Perempuan Kesayangan
Aku mengenal seorang perempuan yang mencintai laut. Katanya, laut adalah hidup yang melahirkan kehidupan. Katanya, laut semacam arena yang luas tak berbatas di kepalanya. Katanya, laut semacam riak arus hidup yang tak berkesudahan, seolah diterpa angin dan selalu kejar-kejaran. Katanya, laut semacam gambaran setiap kehidupan. Selalu bergerak, berubah, tidak dapat ditebak. Itulah mengapa ia sangat menyukai laut. Alasan yang sangat sederhana, kataku. Dia mencintai sesuatu yang mengajarkan kehidupan. Seperti itu ia mencintai ibunya. Dia memiliki mata yang unik—kornea matanya berwarna coklat kehitaman. Kantung matanya mengisyaratkan berapa lama waktu ia tidur setiap malam. Sesekali terlihat ia menghela nafas panjang, bukan mengeluh, hanya sebuah refleks tubuh ketika ia mulai sangat kelelahan. Senyumnya lebih menenangkan dari apapun juga. Ketika ia bersedih, bibirnya menjadi tempat yang menampung segala duka yang ia tuang dalam doa. Dia lebih suka meminum air matanya sendiri daripada