Buanglah Sampah pada Tempatnya, Lalu Ajak Temannya!



Pernah menonton film Wall-E?! Ituloh film yang bercerita soal sebuah robot penghancur. Jadi ceritanya gini,  di abad ke-22, sebuah perusahaan "raksasa" Buy N Large (BnL) menguasai perekonomian di Bumi, termasuk pemerintahan. Akibat dipenuhi sampah yang tidak didaur-ulang, maka Bumi menjadi sangat tercemar oleh sampah-sampah elektronik, sehingga kelangsungan hidup manusia menjadi terancam. Untuk mencegah kepunahan manusia, Shelby Forthright selaku CEO Buy N Large, melakukan pengungsian massal dari Bumi selama lima tahun diatas armada kapal luar angkasa eksekutif bernama axiom yang menyediakan setiap keperluan manusia, dan dilengkapi dengan robot-robot yang semuanya berjalan secara otomatis untuk melayani kebutuhan manusia.
  
Ratusan-ribu unit robot penghancur sampah yang dinamai dengan Wall-E ditinggalkan di Bumi untuk membersihkan Bumi. Robot-robot tersebut diprogram untuk memadatkan dan menumpuk sampah-sampah elektronik yang telah memenuhi seluruh daratan di Bumi, agar memudahkan untuk peleburan. Tumpukan sampah-sampah elektronik telah dipadatkan dan dikumpulkan oleh robot-robot Wall-E, tumpukan sampah tersebut telah setinggi gedung pencakar langit. Namun, proyek ini dibatalkan karena Forthright memperkirakan bahwa pada tahun 2110 Bumi sudah terlalu tercemar dan sudah tidak memungkinkan untuk dihuni oleh manusia. Pada tahun 2815, kira-kira 700 tahun kemudian, hanya satu Wall-E yang masih berfungsi. Serem kan?

Film ini hanya gambaran para kreatif film sebagai salah satu bentuk pemikiran akan adanya persoalan konsumerisme yang hingga kini semakin memburuk. Film ini dibuat untuk menarik anak-anak maupun orang dewasa, memperingatkan kita sebagai penontonnya akan bahaya konsumsi berlebihan, konsumerisme yang bodoh, kenyamanan kultural, ketidakpedulian lingkungan dan kemalasan di era yang serba instan. Ini adalah sebuah agenda sosial yang sebenarnya layak untuk dikagumi, terutama untuk anak kecil. Banyak nilai-nilai positif yang tergambarkan melalui inti cerita dalam film ini, namun peran sosial yang menggarisbawahi film ini merupakan isu paling penting. Pasti nggak mau kan kalau Bumi kita persis seperti yang digambarkan film Wall-E dimasa depan? Nope.





pic from here
Bicara soal sampah. Kalau menurut definisi dari Wikipedia artinya merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sendiri sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Sedangkan menurut saya, sampah adalah benda yang disinyalir sudah tidak lagi mempunyai nilai guna oleh pemilik asalnya.  

Sampah sendiri sudah dikategorikan menjadi 2 bagian, sampah organik dan sampah anorganik. Berdasarkan pengamatan saya sendiri, sebetulnya banyak upaya yang dilakukan dari pemerintah maupun pihak-pihak (organisasi sosial, dan lain sebagainya) untuk dapat menanggulangi persoalan sampah di Ibu Kota maupun di kota-kota lainnya. Mulai dari sosialisasi umum, kegiatan penyuluhan sampai tindakan real mengganti serta menyediakan tempat sampah di public area berdasarkan kategorinya.


pic from here
Nyatanya apa? Tindakan ini lebih banyak diacuhkan oleh kebanyakan orang. Hal-hal ini tidak sepenuhnya dapat mengetuk hati dan pemikiran seseorang untuk tidak membuang sampah sembarangan. Jadi, menurut saya seberapapun kerasnya upaya pemerintah dan berbagai pihak untuk mengkampanyekan gerakan ‘Buang Sampah Pada Tempatnya’ tidak akan efektif selama masyarakatnya sendiri tidak mempunyai kesadaran pribadi akibat dari apa yang dilakukannya. 

Seperti yang kita ketahui, banjir sudah menjadi langganan Jakarta setiap tahunnya. Dan lagi-lagi soal sampah lah yang terdengar menjadi salah satu akibatnya, disamping tingginya curah hujan. Sampah, bagaimanapun jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah. Selain masalah umum soal lingkungan, sampah juga menimbulkan masalah lebih serius yakni menyangkut kesehatan umum masyarakat.
Lalu, apa yang harus dilakukan? 

Sejujurnya ini pengalaman pribadi saya. Beberapa waktu lalu, saya pergi untuk reuni dengan teman-teman semasa SMA menuju sebuah tempat wisata. Dalam sebuah perjalanan kurang lengkap rasanya jika berbincang tanpa ada makanan-makanan ringan. Nah, tanpa disadari, entah karena sudah terbiasa membuang sampah sembarangan, saya membuang bungkus makanan ringan yang baru saya makan dikolong mobil. Teman saya lalu memungutinya satu per satu tanpa banyak bicara. Saya sendiri merasa sangat malu karena membuang sampah tidak pada tempatnya. Lalu, perlahan saya memperhatikan kalau teman saya satu ini setiap kali tidak menemukan tempat sampah selalu memasukkannya ke dalam tas. Satu hal kecil sebetulnya, tapi dari situ saya berpikir kalau itu ternyata akan berdampak besar. Kenapa? Karena satu bungkus permen kecil berukuran ± 2 x 1 cm yang kita buang ke jalan pun, jika dikumpulkan bisa menjadi menumpuk segudang bukan?

Lalu berasal dari situlah saya selalu mencoba menerapkan kepada diri saya sendiri untuk tidak membuang sampah sembarangan, untuk mencoba memahami bahaya yang mungkin ditimbulkan dari sebuah bungkus permen yang saya buang ditengah jalan. Jika sedang diperjalanan atau dalam kondisi yang tidak memungkinkan saya untuk membuang sampah pada tempatnya, saya selalu memasukan sampah tersebut ke dalam tas untuk sementara. 

Ini juga yang sedang saya coba terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana ketika saya melihat ada orang yang membuang sampah sembarangan, sampah tersebut saya pungut dan saya buang. Sulit rasanya untuk menegur orang yang membuang sampah disembarang tempat, terlebih jika yang melakukan itu adalah orang yang lebih tua. Maka, cara inilah satu-satunya yang bisa saya lakukan untuk menjaga lingkungan, satu-satunya kontribusi kecil yang bisa saya amalkan dalam keseharian juga sebagai salah satu bentuk ibadah. Menjaga kebersihan lingkungan juga sebuah bentuk ibadah yang diperintahkan Tuhan, kan?

Semua tindakan dan upaya besar yang dilakukan oleh Pemerintah maupun Instansi-instansi terkait tidak akan berdampak besar jika subjeknya sendiri tidak paham, masyarakatnya itu sendiri. Semua tindakan besar akan dapat terbentuk dari potongan-potongan tindakan kecil dan dalam hal sampah ini kesadaran setiap oranglah yang perlu ditingkatkan. Karena menurut saya jika masyarakat Indonesianya sendiri tidak sepaham ..pihak-pihak yang seharusnya bekerja sama tidak berjalan beriringan, tidak sejalan, maka tindakan sebesar apapun yang dilakukan tidak akan mencapai visi dan misi yang diharapkan.





Jadi, Yuk Buang Sampah pada Tempatnya dan Jangan Lupa Ajak Temannya! ^^,






***
Tulisan ini diikutsertakan dalam Photo-Video-Blog Competition Yuk Buang Sampah Pada Tempatnya Campaign Blog Competition 2013 dari Teach For Indonesia.