[Alert] Bad Decision (?)

Oke, jadi postingan kali ini dibuat untuk mengikuti Giveaway karena ngiler sama tawaran emak-emak kece yang kesohor se-antero dunia blogging ini, siapa lagi kalo bukan Bibi Titi Teliti, Mamanya Kayla dan Fathir,   lovable mommy ..iya, Bibi Erry.. Blogger mana yang nggak tau kalo emak satu ini dapet trip gratis ke Korea dari event Touch Korea Tour, ketemu sama 2pm & Miss A yang bikin para ABG pecinta korea gigit jari, udah gitu menang Korea Pass 5 juta won pulak. Akkkkk, ngiler gila! Walaupun term & condition untuk giveaway-nya agak aneh sih, masa coba baca gini katanya...
"Silahkan obrak abrik blog ini, dan pilih satu postingan yang lo suka di blog inih, dan buat postingan di blog lo tentang hal tsb, dan mohon berikan alasan nya ya, kenapa bisa suka ama post tsb.
Gue siap menerima kritik membangun lho yah"
Walaupun agak weird dan sedikit agak nggak tega buat obrak abrik blog orang, tapi toh akhirnya saya coba inget-inget postingan mana ya yang membekas di hati saya sampai saat ini. Nah, dari sekian banyak postingan dan cerita, mulai dari cerita tingkah laku absurd si emak sampai anak-anaknya dan aneka tingkah sampai 'tendang kulkas', cerita yang paling berkesan buat saya itu postingan yang Bad Decision yang nggak cuma bercerita soal Fathir dan Kayla, tapi soal kisah LDR-an nya Bibi Erry sama si Abah.. LDR.. ooh, LDR...

Simple question!
Have you ever made a bad decision? *just be honest*
I wish I am brave enough to say that I’ve never regretted any decision in my life…
Well, but I am not that lucky!

Pertanyaan dan pernyataan itu yang mengawali kisah salah langkah LDR-an Bibi Erry sama si Abah di postingan 'Bad Decision'..


***

Ini soal pilihan. Ini soal waktu. Ini sebuah keputusan yang mengubah hidup dan semua alur jalan ceritanya, atau mungkin memang sebenarnya sudah seharusnya demikian, entahlah. Baca postingan Bibi Erry tentang Bad Decision ini membuat saya ingat begitu banyak kejadian terjadi dalam beberapa tahun kebelakang. Hmm, ya mungkin persoalannya lain, tapi inti alias hikmah yang bisa di ambil ..hampir serupa tapi tak sama *halah*.

Saat saya menghadapi suatu persimpangan dan diharuskan untuk mengambil suatu keputusan penting juga saya memikirkan ini-itu-nya, bibit-bobot-nya, sebab-akibatnya dan sederetan hal lain yang kemungkinan akan terjadi atas setiap keputusan yang nantinya saya ambil. Tapi memang betul kata si Bibi, pada akhirnya tetap saja hal itu gak bisa menjamin bahwa kita bisa mengambil keputusan yang tepat dan benar..

......Tapi kita tetap harus memilih.

Kalau si Bibi mengalami sekelumit proses galau gak penting saat akhirnya memutuskan LDR-an Bandung-Sukabumi sama Abah yang ternyata luar biasa beratnya.. mulai dari ngurus Kayla dan Fathir yang masih kecil, ngurus semua urusan rumah tangga sendirian dan setumpuk pekerjaan lain yang tampak melelahkan. sampai akhirnya, she feels so alone.. Saya pun mengalami hal serupa, tapi lain perkara ya, fyi saya masih single, belum berkeluarga. Tapi saya bertekad, kelak kalau sudah beranak pinak mau jadi emak-emak kece kayak Bibi Erry (-.-)9 heheheee.. Dalam hal ini saya juga pernah dihadapkan suatu pilihan hidup yang berkaitan dengan kehidupan saya kedepannya. Terpisah jauh dari keluarga Bandung-Banten juga bukan hal yang mudah. Saat itu juga, saya merasa sendiri. LDR memang berat.. *uhukk*

Tapi toh, kita bisa apa, mau dikata apalagi, terkadang pilihan kita hanya tinggal memilih. Diluar segala konsekuensi dan resiko apapun yang bisa dan mau ataupun tidak mau harus kita terima, pilihan tetap harus dibuat.. cepat atau lambat.


Terkadang saya pun merasa bahwa saat itu saya mengambil keputusan yang salah. Saya juga seringkali menyalah keadaan, bahkan menyalahkan Tuhan. Tapi sekarang saya tau itu salah..

 Sama kayak si Bibi yang menyadari banyak hal dari pilihannya, saya pun demikian..
"Apa keputusan Bibi Erry sama Abah untuk pindah ke Sukabumi yang pada saat itu dia ambil merupakan keputusan yang salah?"

"Apakah bila semua yang telah direncanakan dengan matang, ternyata tidak berjalan sesuai keinginan kita, lantas hal itu dikategorikan sebagai hal yang 'salah'?"

"Apakah bila kita harus menghadapi ketidaknyamanan atas keputusan kita sendiri, lantas itu langsung kita anggap sebagai sesuatu yang salah?"

Hikmah yang bisa diambil adalah bahwa terkadang semua yang buruk itu harus dilalui terlebih dulu untuk tau mana yang baik, karena yang menentukan bahagia atau tidaknya kita adalah kita sendiri ..Kalaupun masalah datang, itu karena masalah akan selalu ada. Masalah bukan untuk mengurangi kadar kebahagiaan kita, tapi justru masalah hadir untuk membentuk pribadi kita menjadi lebih baik. Ada banyak hikmah, ada banyak pelajaran hidup yang bisa saya ambil..

Buktinyaaaaaaa... kalau Abah gak pindah ke Sukabumi, Bibi Erry mana mau belajar motor, pasang lampu sendiri, benerin gorden rumah yang dimainin Fathir, ngecek pintu rumah tiap malem dan bahkan pasang air galon sendiri! *standing applause* daaaan Laundry Kiloan tentunya, haha! Saya pun kalo masih tinggal bareng kedua orangtua belum tentu jadi pemberani seperti sekarang ini.. Pergi kemana-mana sendiri.. Liburan sendiri.. Ketemu teman-teman baru.. dan persis kayak Bibi Erry, sebagai anak kost yang tinggal sendiri, saya pun berhasil buat masang lampu sendiri dan angkat galon aqua dari lantai satu ke lantai dua, sendiri.... :| *applause sambil salto*

Dari situ, saya mulai tau sesuatu, saya mulai mempelajari banyak hal dan saya juga mulai belajar untuk bersyukur. Keputusan yang saya ambil tidak buruk sepenuhnya ternyata.. Banyak pelajaran baru yang membuat saya jauh-jauh lebih baik dari sebelumnya.

Hey, People changed and growing up.. 

Saya, Bibi Erry, kamu, kalian dan semua orang didunia ini juga berkembang dengan caranya sendiri-sendiri. Hidup ini terus bejalan maju. Hidup ini berkembang.  Nyatanya perubahan dan perkembangan memang sudah menjadi sebuah keharusan akan setiap sesuatu. Memang begitu bukan? Setiap orang pada dasarnya ingin menjadi lebih baik, bukan untuk terus-terusan santai sampai akhirnya mati. Padam. Selesai. Tidak, tidak demikian rasanya.

Faktanya... rasa sedih, terpuruk, atau kecewa juga ikut menciptakan keseimbangan dalam hidup kita. Setiap orang terkadang perlu merasa kecewa untuk bisa bersyukur, perlu merasa kekurangan untuk bisa merasakan berlebihan, dan kadang perlu merasa putus asa untuk kembali mempunyai semangat lagi.

Suka atau tidak, sebuah keputusan yang mungkin kita ambil memang nantinya akan menimbulkan perubahan-perubahan satu paket dengan berbagai macam konsekuensinya. Tapi, perubahan itu bukan akhir, tapi awal dari sebuah proses yang mungkin memang akan sangat melelahkan. Sebuah perubahan sampai nanti pada suatu titik harus berhenti ..Entah kapan, karena memang begitu adanya, larena kita hidup, jadi kita harus bisa menerima perubahan itu suka ataupun tidak..


Ada salah satu kutipan dari Chicken Soup for Soul yang sangat saya suka, isinya begini "Orang yang berhasil adalah orang yang bangkit dan mencari keadaan yang mereka inginkan, dan jika mereka tidak menemukannya, mereka akan menciptakannya." Dan semua hal tidak harus sempurna untuk tau apa itu bahagia..

Pelajaran yang bisa saya dan Bibi Erry ambil mungkin sama, mungkin... Bahwa saat ini tidak ada lagi yang harus kami sesali untuk segala hal yang telah terjadi dalam hidup kami beberapa tahun terakhir. Meski terkadang ada saat dimana kita berperang dengan bayang-bayang, berteriak dalam diam, namun waktu telah membantu kami untuk mengikis semua itu. Mengajarkan kami banyak hal. Lambat laun. Perlahan, tapi pasti..


Salam,
Anggi Agistia