Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Sebuah Pantai, 07.40, Angin Kencang

Minggu pagi. Tidak seperti minggu biasa, yang biasanya hanya bangun untuk shalat subuh lantas tidur lagi hingga matahari hampir mencapai puncaknya. Pagi ini sedikit berbeda memang, aku bersiap pergi berjalan-jalan dan pantai menjadi pilihannya.. Alunan lagu yang tersalur melalui earphone menjadi teman perjalanan yang menenangkan, walau rasanya nada lagu dan arah pikiran tidak seirama. Tidak sejalan. Tiba di pantai, aku mencari tempat nyaman untuk duduk, bukan karena tumpuan kaki yang sudah kelelahan menentukan langkah, tapi alasannya mungkin hanya karena diam bisa jadi pilihan tepat. Itu saja. Aku suka mendengar suara ombak, kecuali jika hari sedang hujan, aku lebih suka mendengarkan hujan dibawah atap rumah. Riuh keduanya sama-sama bisa menyamarkan debar jantung yang sedang bergejolak. Ramai tidak karuan. Berantakan. Sebuah buku menemaniku pagi itu. Sejenak Hening, karya Adjie Silarus. Ditengah membaca tiba-tiba aku teringat obrolan panjang dengan seorang teman disebuah

Bangka Botanical Garden; Bangka Rasa Bandung!

Gambar
Bangka Botanical Garden; Selama hampir memasuki 6 bulan tinggal di Pulau Bangka ini, beberapa kali pula saya mengunjungi Pantai Pasir Padi, setiap akan check in aplikasi Path pasti muncul nama ini sebagai salah satu alternatif lokasi terdekat dari posisi dimana saya berada. Memang sebelum tiba di Pantai Pasir Padi ada semacam sebuah cafe yang bertuliskan nama tempat ini, tapi saya kira hanya sebatas cafe untuk ngopi dan sejenisnya, nyatanya saya salah. Bangka Botanical Garden atau kerap disingkat masyarakat sekitar dengan sebutan BBG ini salah satu agrowisata di Pulau Bangka yang luasnya mencapai 300 hektar. Sore itu, selepas mendatangi acara open house dalam rangka tahun baru 2015 salah seorang senior kantor, kami tadinya hendak pergi ke daerah Sungailiat untuk ke Pantai. Namun, sayangnya cuaca dan angin sore itu sungguh tidak bersahabat. Jadilah, Pantai Pasir Padi jadi pilihannya..

Pemeran Utama

Gambar
Ada yang bilang kalau kita menilai diri kita dengan mengukur dari apa yang kita rasa mampu untuk kerjakan, sedangkan orang lain menilai diri kita dengan mengukur dari apa yang telah kita lakukan. Ketika kita merasa telah melakukan semaksimal mungkin hal yang harus kita lakukan tapi selalu dirasa kurang oleh orang lain. Lantas kita bertanya-tanya lagi harus bagaimana.  Saya rasa sudah terlalu banyak orang yang mengeluh betapa pekerjaan mereka sungguh tidak menyenangkan, juga saya salah satunya. Begitupun beberapa bulan ini saya merasa ada sesuatu yang kurang, ada sesuatu yang terasa salah dan membuat tidak nyaman. Lagi lagi seseorang menasehati saya, dia bilang menikmati suatu pekerjaan bukan soal apa kita menginginkan pekerjaan itu atau tidak. Menikmati adalah bagaimana kita menghargai diri kita sendiri. Semakin kita mampu menghargai bahwa kita bisa mengerjakan lebih baik, semakin juga kita menikmati apa yang kita kerjakan. Bukan hanya memberikan lebih banyak hal yang bisa dinikm

Jadi, Selamat Datang 2015!

2014.. This year I've changed. This year was hard, but I learned a lot. Yap, setelah perjalanan yang berliku sepanjang tahun lalu, rasanya memang harus berhenti sejenak. Menarik napas panjang, berpikir lebih jernih, dan memperbaiki apapun untuk menjadi lebih baik. Klasik. Segala kesulitan lalu memang fase yang harus terlewati dulu. Setidaknya dengan melalui banyak pelajaran, pemahaman dan semoga kelak pemikiran jadi jauh lebih matang. Semoga. Intropeksi diri. Berkaca dari apa yang sudah dialami setahun kebelakang. Menurut saya itu perlu, agar kita tetap on the right track . Bukan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, tapi karena masih banyak kesalahan lain yang harus dicoba. Ha! People changed and growing up. Tadi malam seseorang menelpon saya dan mengucapkan selamat tahun baru, menyampaikan banyak doa serta jutaan harapan yang hanya saya jawab dengan satu kata. Aamiin. Semoga doa dan harapan bisa jadi penerang. Semoga untaian detik demi detik setahun ke depan penuh