Berhenti Sejenak

pic from here

Hey, kemana saja selama ini?

Untuk sekian kali beberapa orang teman dalam suatu komunitas yang saya ikuti bertanya, baik melalui chat facebook, blackberry messenger, maupun grup Line kami.

Juga menjadi pertanyaan dalam blog saya dari beberapa orang yang sedang berkunjung.

Disertai segudang pertanyaan lain dari orang-orang terdekat, beberapa dari mereka mengikuti rentetan cerita yang tertulis dalam blog ini. 

***

Saya ada. Saya disini. Hanya saja saya sedang tidak kemana-mana. Sedang memutuskan untuk tidak banyak melakukan apa-apa. Memutuskan untuk berhenti sejenak. Memutuskan untuk memikirkan tanpa berkata-kata, tanpa angka maupun baris kata. Saya memutuskan berdiam dari bercerita, memutuskan untuk tidak berjalan-jalan dalam rentetan kisah. Menikmati hari-hari yang biasa, bekerja, bermain, bercanda tawa, bertegur sapa, menyimpan hal-hal menarik dan baik maupun buruk hanya untuk diri saya saja. Untuk sementara.



Dalam beberapa bulan kemarin banyak hal yang terjadi, beberapa membuat saya tersenyum bahagia, sisanya sedih dengan aneka duka. Dalam rentang waktu itu pula saya bertemu dengan banyak orang yang memperkaya saya dengan pengalaman. Ada yang memberi saya masalah hingga menimbulkan rasa marah, beberapa memberi saya pelajaran agar dapat menyikapi berbagai hal dengan lebih dewasa, dan beberapa lainnya menyadarkan saya bahwa apa yang sudah saya alami selama ini belum seberapa. Belum ada apa-apanya.

Tadinya saya juga berencana untuk me-non aktifkan aneka fitur teknologi internet di handphone, hanya sebatas sms dan telpon untuk bekerja maupun mengabari keluarga disana, tapi niat ini belum bisa saya realisasikan ternyata. Teknologi yang konon katanya jadi pembunuh jarak, mendekatkan yang jauh, tapi juga menjauhkan yang dekat pada kenyataannya. Dan ini saya akui sendiri, selama bertahun-tahun berhubungan jarak jauh, teknologi satu-satunya sarana komunikasi mudah tanpa harus berkirim pesan dengan media kertas dan pena. Tapi bicara soal jarak, saya rasa akan lebih baik jika keduanya dekat, karena didalam kedekatan kita dapat lebih mudah untuk saling menguatkan. 

Apa ya jadinya jika dunia kembali ke masa dimana gadget, teknologi dan aneka sosial media belum banyak menjamur seperti sekarang ini, masa-masa ketika saya masih menggunakan seragam putih merah, belarian di pematang sawah sepulang sekolah, lalu main barbie di teras rumah, lompat tali atau galah jidar dengan teman-teman. Faktanya, saya merasa dibuat begitu kehilangan dengan adanya teknologi sekarang. Kehilangan sentuhan sosial sesungguhnya, kehilangan esensi rasa rindu akan jarak dan pertemuan, kehilangan beberapa makna dari hal-hal yang bahkan sederhana.

Oleh karena itu saya pikir ada baiknya untuk belajar mengurangi ketergantungan gadget dan beraneka ragam teknologi didalamnya. Juga untuk menghargai fakta bahwa hidup ini tidak sebatas layar kecil komputer maupun ponsel yang hampir saya pandang hampir tiap hari, dalam satu jam beberapa kali.

Berkeliling dunia melalui layar maya ataupun berkirim peluk cium virtual yang nyatanya tidak mewakili apa-apa, tidak akan sebanding rasanya dengan memberi diri sendiri ruang untuk menikmati luasnya sebuah kota, bertegur sapa dengan orang yang baru kita temui di jalan misalnya, bercanda tawa dengan bertatap muka bersama teman lama tanpa terpaku dengan sebuah benda 4 inch mengirimkan emoticon bahagia pada teman yang lokasinya entah dimana, ataupun hal kecil lain yang sudah tidak kita lakukan sejak lama.

Berhenti sejenak, setidaknya saya sudah mencoba, walaupun tidak lama..




*) Terima kasih ya sudah mengajarkan dengan mengarahkan :)