UNTUK BENANG DAN LAYANG-LAYANG

Ini adalah kepulangan kesekian kali dimana saya memandangi antrian panjang kendaraan yang hendak pulang maupun berakhir pekan ke kota Kembang. Dan kepulangan kali ini dikarenakan sahabat saya, Ayam Kecil, akhirnya melepas masa lajang. Saat ini saya bahkan masih merasa tidak percaya akhirnya 'dilangkahi' haha kamu!

Saya ingat pada kepulangan saya hampir dua tahun lalu, ketika ia bercerita tentang seorang wanita. Dia jatuh cinta. Ayam kecil sahabat saya bercerita panjang dibawah jembatan Pasupati, di Taman Jomblo yang pada masanya sedang jadi tempat 'nongkrong' idola anak muda. Muka ricuhnya merona, senyum yang sama ketika dia selalu bercerita akan hal yang membuat dia bahagia. Saat dia bercerita soal beasiswa, soal mimpinya atau sepeda barunya (lagi). Dan kali ini dia bercerita kisah cintanya, tentang dia yang mengibaratkan dirinya sendiri sebagai Layang-Layang dan wanita itu sebagai Benang.


Benang,

...dan Layang-Layang.

Kemarin disaksikan ratusan pasang mata, dihadapan mereka kamu mengucap janji untuk Tuhanmu, bahwa wanita disamping kananmu itu menjadi tanggungjawab dunia dan akhiratmu kelak. Sayangnya saya tidak bisa datang saat itu. Semacam ada perasaan haru setiap kali selesai mendengar seseorang mengucap ijab Kabul dan dilanjutkan lantunan syukur dari semua saksi yang hadir. Memang seharusnya seperti itu, kan? The greatest thing a man can do for his woman is to lead her closer to God. Right?

Untuk Ayam Kecil yang kini sudah menjadi Layang-Layang, esok lusa tanggung jawabmu semakin besar, setelah kepergian Ayahmu beberapa tahun silam, selain Ibu dan adik semata wayang, kini ada Benang diantaranya. Untuk Layang-Layang, sejak tidak lagi ada Ayah yang bisa jadi pelarian segala remeh temeh masalah hidup, kini ada satu lagi yang harus kamu lindungi, kamu jaga sepenuh hati. Hari ini juga kamu menutup lembaran hidup sebagai pemuda, laki-laki 17 tahun yang selalu merasa terjebak dalam badan pria seperempat abad, serta kepala keluarga.

Untuk layang-layang, yang kini sudah tidak lagi akan melepaskan benang, yang kelak akan membawa benang berjalan berdampingan.

Untuk Benang, kuatlah, kelak kuatmu menjadi satu-satunya penopang bagi Layang-Layang ketika angin besar menghadang. 

Untuk Benang dan Layang-Layang perjalanan baru kalian baru saja dimulai dan akan semakin panjang.

Untuk Benang dan Layang-Layang, tetaplah beriringan, menguatkan, menggenapkan.

Untuk Benang dan Layang-Layang, ada satu rahasia besar, bahwa sebenarnya sejak lama saya jatuh cinta pada kesederhanaan cerita kalian.

Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa Tuhan senang menyimpan orang-orang baik untuk dipertemukan dengan orang-orang baik lainnya, sepertinya berlaku untuk kalian. Jadilah orang yang baik, kelak agar ditemukan atau menemukan dengan orang baik. Dan semoga kita saling menemukan di jalan yang baik. Kelak ketika memang jatuh cinta lagi, saya pun ingin jatuh cinta dengan benar. 

Ah, setidaknya saya sudah bisa melihat semburat senyum juga gelak tawa kalian, dua hal yang tidak dapat saya temukan padanan diksi sempurna untuk menggambarkannya. Semoga orkestra hidup senantiasa memainkan lagu indah untuk kalian berdua. 

Selamat berbahagia. Suatu hari nanti, saat kita bertemu lagi, saya akan menagih pengalaman atau cerita tentang buah hati kalian yang akan saya panggil keponakan. :’)

Ujung Barat Jawa. Melewati perjalanan panjang
...tapi menyenangkan!



*) ..doakan aku juga segera menemukan 'Layang-Layangku' ya, ha!