Perpisahan di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

A K H I R N Y A A A A A A A A A !

Kata itu yang pertama kali saya ucapkan saat kami memasuki kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sebenarnya rencana ini sebelumnya sudah dipastikan gagal untuk terealisasi. Berawal dari obrolan iseng dengan seorang teman tentang hobi jalan-jalan yang kemudian berlanjut dengan cerita rencana dia dengan 10 teman lainnya yang akan pergi ke Gunung Bromo selepas pendidikan di Pandaan selesai. Berhubung saya sudah pesan tiket kereta dari Surabaya menuju Bandung tanggal 19 Maret malam selepas upacara penutupan kegiatan, jadilah cuma bisa bilang 'ah, sayang banget padahal pingin ikut bla bla bla..'. Awalnya sempat terpikirkan nekat buat cancel tiket kereta dan pindah ke hari berikutnya untuk pulang, tapi ternyata takdir berkata lain *ceileee* haha.

Hari selasa pagi itu kami mendapat kabar bahwa upacara penutupan dimajukan jadi sore hari, namun kabar seputar ijin untuk pulang masih simpang siur. Disatu sisi ada yang bilang tetap ditanggal 19 baru boleh pulang, disisi lain ada yang bilang kalau selepas upacara penutupan pun boleh langsung bergegas pulang. Teman-teman yang 'ngebet ingin keluar' pun mulai panik cari informasi karena memang harus segera menghubungi pihak travel berkenaan dengan tranportasi menuju kesana. Finally, di akhir acara diumumkan juga kalau kami sudah diperbolehkan untuk pulang malam itu juga. Yes!

And here we go!



Tepat sekitar pukul 11 malam hari itu, sebuah mobil elf membawa kami menembus jalanan yang kian lengang setelah sebelumnya diadakan semacam acara perpisahan dengan teman-teman seangkatan. Sempat berhenti beberapa kali untuk pergi ke atm dan berbelanja sedikit jajanan untuk dimakan selama perjalanan. Nah, ditengah perjalanan tiba-tiba mobil berhenti, entah dimana, entah apa nama daerahnya, yang pasti jalanan sepi diantara pegunungan. Ban mobil bocor ternyata!

Untunglah memang jalan itu kerap dilewati mobil-mobil hardtop yang menyewakan jasa untuk menemani para wisatawan berkeliling kawasan ini. Setelah salah seorang teman bernegosiasi dengan bahasa jawa dan cukup lama, akhirnya tetap deal di harga 650 ribu per mobil dan kami memakai dua mobil. Dengan harga tersebut kami ditawarkan untuk menjelajahi 4 tempat di kawasan Gunung Bromo, Bukit Pananjakan, Kawah Bromo, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubies.





Pengunjung hari itu ternyata cukup ramai, walaupun itu hari rabu yang saya kira tidak akan terlalu ramai pengunjungnya. Hardtop berisi 6 orang plus 1 orang supir. Rasa ngantuk yang sangat ternyata dikalahkan dengan rasa pusing akibat jalanan yang terjal nan berkelok. Setelah melewati entah berapa banyak tanjakan dan turunan disertai jalan yang berlubang, sekitar 30 menit kemudian sampailah kami..

Hawa dingin langsung terasa begitu pintu Hardtop dibuka dan saya menyerah. Saya pinjam jaket seorang teman dan shawl untuk mereda sedikit demi sedikit dingin yang terasa. Karena waktu juga masih menunjukkan pukul 4, akhirnya kami memilih untuk sekedar mengganjal perut di kedai kopi sekitar. Rasa mual akibat perjalanan tadi membuat saya rasanya enggan untuk sekedar makan mie. Suasana dingin Bromo pagi itu kalah dengan tawa dan canda teman-teman, menyenangkan!

Kami melanjutkan perjalanan untuk menyaksikan indahnya sunrise di Bumi Tengger ini. Sesampainya di lokasi, ternyata sudah begitu banyak orang yang juga sama menantikan detik detik terbitnya matahari. Rasanya hampir setiap orang membawa kamera agar lensa dapat menjebak keindahannya dalam sebuah frame. Tapi, tetap bukan bahwa kamera hanyalah perwakilan mata, satu frame dapat menunjukkan sebuah peristiwa tapi tidak bisa membuat kita merasakan langsung bagaimana bahagianya melihat pemandangan itu sendiri dengan mata kepala.




Saya tercengang menatap keindahan alam yang membelalakkan mata. Gunung-gunung berselimut kabut mulai terlihat seiring munculnya semburat orange dari kejauhan. Entahlah, tapi saya sendiri percaya, mungkin Bromo ini hanya setitik keindahan lukisan yang ingin Tuhan tunjukkan kepada manusia sebagai bandingan surga yang Ia ceritakan dalam ayat-ayatNya. Tak ada kata lain selain, menakjubkan!









Destinasi kedua kami hari itu adalah kawah Bromo. Lagi lagi jalanan yang terjal dan berliku harus kami lewati hingga melewati semacam padang pasir yang juga tak kalah indahnya. Setelah memarkirkan kendaraan, kami berjalan melewati sebuah pura. Sebenarnya ada satu alternatif untuk menaiki kuda dengan membayar 50 ribu sampai dengan batas tangga menuju kawah, tapi kok rasanya kurang greget aja kalau harus naik kuda ya. Jadilah soksokan jalan kaki walaupun harus berhenti beberapa kali karena perut yang mual ditambah bau belerang yang kian menyengat hingga ke puncak kawah.

Puas berfoto plus buat video trekjing di pinggir kawah Bromo, kami pun bergegas turun untuk menuju lokasi selanjutnya ..Bukit Teletubies!






Melewati padang savana juga aneka tumbuhan warna kuning ungu yang entah apa namanya, sejenak saya sempat terdiam, sulit rasanya menggambarkan apa yang saya rasa saat itu. Senang, sedih, bahagia, ah entahlah pokoknya tidak terdefinisikan dengan kata-kata. 

Disini kami mengeluarkan semua makanan yang kami bawa untuk 'piknik asyik'!




Dan, destinasi terakhir menuju ke pasir berbisik...





Membuat sebuah video lucu-lucuan tentang kegiatan kami selama pendidikan di Pandaan saat PBB (Peraturan Baris Berbaris) dan menyanyikan lagu 'Jika Nanti' yang diciptakan oleh rekan seangkatan kami, Martin, menjadi penutup wisata Bumi Tengger siang hari itu. Ya, sekitar pukul 11 kami, atau tepatnya saya, ciska dan ayu, untuk bergegas mengejar kereta ke Bandung dengan pergi ke Stasiun Gubeng, Surabaya.

Elf yang kami gunakan saat pergi kemari sudah selesai diperbaiki, kemudian mereka mengantar kami menuju ke Terminal Probolinggo untuk mencari bus menuju Surabaya. Sedang mereka sendiri akan meneruskan perjalanan untuk berlibur ke Malang, ah sungguh iri rasanya..

Salam dan jabatan menutup perjalanan kami hari itu, juga seolah sebagai perpisahan dengan teman seperjuangan pendidikan selama hampir 4 bulan. I didn't say goodbye guys, but see you soon in Palembang! ^^



Kadang sebuah foto dapat menjadi sumber kenangan, tapi merasakan setiap detik momentnya, ada bersama didalamnya, mengingat setiap canda dan tawanya, bergerak bersamanya, menghirup udaranya, mendengar derap dan bunyi disekelilingnya, itu berkali-kali jauh terasa lebih menyenangkan.

Terima kasih untuk liburan singkat yang tidak direncanakan ini. Terima kasih sudah mau dibuat repot dengan kehadiran 3 wanita yang ngebet ingin sekali liburan ini, haha! Kalian luar biasaaaaaa~





 Kereta Api Turangga, 19 Maret 2014
Tulisan ini dibuat dalam Perjalanan dari Stasiun Gubeng dan entah sampai mana..
menuju Bandung dari Surabaya.