Ranah 3 Warna Novel

Nahhh, beberapa waktu lalu saya baca sebuah novel judulnya 'Ranah 3 Warna'. Novel ini sebenarnya merupakan buku kedua dari trilogi novel 'Negeri 5 Menara' karangan A. Fuadi.


Ada satu petikan kalimat panjang yang saya suka dari buku ini, sebuah pesan yang juga merupakan gambaran sebuah semangat. Isinya begini, "Aku akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa hidup itu masalah penyerahan diri. Kalau aku sudah bingung dan terlalu capek menghadapi segala tekanan hidup, aku cukup praktikan nasihat Kiai Rais, yaitu siapa saja yang mewakilkan urusannya kepada Tuhan, maka Dia akan 'mencukupkan' semua kebutuhan kita. 'Cukup' kawanku. Itu yang seharusnya kita cari. apa artinya banyak harta tapi tidak pernah merasa cukup? Itulah janji Tuhan buat orang yang bertawakal. Aku ingin tawakal sempurna. Aku ingin dicukupkanNya segala kebutuhan'.


Wow! Kata itu yang pertama kali saya pikirkan sambil membaca novel ini. Novel kedua dari trilogi novel 'Negeri 5 Menara' ini benar-benar membuka pandangan saya soal ikhlas dan sabar. Dan sejujurnya, saya rasa penyampaian novel ini jauh lebih menarik jika dibandingkan dengan novel sebelumnya. Tapi tetap saja keduanya menginspirasi saya dalam banyak hal! Tentang bagaimana usaha dan doa harus berjalan seimbang agar kita bisa mencapai impian yang kita inginkan. Tentang apa yang harus kita lakukan ketika Sang Maha Kuasa memberikan kita ujian dalam hidup. Tentang bagaimana seharusnya kita banyak-banyak bersyukur dalam hidup ini...

Sampai pada akhirnya saya membaca kalimat diatas, mengenai 'kecukupan dalam hidup', cukup..

Kadang kita sebagai manusia betapapun Ia telah melimpahkan begitu banyaknya kebahagiaan, rezeki dan hal-hal lain, yang mungkin saja belum tentu orang lain tidak bisa mendapatkannya, kita masih selalu mengeluh ..tidak bersyukur atas nikmatNya. Ya, saya pun secara sadar mengakui hal itu. Betapa saya seringkali mengeluh dan berkeluh kesah didalam setiap doa saya mengadu padaNya atas apa yang tidak bisa saya miliki atau tidak bisa saya dapatkan.. Sempat terpikirkan sebelumnya, saya pernah menulis notes di facebook mengenai 'apa sih yang kita cari dalam hidup', ya itu tadi ..apasih yang sebenarnya kita cari dalam hidup? Kebahagiaan kah? Kalau iya, kebahagiaan dalam bentuk apa yang kita inginkan? Materi? Rohani? Hmmmmm.. kembali lagi ke kata cukup tadi, saya merasa sedikit ditampar saat membaca kata itu. Simpel. Tapi mendalam, cukup.

........................................................................................................................................
 C U K U P
........................................................................................................................................


Cukup. Ya, itu yang saya rasa sangat saya butuhkan. Berkecukupan. Tidak hanya dalam hal materi, tapi dalam segala hal tentunya. Bukankah Nabi kita mengajarkan bahwa segala hal yang berlebihan itu tidak baik? Oke, mungkin munafik kedengerannya, siapa sih orang yang tidak mau berlebihan dalam hal materi. Menurut saya, cukup disini dalam artian kita hidup berkecukupan. Tidak kekurangan satu hal pun. Berkecukupan dalam hal materi jelas harus, apabila kita dipercaya untuk mendapatkan lebih bagus. Dalam hal sosial kita pun harus berkecukupan, di lingkungan teman, pekerjaan dan terutama keluarga. Semuanya harus cukup.

"Orang yang bertawakal kepada Allah akan dicukupkan rezekinya.",
[QS Al-Thalaq: 63: 3]

Lalu ada satu kalimat lagi yang saya suka..
'Ternyata ada jarak antara usaha keras dan hasil yang diinginkan. Jarak itu bisa sejengkal, tapi jarak itu juga bisa seperti ribuan kilometer. Jarak antara usaha dan hasil harus diisi dengan sebuah keteguhan hati. Dengan kesabaran. Dengan sebongkah keikhlasan.'

Dan saat membaca kalimat ini sejujurnya saya tidak bisa berkata-kata, speechless.

Ini berkaitan dengan mimpi. Cita-cita. Terkadang kita mengupayakan sesuatu hal yang kita inginkan dengan usaha keras yang tidak kenal kata menyerah. Kita imbangi harapan kita ini dengan usaha serta doa yang tak pernah putus. Tapi tidak jarang ternyata harapan yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Kita gagal.

Gagal.

Sedih? Putus asa? Pasti kita pernah merasakannya.


Lalu ada satu kalimat lagi pelengkap jawaban diatas..

"Ikhlaskan. Itulah satu-satunya cara agar kamu bisa menentramkan hati dan berdamai dengan kenyataan hidup. Segala sesuatu ada waktunya. Kamu harus mengikhlaskan tangan Tuhan menuntunmu meraih segala impianmu".

Pada saat kita merasa gagal, saya merasa tuhan begitu tidak adil. Ujung-ujungnya, ya itu tadi.. kita jadi berburuk sangka pada Tuhan. Padahal mungkin akan banyak hikmah yang bisa kita ambil dari kegagalan tersebut, mungkin ada banyak pelajaran yang ingin Tuhan berikan pada kita.

Atau pernahkan kamu merasa bahwa Tuhan suka sekali memberi surprise? Membuat kita sering terkaget-kaget atas jawaban dari doa dan harapan kita? Saya sering!

Saya pernah masuk ke dalam suatu kondisi dimana saya merasa saya benar-benar jatuh, terpuruk. Saat dimana pikiran saya sudah buntu. Kondisi dimana saat saya mengharapkan suatu kemungkinan terjadi untuk menyelamatkan segalanya, tapi bahkan suatu kemungkinan yang sangat kecilpun bisa dikatakan mustahil terjadi. Kondisi dimana saya tidak punya tempat bersandar lagi selain Tuhan. Saya terus mengeluh padanya, setiap pagi dan malam saya sujud meminta pertolongannya. Lalu ditengah berbagai pemikiran saat semua kemungkinan tidak ada lagi, Tuhan mendengar doa saya. Solusi dariNya selalu datang dari tempat yang tidak disangka-sangka dan pada waktu yang tidak pernah bisa kita duga.


MAN JADDA WAJADDA! MAN SHABARA ZHAFIRA!

Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil! Dan siapa yang bersabar akan beruntung!