Sehari menjadi tukang sampah di Pulau Tidung..

Yap, tanggal 29-30 September kemarin saya beserta sekitar lebih dari 1400 teman lainnya menjadi pemulung sampah sehari di Pulau Tidung, salah satu pulau di Kepulauan Seribu, Jakarta. Mungkin sebelumnya udah pada dengar atau bahkan ikut berpartisipasi dalam acara 'Gabung Mulung Tidung', alias GMT 1 dan GMT 2. Nah kali ini saya turut serta lagi dalam GMT 3 yang diselenggarakan oleh kakigatel 

Dengan tema 'Recycle for a Better Future', GMT 3 kali ini hadir dengan konsep yang tidak jauh berbeda dengan event GMT sebelumnya. Konsep yang utama dari acara ini masih sama, ya! kegiatan bersih-bersih dengan cara mulung sampah. Seluruh peserta GMT 3 dan masyarakat lokal sekitar bersama-sama saling bahu-membahu membersihkan sampah disekitar pulau, baik yang ada di sekitar pesisir pantai ataupun di pemukiman penduduk, terutama sampah non-organik yang mana kita ketahui bahwa jenis sampah ini tidak dapat terurai sampai kapanpun.

Program Optional; Rumah Daur Ulang dan Bank Sampah

Kegiatan ini bertujuan untuk mengambil manfaat ekonomi dari sampah. Adapun untuk mendukung peng-implementasian program 3R, yakni: Reduce (pengurangan sampah), Reuse (penggunaan kembali) dan Recycle (pendaur ulangan sampah), pada GMT juga dilakukan program edukasi melalui penyuluhan mengenai pengelolaan sampah. Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai berbagai cara pengelolaan sampah yang bisa dilakukan dalam usaha meminimalisir pembuangan sampah, baik mulai dari pemisahan sampah organik dan non-organik sampai pada bidang pemberdayaan lingkungan. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, mereka dan kita semua, dapat lebih peduli terhadap kebersihan, kesehatan dan kelestarian lingkungan.

Pada kegiatan GMT 3 kemarin juga rencananya akan disosialisaikan pembangunan Rumah Daur Ulang dan pengembangan Bank sampah di Pulau Tidung dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Nah, untuk turut ikut serta dalam acara tersebut, kami para partisipan, diharuskan turut berkontribusi dengan membeli sarana pendukung yang berupa T-Shirt 'Gabung Mulung Tidung 3" dalam rangka mempromosikan kegiatan bersih pulau ini, yang mana hasil keuntungan dari penjualan tersebut akan dipertanggungjawabkan oleh panitia untuk dijadikan sarana pendukung lainnya, seperti halnya trash bag, pengadaan fasilitas kebersihan dan perlengkapan terkait program tersebut.

Jadi, hanya dengan membayar biaya akomodasi sebesar 190k, sudah termasuk Transportasi kapal Pulang-Pergi (Dermaga Bahtera Jaya-Tidung-Dermaga Bahtera Jaya), Penginapan atau homestay, Makan (4x) dan 1 buah T-Shirt GMT, kita sudah turut berkontribusi dalam kegiatan pembersihan pulau ini loh. Tidak hanya bisa mengikuti kegiatan sosial ini saja, disana kita juga tetap bisa menikmati liburan di Pulau Tidung ..jalan-jalan disekitar pulau, bermain di pantai, snorkling, banana boat dan bahkan bisa juga nyoba mitos jembatan cinta, yang konon dengan melompat dari jembatan tersebut, kita bisa menemukan jodoh kita, ha!

Saat mendengar acara ini, dari temannya teman, saya langsung tertarik untuk ikut turut serta dalam kegiatan tersebut. Hmm.. selain karena memang ini kegiatan sosial dan berhubung saya juga ingin berlibur, juga harga yang ditawarkan relatif terjangkau, saya dan teman saya, cilla, tertarik untuk ikut. Yap! Setelah dengan berbagai pertimbangan ini-itu, pada H-1 penutupan kuota pendaftaran, kami mendaftarkan diri kami..

Dan akhirnya H-1 dari acara itupun datang.. Jakarta, here we go!

H-1 GMT Day #1
Setelah hari jumat bergulat dengan setumpuk pekerjaan dan tamu yang tak kunjung henti datang, saya akhirnya bernafas lega melihat waktu menunjukkan tepat pukul 5 sore. Untungnya, pada malam sebelumnya saya sudah packing semua perlengkapan untuk saya bawa pada trip kali ini, jadi sesampainya di kostan, saya langsung mengambil tas dan bersegera kabur menuju ibu kota (ha, lebay!)

Menggunakan bis jurusan Merak-Kampung Rambutan, yang entah kebetulan atau tidak, ternyata langsung menuju Jakarta tanpa melalui kota Serang *sujud syukur*. Perjalanan itu kurang lebih memakan waktu sekitar 1,5 jam. Setelah sampai di terminal bayangan Kebun Jeruk saya turun untuk berganti bis patas jurusan Blok M, menuju kostan si cilla. Ya, dengan susah payah berdempetan didalam bis, akhirnya saya sampai di terminal dan pergi menuju kostan cilla menggunakan bemo. hoooo! Sesampainya, setelah gosip-gosip kece sampai sekitar jam 11 malam, kami beristirahat untuk persiapan trip keesokan harinya..

GMT Day #1
Alarm handphone yang saya set pukul 3 pagi ternyata tidak banyak membantu, karena kami akhirnya bangun 30 menit setelahnya. Setelah mandi dan bersiap-siap, sekitar pukul 5 kami pergi menuju Stasiun Kota yang menjadi meeting point keberangkatan kami ke Dermaga Bahtera Jaya pukul 6 tepat.. Tidak lama, hanya sekitar 30 menit perjalanan karena kemacetan yang biasa melanda ibu kota tidak terjadi disaat sabtu pagi. Ha!



Saat tiba disana ternyata baru terlihat sekumpulan orang yang datang, lalu kami putuskan untuk sarapan semangkuk soto ayam hangat tepat didepan stasiun kota. Tak lama berselang, setelah sarapan kami habis, ada pengumuman bahwa kami akan segera diberangkatkan ke Dermaga dengan menggunakan metromini. Jrengjreeeeng! Jadilah sekumpulan orang-orang ini berlarian untuk segera menaiki metromini dan berharap mendapatkan tempat duduk, saya dan teman saya termasuk salah satunya..

Jarak dari stasiun kota ke dermaga itu ternyata tidak terlalu jauh, hanya sekitar 20 menit kami pergi kesana. Lokasinya sekitar muara angke, ancol. Sesampainya disana, kami mencari tim kami. Oya, kebetulan entah tidak, saya dan cila satu tim, Tim 11. Berdasarkan informasi yang saya dapat dari info pembagian tim di Facebook, satu tim berisi sekitar 40 s/d 50 orang dengan dikelola oleh seorang Team Leader, seorang wakil Tim Leader dan seorang Sweeper alias tukang foto. Setelah menemukan sebuah poster bertuliskan Tim 11, kami bertanya untuk mengkonfirmasi kehadiran dan mengambil kaos. Tapi ternyata, selain kaos kami juga mendapatkan bonus plus-plus dua buah sikat gigi, sebuah obat untuk radang tenggorokan dan satu buah CD film yang entah judulnya apa. Disana juga kami didata siapa saja yang akan melakukan snorkling dan berbagai water sport lainnya untuk memudahkan kordinasi.
Setelah selesai cek kehadiran peserta dan mendata partisipan water sport, panitia membagi semua tim kecil menjadi beberapa tim besar untuk kemudian disatukan ke dalam sebuah kapal. Saya tidak tau jenis kapal yang digunakan kami saat itu apa, hehe. Setelah semua peserta masuk ke dalam kapal, tepat sekitar pukul 8.30 kami berangkat menuju pulau tidung. Dan berhubung kapal penuh sesak, kami memilih duduk diatas sebuah papan ditengah-tengah kapal, yang belakangan kami ketahui bahwa itu adalah mesin kapal, rr! Panas. 
Melewati Pulau Bidadari

Oya, dengan mengikuti kegiatan ini saya mempunyai banyak teman baru. Kasusnya hampir serupa dengan saat travelling ke Ujung Kulon beberapa bulan lalu, tak ada satu orangpun yang saya kenal. Disitu keseruan dimulai. Kami mulai berkenalan satu sama lain, saling bertukar nomor handphone, pin bb dan bercerita tentang pribadi masing-masing. Ah, asyik. Sungguh. Perjalanan itu menghabiskan waktu sampai 3 jam, katanya. Tapi tak apa, rasa panas duduk diatas mesin kapal mulai kami lupakan saat beberapa teman kami mengajak untuk main kartu. Unooooooooooooo! Ha, seru! Jadi sepanjang perjalanan menuju pulau tidung, kami bermain uno. Tertawa, saling menertawakan. Mencoba mengakrabkan diri satu sama lain. Dan, tak lupa, foto. Ha!

Tim sebelas oye!

Kondisi di dalam kapal

Uno time! 


Welcome to Tidung Island (!)

welcome, dear!

Kami sampai di lokasi kurang lebih pukul 12 kurang 15 menit. Alunan suara anak-anak diiringi tabuhan rebana mengiringi kedatangan kami saat itu bagaikan sebuah ucapan selamat datang. Setelah mengurusi ini-itu, Mbak Ika sebagai TL kami pun, menggiring kami menuju homestay yang sudah disediakan untuk Tim 11. Kami diberi 4 buah penginapan, sebuah rumah penduduk lokal. Awalnya saya pikir kami akan tidur tidak beraturan mengingat budget yang dibayarkan untuk trip ini memang dapat dikatakan low-cost namun ternyata tidak. Syukurlah. Rumah penduduk yang kami tempati cukup nyaman.. dengan tiga kamar tidur dengan AC, dua kamar mandi dan sebuah dapur, menurut saya dan kami ini sudah lebih dari cukup.

Setelah berunding, kami sepakat tiap rumah diisi paling banyak oleh sekitar 10 orang, tidak boleh lebih. Lalu, kami berbagi kamar tidur. Ya, memang kegiatan yang sudah dijadwalkan agak sedikit melenceng dari yang seharusnya. Setelah sampai di homestay, kami makan siang dan sejenak beristirahat menghilangkan lelah perjalanan laut yang cukup membuat kepayang itu. Duh! Pukul 2 siang, suara riuh membangunkan kami dari tidur, sudah saatnya acara mulung dimulai, katanya. Kamipun bersegera pergi ke dermaga untuk menuju ke pulau tidung kecil, jadi tukang sampah.

Pintu masuk jembatan cinta, menuju pulau tidung kecil
Awalnya saya kira jalan menuju pulau tidung kecil tidak terlalu jauh, dan ya, saya salah. Cukup jauh ternyata, belum lagi sendal jepit yang baru saya beli membuat kaki saya lecet-lecet. Lengkap lah sudah. Untung salah seorang teman, aria, menawarkan diri untuk bertukar sendal. Aaak, thank you aria! Dan sepanjang jalan menuju pulau tidung kecil, kami disuguhi pemandangan laut biru yang indah. Saya tidak tau apa itu, tapi sepanjang pesisir pantai semacam akan dibuat tembok-tembok yang setengah jadi, entah memang sudah begitu atau belum jadi, entah, yang menurut saya mengurangi keindahan laut sekitar pulau tidung besar.

Pulau tidung ini dikeliling pantai dangkal yang bergradasi putih karena ditumbuhi karang yang nampak kasat mata. Nuansa laut warna biru kehijauan dan lebih jauh biru gelap yang merupakan pertanda laut dalam menyajikan suatu lukisan alam yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata selain 'indah'.
Pemandangan dari atas Jembatan Cinta

Menuju pulau tidung kecil

Karang -karang di bawah jembatan

Untuk mencapai pulau tidung kecil, kami harus melewati jembatan kayu. Ya, jembatan cinta itu loh yang terkenal dari tidung! Konon katanya siapa yang loncat akan menemukan jodohnya, cieee. Sayangnya (lagi) jembatan ini amat sangat memprihatinkan. Jembatan itu masih terbuat dari kayu dan bambu-bambu, sebagian sudah ada yang di beton, tapi hanya sebagian kecil. Jelas jika ingin menjadikan pulau ini sebagai sebuah destinasi wisata favorite, segala infrastruktur dan semua penunjangnya harus segera diperbaiki. Mungkin ini sudah menjadi tugas rumah para pejabat setempat, terutama Dinas Pariwisata DKI Jakarta, karena menurut saya pulau ini bisa menjadi penghasil pendapatan daerah jika bisa menarik lebih banyak lagi wisatawan untuk berkunjung. Juga hal ini jelas bisa meningkatkan roda ekonomi dan beberapa sektor lain terutama bagi para masyarakat lokal sekitar.

Berbagai perlengkapan kebersihan, seperti sarung tangan dan plastik untuk membawa sampah, pun telah kami siapkan. Teriakan yel-yel dari setiap kelompok membangkitkan semangat para peserta untuk membersihkan pulau tidung. Saat sampai di pulau tidung kecil, kami ditugaskan untuk segera memunguti sampah-sampah yang berserakan disana. Dan tugas kami pun dimulai!

Aksi mulung pada Gabung Mulung Tidung


Mulai dari sampah-sampah plastik bekas mie, snack, botol aqua, dan sampai celana dalam bekas pun, kami temukan. ck. Sungguh terlalu. Sepanjang kegiatan mulung itu, saya dan tim, tak lupa untuk mengabadikan setiap momen kebersamaan kami dengan foto, haha narsis. Jadi sebetulnya, inti acara ini GMT3 ini adalah Gabung Moto Tidung bukan Gabung Mulung Tidung. Kegiatan selesai pukul 5 sore, setelah itu acara bebas dan kami diminta untuk berkumpul kembali di dermaga tepat pukul 8, setelah makan malam untuk acara hiburan malam dan ramah tamah.

Setelah selesai mandi, solat dan tentunya makan, kami pergi ke dermaga untuk mengikuti acara malam itu. Dibuka dengan pembacaan doa, acara pun berlanjut dengan suguhan berbagai kesenian dari Sanggar Seribu Ceria dan beberapa artis pengisi acara. Sorak sorai suara tepuk tangan mengiringi gemulai lenggak lenggok penari yang dilanjutkan hiburan pencak silat. Acara ini dipandu oleh Miky, sang MC, yang semakin ramai ketika acara pembagian hadiah dari sponsor. Master Jupiter yang menyanyikan lagu mengenai Tidung dan penampilan dari Analis Band menutup acara hiburan malam itu seraya mengucap 'Selamat tidur, tidung!'

Acara Hiburan Malam


GMT Day #2
Pagi itu sebenarnya saya menyalakan alarm pukul 5 pagi, yang tadinya berencana untuk berburu sunrise. Tapi berhubung saat itu kekuatan mata mengalahkan keinginan hati, jadilah sekitar pukul setengah 8 saya dan teman-teman lain baru terbangun, haha. Setelah bersiap kami mendapat informasi kalau snorkling dapat dimulai dari pukul 6 pagi, berhubung disaat-saat itu air laut masih tenang, katanya. Dan kami terlambat. Setelah berebut perlengkapan snorkling, mulai dari pelampung, snorkle, dan kaki katak, kami berangkat menuju lokasi snorkling menggunakan sebuah perahu nelayan. Wohooo!

Dari dermaga pulau tidung besar menuju spot snorkling menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit. Percikan air laut yang tercipta akibat pertemuan gelombang dan lambung kapal sesekali mengguyur kami yang berada di bagian depan kapal. Ah, tuhan. Sungguh indah ya semua milikmu ini, pikir saya saat itu, saat melihat luasnya lautan yang membentang dihadapan saya. Tanpa buang waktu, setelah memasang semua peralatan snorkling, saya turun ke laut. Banyak insiden lucu sih, mulai dari cilla yang pelampungnya lepas, lalu teman yang tidak bisa berenang, ha! Seru.

Snorkling di Pulau Tidung


Tebak apa yang saya temukan disana? Pemandangan yang sungguh luar biasa dari bawah laut. Ah! Terumbu karang berukuran besar yang masih sangat bagus dengan ikan berwarna-warni berenang disekitarnya. Entah darimana asalnya, tiba-tiba dari kejauhan saya melihat sekumpulan ikan kecil berwarna kuning berenang beriringan secara bergerombol di sekitar karang. Setelah saya perhatikan, ternyata mereka saling berebut makanan, yang sepertinya, sejenis kue yang dilempar orang-orang dari atas perahu. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Mereka satu persatu bergantian menuju permukaan untuk memakan kue itu, jaraknya sangat dekat, hmm nggak juga sih, sekitar 1-2 meter dari saya. Tapi saat saya mendekat, refleks pasukan ikan kuning itu berpencar menyelamatkan diri, hap! Sial.

Setelah lelah snorkling lebih dari 1 jam, berhubung kami sudah kelelahan dan kepanansan, belum lagi cacing-cacing di perut yang melakukan aksi demontrasi minta diisi karena kelaparan, kami memutuskan untuk segera kembali ke homestay untuk mandi dan mengikuti berbagai kegiatan yang sudah dijadwalkan panitia. Kami akhirnya memutuskan untuk makan dulu sebelum kembali ke homestay, dan disaat itu pula acara tarik tambang dimulai. Saya sendiri, berhubung sudah sangat kelelahan dan merasa tidak nyaman, memilih untuk pulang dan mandi dengan segera pergi menuju homestay dengan menggunakan bentor alias becak motor. Dengan tarif 15ribu sekali jalan, abang bentor dengan setia mengantarkan kami menuju homestay.

Sesampainya di homestay, saya memilih untuk mandi duluan kemudian siap-siap packing untuk pulang ke jakarta. Sempat tertidur selama sekitar 20 menit, saya dibangunkan mbak grace yang bilang kalau kami harus berkumpul di dermaga pukul 13.30. Sungguh lelah rasanya tapi mau tidak mau kami harus segera bersiap-siap untuk kembali merasakan perjalanan laut selama 3 jam itu.

Setelah semua anggota tim lengkap, kami diminta untuk masuk ke sebuah kapan penumpang yang berukuran lebih besar dari saat kami pergi kemari. Dan juga, tentunya, penumpang didalamnya pun bertambah padat. Kami memilih untuk duduk ditempat kami semula, di atas mesin kapal yang panas itu untuk bermain uno sepanjang perjalanan. God! What a day! So fun, really. Belum lagi, ada peraturan baru saat bermain uno, yaitu dimana yang kalah diharuskan untuk berjongkok ria selama permainan berjalan dan harus menang untuk bisa duduk normat. 3 jam sungguh terasa tak panjang..

Team 11

Bagi saya pribadi, perjalanan ke Pulau Tidung ini merupakan salah satu perjalanan yang sangat berkesan, dengan segala keterbatasaan dan kesederhanaannya, pulau ini mampu memupuk kebersamaan tim dan membantu kami, saya, untuk sejenak menghilangkan penat dari rutinitas sehari-hari. Dengan potensi wisata yang begitu besar ini, menurut saya, seharusnya pemerintah setempat lebih serius mengelola potensinya ini dengan membangun sarana dan prasarana pendukung pariwisata dengan turut melibatkan peran serta masyarakat lokal sekitarnya.

Untuk tidung, untuk masa depan yang lebih baik.. Reduce, Reuse & Recycle! Go!