Stone Garden, Pemandangan Cantik Dibalik Tambang Batu Kapur











Nggak perlu jauh-jauh untuk melihat pemandangan indah bukit bebatuan. Di Padalarang, daerah Bandung Barat, ada sebuah tempat wisata baru bernama Stone Garden atau Bukit Batu yang bisa menjadi referensi tempat liburan di akhir pekan.

Jadi, seminggu sebelum pulang untuk kedua kalinya dalam satu bulan di akhir Mei lalu ke Bandung, udah janjian mau jalan-jalan sama dua sahabat dahsyat dari jaman SMA (ini lagi! hahaha), Fauzul sama Wishnu. Berhubung Fauzul kerja jadi kami berdua bingung mau kemana sambil nunggu dia ijin pulang kerja nantinya. Sebelumnya sempat pergi ke kantor Garuda Indonesia untuk mengambil hadiah tiket penerbangan PP Bandung - Bali sebagai hadiah lomba menulis dari Jabartoday.com akhir Mei lalu hihi alhamdulillah.

Berhubung bingung juga mau kemana sempat sebentar browsing tempat wisata yang lagi nge-hits ala ala instagram gitu, lalu kami putuskan buat jalan-jalan ke Stone Garden, Padalarang. Sebetulnya agak ragu awalnya berhubung saya pakai heels, sedangkan kesana agak naik-naik bukit berbatu gitu. Tapi ya akhirnya pergi juga kesana.



Perjalanan Bandung - Padalarang kurang lebih sekitar satu jam menggunakan sepeda motor lewat Cimahi. Berbekal Google Maps dan informasi dari website-website kami mengikuti jalan untuk menuju kesana. Panas terik matahari siang hari itu kurang bersahabat, ditambah lagi polusi udara dari truk maupun bis yang hilir mudik melewati jalan Padalarang ini, dan lagi hiruk pikuk kemacetan yang nggak ada habisnya. Saya cuma menghela nafas panjang, kurang nyaman. Hingga akhirnya sebuah tulisan dalam papan kecil menghentikan kendaraan kami untuk berbelok menuju Stone Garden ini.

Puncak bukit Stone Garden yang berada di Cipatat, Padalarang ini, ternyata mempunyai pemandangan yang mengagumkan untuk dikunjungi. Dengan ketinggian puncak 907 meter di atas permukaan laut, perlu kondisi 'yang pas' untuk bisa mendaki puncak bukit ini. Karena rute yang dilalui cukup terjal dan menanjak hingga sejauh 1,5 km. Kalau dari pelajaran saya kemarin kesana sih ya, jangan sekali-kali kemari menggunakan sepatu high heels haha berhubung memang awalnya nggak niat kesini.



Awalnya sempat niat beli sendal jepit di kios-kios penjual makanan, tapi kalau dipikir-pikir lagi pasti akan lebih sakit rasanya kalau pakai sendal. Jadi nekak pake heels, walaupun rempong dan banyak protes sakit nginjek batu haha! Tulisan 'Welcome to STONE GARDEN Geo Park' menyambut kedatangan para pengunjung sebelum memasuki kawasan ini. Oya, ada biaya masuknya juga, kalau nggak salah sih sekitar 5 ribu rupiah per orangnya.

Setelah melewati perjuangan panjang nan menyakitkan *halah* akhirnya sampai juga di atas bukit batu ini. Dan pemandangan dari atas sini sungguh sangat luar biasa indahnya. Bukit batu, area pesawahan, sungai, pemukiman penduduk hingga ada juga semacam lokasi tambang batu kapur gitu. Tempat ini juga sering dijadikan lokasi untuk foto pre-wedding ternyata.



Saat melihat tingginya bebatuan di lokasi ini, pembicaraan kami tiba-tiba tertuju pada salah satu insiden yang menimpa mahasiswa Yogyakarta yang jatuh ke Kawah Gunung Merapi. Perdebatan siang itu berkisar pendapat kami masing-masing soal egoisme di alam bebas. Dari kabar yang beredar waktu itu katanya korban tersebut hendak selfie diatas puncak tertinggi merapi tersebut, kabar lain menyebutkan bahwa saat hendak turun dia terlihat ragu hingga akhirnya tergelincir dan jatuh ke kawah Merapi. Entahlah, tapi menurut saya pribadi hanya demi eksistensi semu, kenapa justru keselamatan yang malah diabaikan :(

Sejujurnya saya senang kalau dengar cerita teman-teman yang hobi naik gunung. Tentang bagaimana persiapannya, perjalanan panjang nan berlikunya, tentang perjuangannya. Keliatannya keren aja gitu. Saya sih paling banter kemping bareng temen-temen SMA, itupun di tempat yang memang lokasi perkemahan yang relatif sangat aman. Belum berani naik gunung, apalagi kalau inget kondisi fisik yang rentan banget kalau terkena suhu dingin.




Saat hari menjelang sore, kami bergegas untuk pulang ke Bandung dan bertemu Fauzul. Makan jadi agenda wajib setiap kali temu kangen gini memang. Setelah kenyang di lokasi makan pertama, ngobrol ngalor-ngidul kesana kemari nggak terasa tiba-tiba langit mulai gelap, kami putuskan berpindah tempat.

Awalnya sempat bingung untuk menentukan tempat buat ngobrol ronde kedua, sempat muter-muter di kawasan dago atas, sempat kepikiran pergi ke Lembang, akhirnya berhasil juga dibujukin pergi ke daerah Cartil (Caringin Tilu). Yes! Dari awal memang saya ingin kesini, pemandangan kerlap kerlip lampu membuat Bandung terlihat lebih cantik rasanya.

Hari itu rasanya pipi saya kelu karena kebanyakan tertawa dari pagi hingga malam. Obrolan dengan dua orang ini memang kadang 'nggak beres' tapi menyenangkan. Fauzul sempat bercerita soal pekerjaan yang mengharuskan dia bolak-balik Indonesia-Singapore hingga salah satu negara bagian Afrika. Wishnu lain lagi ceritanya, soal pekerjaan dia di salah satu perusahaan minyak asing di Indonesia dan panggilan kerja lain yang bikin dia galau segalau galaunya. Dan saya hanya tersenyum, teman-teman saya sudah dewasa ternyata. Obrolan itu mulai ngelantur lagi sampai curhat cerita pribadi, saling bully dan sisanya ceramah singkat tapi membuat saya banyak berpikir panjang.


Terima kasih ya sudah meluangkan waktu untuk sekedar temu kangen, nostalgia dari jaman SMA. Dan tiba-tiba sebelum pulang saya terpikirkan gini, 'Kalian jangan nikah duluan ya, nanti kalau aku udah nikah baru kalian nikah, supaya kalau aku ngajak jalan nggak susah' hahaha dan tawa menutup pertemuan kita malam itu. 





Friendship is ship that never sinks, eh? ;)
Almost 9 years of our friendship and still counting ya!