Sepotong Cinta di Kolam Renang..

Oke, jadi ceritanya beberapa bulan belakangan ini saya lagi rajin-rajinnya berenang, seminggu tiga kali. Pertama, hari Sabtu sama Minggu kalau nggak pulang ke Bandung, Kedua; pulang kantor, itupun dengan catatan kalau nggak lembur. Yaa itung-itung olahraga rutin gitu deh, mumpung kuliah belum dimulai. Dulu sempet rutin lari pagi, sepedahan juga, tapi karena satu dan lain hal akhirnya malah males-malesan lagi, haduhh. Padahal bisa dibilang berenang bukan hobby saya sebetulnya, berenangnya aja masih hmm..boleh dibilang amatiran deh, gayanya nggak bener, asal maju, asal bisa nafas, gitu doang, krikkk! Kalau niat dari dulu pun harusnya rajin, eeh baru sekarang-sekarang senengnya, mudah-mudahan tetep konsisten aja deh ya. Tapi bukan itu yang mau saya tulis sekarang, bukan soal pentingnya olahraga apalagi manfaat berenang. Bukan, bukan itu.. ini soal pelajaran yang saya ambil semenjak saya rajin berenang..

Krakatau Country Club. Tempat dimana saya biasa berenang. Setiap kali berenang saya selalu dapat kenalan baru, entah itu ibu-ibu, bapak-bapak, oma-oma, opa-opa, adek-adek, banyak. Mungkin karena sering ketemu jadi mau nggak mau kita, saya sama si kenalan baru, saling senyum.. bahkan saling sapa dan akhirnya panjang lebar ngobrol kesana-sini. Ah, sayangnya belum ada tuh laki kece yang nemu disana *eh* *kemudian ditoyor bakso* haha! Skip.

Nah, ada beberapa hal yang selama ini menarik perhatian saya. Saya suka melihat seorang bapak mengajari anak-anaknya berenang, ibunya menunggu dipinggir kolam sambil tangan kirinya memegang sebuah buku sedang tangan kanannya memegang sendok untuk menyuapi anaknya sehabis berenang. Sedikit absurd memang, but it's really sweet. Beberapa kali, dua entah tiga kali saya bertemu bapak itu. dipertemuan terakhir minggu lalu, dia menyapa saya.. sekedar bertanya, biasa basa-basi. Singkat cerita dia bercerita kalau dia bekerja di salah satu anak perusahaan KS Group, mempunyai 3 anak, tapi yang satu statusnya masih calon. Hi, you know what? Yep, istrinya lagi hamil. And there's nothing I can say, except how sweet they are. Little-sweet-family, saya bilang sih.

Hari ini, pada Hari Raya Nyepi dimana orang-orang yang beragama Hindu dilarang untuk melakukan aktifitas apapun, sejak semalam saya sudah bertekad untuk tidak hibernasi, alias cuma tidur seharian. Akhirnya saya juga memutuskan untuk berenang dan setelahnya berniat untuk membuat beberapa kreasi di hari Nyepi, hihi.




Hari ini saya melihat gambaran sepotong cinta di kolam renang. Bude dan Kakek, saya memanggilnya. Setiap kali berenang di sabtu sore atau minggu pagi, saya selalu bertemu beliau. Dan setiap kali berenang juga kami selalu melempar senyum dan sesekali saling menyapa, menanyakan kabar dan lain sebagainya. Tapi hari ini beda, tiba-tiba saat saya beristirahat setelah marathon berenang, Bude menghampiri saya di pinggir kolam..

"Dulu Bude takut berenang," katanya. Saya terheran. Setiap kali berenang saya selalu bertemu beliau, bahkan jam berenangnya pun jauh lebih lama dari saya. Saya mencoba bertanya, "Loh? Kenapa, Bude?" Beliau tertawa kecil, kulit-kulitnya yang mulai keriput bahkan tidak menutupi paras ayunya. Ah, seperti apa ya beliau saat muda.. "Awalnya memaksakan diri. Terpaksa, tapi harus bisa, harus nemenin Bapak." Saya mengeryit semakin tidak paham maksud Bude.

Dalam perbincangan itu Bude bercerita kalau beberapa waktu lalu Bapak (Kakek) terkena pengapuran tulang dan beberapa penyakit yang saya sendiri tidak paham apa dan bagaimana. Singkat cerita, akhirnya setelah berobat kesana kemari, Kakek diminta untuk rutin terapi berenang, tentu Bude mau tidak mau harus menemani. "Aku belajar berenang disini loh, otodidak, ndak bisa tapi harus bisa," ucapnya dengan logat ibu-ibu yang masih kental, sedikit cerewet memang. Tak lama, Bude pamit pulang. Sedikit terburu-buru karena cucu-cucu dari Yogya pada datang katanya, berlibur sampai akhir pekan.

Dibeberapa kesempatan saya melihat pasangan kedua orang tua ini sungguh sangat romantis. Ditengah keramaian kolam, mereka berdua berdiam dipojokan, mengambil alih sedikit lahan di kolam untuk berenang. Bapak pun baru bisa berenang saat diminta dokter katanya. Saat Bapak berenang dan tiba-tiba muncul dengan berdiri karena kehabisan nafas, Bude mentertawakan sambil berkata, "Ah, payah kamu." Sebaliknya, Bapak juga melakukan hal yang sama ketika Bude berenang hanya dalam jarak dua atau tiga meter. Akhirnya mereka berdua tertawa..

Saya hanya tersenyum memandangi mereka dari pojok berlawanan, atau kadang beberapa meter dari keduanya..

Lucu terkadang, banyak hal yang bisa diambil sebagai pelajaran dengan memperhatikan hal-hal kecil yang terjadi disekeliling kita. Enjoy every little things, katanya. Bapak yang mengajari anak-anaknya berenang, Ibu yang menunggu suami dan anaknya, Bude yang menemani Kakek berenang walaupun nggak bisa, itu semua hanya sepotong gambaran cinta yang saya dapat dari kolam renang. Kelak, suatu hari nanti, saya pun akan menjalani itu, menjadi seorang ibu.. menemani suami dan anak-anak saya bermain.. mensupport suami saya walau dalam segala kekurangan juga keterbatasan.

Saat melihat istri-si Bapak dan Bude, saya sempat berangan-angan.. mungkin saja saat istrinya diam dipinggir kolam, saat ia melihat canda tawa suami dan anak-anaknya, atau saat Bude melihat bapak berenang menjauhinya.. mereka sama-sama berkata, 'Iya, aku adalah wanita yang diciptakan dari tulang rusukmu yang hilang. Sekarang kamu adalah tulang punggung keluarga kecil kita, ayah dari anak-anak buah cinta kita. Dan aku mencintaimu hingga nanti kita tinggal tulang belulang." *segukan* *haru*


Dan lagi, sepotong cinta di kolam renang ini juga mengajarkan saya bahwa no matter how strong we are, how amazing our day was, at the end of the day all we need is to be close to somebody. Yes, somebody. Somebody that can make your laugh louder, your smile brighter and (of course) your life better. They're the ones worth hanging onto.

Sleep well, everybody! Have a nice dream.


Love the life you love,
agistianggi