyatanya mulai populer sebagai salah satu pilihan menu kuliner khas Sunda loh. Karena selain harganya yang terjangkau, tutut ini juga disadari kaya akan protein hewani bermutu tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan loh. Tapi untuk mengkonsumsi penganan ini, kita harus memastikan bahwa pengolahan tutut ini sudah benar untuk dikonsumsi.


Apa itu tutut?!
Tutut adalah sejenis keong yang hidup di sawah. Tutu ini paling banyak diketemukan di sawah, dimana air sawah yang agak berlumpur tapi juga relatif bening. pada siang ahri tutut-tutut ini bersembunyi didasar lumpur sehingga sulit dicri dan dikumpulkannya. Nah, barulah pada malam hari para tutut ini menyebar menempel-nempel pada batang padi atau tumbuhan lainnya yang ada disekitar. 
Kandungan gizi dan Manfaat
Tutut mengandung zat gizi makronutrien berupa protein dalam kadar yang cukup tinggi, juga mengandung mikronutrien yang berupa mineral yaitu kalisum yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Protein sendiri menunjang keberadaan setiap sel tubuh, juga berperan dalam proses kekebalan tubuh. Konsumsi protein hewani ini jelas dibutuhkan oleh tubuh disamping protein nabati. Selain itu juga kandugnan lemak yang terdapat dalam tutut merupakan asam lemak esensial dalam bentuk asam linoleat dan asam linolenat.

Lagi, adapun kandungan vitamin dari keong ini juga cukup tinggi dengan didominasi vitamin A, vitamin E, niacin, dan folat. Vitamin A sendiri berperan dalam pembentukan indra penglihatan (mata) yang baik, terutama di malam hari. Sedangkan, vitamin B3 berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemat dan protein. Selain itu di dalam tubuh, vitamin B3 mempunyai peranan penting dalam menjaga kadar gula darah,  penyembuhan migrain, tekanan darah tinggi dan juga vertigo loh.

Belum selesai sampai disitu aja loh, kandungan vitamin E pada tutut juga berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan, mulai dari jaringan mata, kulit, sel darah merah sampai hati. Sedangkan folat berpungsi dalam membantu pembentukan sel darah merah, mencegah anemia dan berbagai manfaat lain. Belum lagi manfaat kandungan mineralnya berupa kalsium, magnesium, kalium, zat besi dan fosfor yang berperan penting pada tubuh guna pengaturan kerja enzim, pemeliharaan keseimbangan asam dann basa, membantu pembentukan ikatan yang memerlukan mineral seperti pembentukan hemoglobin.

Wow, ternyata dibalik penampilan keong tutut yang bagi sebagian orang agak menjijikan ini ternyata sungguh banyak kan kandugan gizi serta manfaat dari hewan satu ini ya..

Nah sedangkan untuk memasak masakan ini (menurut saya sih) agak sedikit ribet dan membutuhkan waktu, maka dari itu saya lebih suka membelinya, hehe.
Ayo coba memasak sendiri!
Bahan:
1 kg keong tutut, 3 cm lengkuas (dimemarkan), 2 lembar daun salam dan batang serai, 2000 ml santan, 1 sdt asam jawa, dan minyak goreng secukupnya. 

Bumbu halus:
1,5 sdm ketumbar (disangrai), 1/2 sdm jintan sangrai, 3 butir buah kemiri, 1/2 sdm merica butiran, 2 sdt garam, 5 cm kunyit (dibakar), 5 siung bawang putih, 10 siung bawah merah, 1,5 sdm kencur cincang, 1,5 sdm jahe cincang, dan 2 sdt terasi matang.

Cara memasak:
Pertama-tama, rendam keong tutut di dalam air bersih selama satu malam, agar kandungan lumpur pada tubuhnya berkurang, terus pecahkan ujung cangkangnya dengan cara dipukul hingga berlubang untuk membuang kotoran yang terdapat dalamnya. Lalu, cuci bersih keong tutut tersebut sambil dibersihkan ujung cangkangnya, agar memudahkan saat proses makannya. Kemudian tumis semua bumbu halus beserta daun salam, serai dan lengkuas sampai harum dan terlihat matang. Adapun bumbu-bumbu tersebut selain untuk menciptakan aroma yang enak juga untuk menghilangkan aroma amis dari keongnya loh. Dan setelah matang, tuang santan sampai mendidih. Terakhir, masukkan keong tutut, kecilkan api, terus masak hingga seluruhnya matang. Biasanya sih dimasak selama kurang lebih 2-3 jam. Dan selanjutnya, tutut khas sunda dengan rasa yang menggugah selera siap dihidangkan.
Tapi jika kamu merasa malas untuk memasaknya sendiri, kamu juga bisa loh beli hasil olahan tutut yang kini banyak di jual di pasaran. Harganya pun terbilang sangat murah loh, hanya sekitar Rp. 5000 saja untuk satu porsi tutut ini.  
Sumber: klik here


Gimana gimana? Ternyata dibalik tampilannya yang bagi sebagian orang agak menjijikan ini, keong tutut bisa menjadi olahan makanan yang amat lezat dan bernilai gizi tinggi bukan? Jadi yakin masih ragu untuk mencoba makanan khas Sunda yang satu ini?!


DAN...
Terbukti kan bahwa makanan-makanan khas tanah Sunda ini selain enak juga sangat bergizi serta kaya akan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Dengan terus menggali dan mencari tahu nilai-nilai kandungan gizi yang terdapat pada makanan khas, selain untuk pengetahuan pribadi juga bisa menjadi salah satu cara melestarikan makanan khas daerah agar tidak hilang ditelan jaman. Tetap sehat, tetap semangat supaya bisa terus jalan jalan dan makan-makan makanan khas Indonesia! *ala Pak Bondan*

Salam Pecinta Kuliner,
Anggi Agistia

Referensi :
Pamulihan
Blog Kang Cepot
Bandung Heritage
Dapur Sunda