Soal Pilihan..
Lagi dan lagi hidup memaksa menawarkan saya untuk memilih satu dari beberapa pilihan. Kali ini boleh ya saya ngeluh? Iya, silakan. Tapi janji ya sekali ini aja. Iya..
Sungguh saya rasa beberapa bulan terakhir ini Allah sungguh begitu luar biasa baik kepada saya, karena memang sesungguhnya dia Maha Baik disetiap waktu. Tahun ini saya tak henti-hentinya Ia beri kejutan-kejutan, dan saya akan selalu bersyukur untuk itu. Alhamdulillah. Mulai dari hal-hal kecil yang membahagiakan sampai dengan beberapa hal yang membuat saya tak henti menangis berkoar-koar. Mulai dari mendapatkan hadiah trip wisata yang tidak saya duga lalu mendapat begitu banyak teman baru, mulai dari apresiasi atas tulisan-tulisan saya, mulai dari urusan hati sampai kepada operasi yang harus saya jalani. Ya, semua memang ada hikmahnya.. Kembali lagi, everythings happen for a reason, Always.
Tahun ini menurut saya adalah tahun dimana saya belajar banyak hal. Mulai dari bertemu orang-orang baru, melihat satu demi satu perubahan terjadi disekitar saya, belajar banyak hal yang membuat saya memahami apa itu artinya hidup.. Oke mungkin terdengar begitu berlebihan, tapi memang begitu kenyataannya, memang begitu adanya. Hidup ini terus berubah dan berkembang bukan?! People change and growing up. Hey, come on gis.. No pain, no gain!
Dan satu bulan terakhir ini saya dihadapkan kepada beberapa pilihan dalam hidup. Dan hidup menuntun pada jalan ini, seperti ini, disini ..dan di tempat ini. Disini, setahun lalu, saya memutuskan untuk mulai menjalaninya. Bersama seorang teman, tidak begitu sehati tapi setidaknya kami saling melengkapi sebagai sepasang teman. Hari demi hari kami lalui, setiap hari kami lewati dengan tawa dan canda karena memang tidak ada jeda sehingga satu demi satu kesakitan yang saya dapati saya abaikan dan tidak saya indahkan. Ada teman berbagi dan saya merasa tidak sendiri. Sampai akhirnya, awal bulan lalu dia memutuskan untuk berhenti. Saya sedih? Tidak, tapi sangat. Tapi bisa apa saya? Setiap orang berhak menjalani hidupnya sendiri bukan, hidup yang mereka inginkan.
Entahlah, tapi sepi memang tidak bisa saya elakkan. Ia nyata dan ada. Sebelumnya saya memang sudah mengetahui hal ini, dan saya kira tidak akan seburuk ini. Nyatanya tidak demikian. Hhhhh. Saya mulai putus asa dan hampir putus rasa. Sepi dan sendiri itu benar-benar tidak enak ternyata. Tapi kemudian satu per satu orang dalam hidup saya datang dan menampar saya dengan begitu banyak pertanyaan dan pernyataan.. Ya, mereka kecewa. Saya pernah melalui hal yang lebih sulit dari ini, keterpurukan yang menghasilkan jauh lebih banyak kesakitan, lalu mereka bertanya kenapa sekarang begini?! Hanya karena hal sekecil ini. Tapi mereka tidak tau apa-apa, tidak mengerti apa-apa. Lagi lagi, entah..
Antara ego dan realita..
Jika saya bersikukuh mengikuti ego, saya sudah memutuskan untuk berhenti dari tempat ini dan mencari pekerjaan lain. Sungguh. Tapi nyatanya tidak semudah itu, ternyata. Di jaman sekarang ini mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah dan saya menyadari sepenuhnya akan hal itu. Beberapa kali saya ditawari pekerjaan diluar, lagi ini soal pilihan, tentang resiko yang harus ambil, yang ternyata terlalu banyak resikonya dan saya belum siap untuk itu. Jika saya memutuskan berhenti tanpa ada kepastian kelak, lalu siapa yang akan membayar biaya sekolah adik saya dan biaya-biaya lainnya? Belum lagi, saya mulai tidak aktif berjualan semenjak Maret lalu. Perut juga tetap butuh nasi, bukan?! Ah, Tuhan kenapa rasanya sungguh sulit. Tapi saya juga tidak mau terjebak dalam 'zona' ini. Saya tau saya harus berubah, berkembang. Harus.
Terkadang saya merasa iri dengan kehidupan orang lain, bagaimana mereka bisa menjalani hidup dengan baik dan hidup yang mereka inginkan, tanpa ada tekanan atau semacam suatu keharusan yang memaksa mereka melakukan hal-hal yang tidak mereka suka. Semoga Allah memaafkan saya untuk hal yang satu ini. Bukan, bukan ini artinya saya tidak bersyukur atas apa yang Ia berikan terhadap hidup saya, tapi terkadang saya mengeluh pada-Nya atas beberapa hal diluar kendali saya, atas hal-hal yang membuat saya luar biasa frustasi dan terkadang merasa putus asa bahkan putus rasa. Astagfirullah. Saya sadar bahwa setiap orang mempunyai jalan cerita yang berbeda-beda, bahwa Ia telah mengatur itu semua agar umatnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
'Jangan sampai kamu kufur nikmat, nggi', dia bilang via telpon. Lalu tadi pagi, saya menangis sejadi-jadinya, sampai suara saya habis dan mata saya bengkak dan sembab. Entah berapa ratus kali saya mengucap istighfar. Ya Rabb, maaf.. Sama sekali saya tidak bermaksud demikian. Saya berusaha untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah Ia berikan, kali inipun demikian. Saya mau belajar ikhlas, saya janji Ya Rabb..
Setiap manusia itu dianugrahi satu nyawa dengan satu paket design jalan cerita kehidupannya masing-masing. Dan, cuma Dia yang pegang, cuma Dia yang tau. Selama ini, yang membuat saya takut, yang membuat saya luar biasa frustasi adalah bahwa saya terlalu mencemaskan masa depan saya. Saya memikirkan berbagai kemungkinan akan hal-hal yang mungkin akan terjadi kelak, suatu hari nanti. Dengan kata lain, saya menjejali pikiran dan alam bawah sadar saya dengan segala sesuatu hal negatif yang belum pasti terjadi. Hey, semesta mendengar gis! Kemudian saya sadar, ketakutan demi ketakutan yang saya rasakan sekarang adalah hasil dari pemikiran saya sendiri. Bukankan apa yang terjadi pada kita adalah hasil dari apa yang kita pikirkan?! That's the point.
Lalu, soal kesendirian dan sepi. Bukan kah kita lahir ke dunia ini pun sendirian? Dan kelak saat 'jatah waktu kita' habis pun demikian? Lalu apa yang harus saya takutkan soal kesendirian dan kesepian. Ah, sungguh bodohnya saya. Ya, saya bodoh karena terus menerus menguras otak memikirkan begitu banyak hal negatif dan menangisi hal-hal yang tidak seharusnya ditangisi.
Setelah beberapa waktu lalu berusaha meminta saran dari orang tua dan orang-orang terdekat mengenai hal ini dimana nyatanya tidak membuahkan hasil apapun. Saya sendiri sadar, saya tau pasti bahwa pemeran utama panggung hidup saya, ya saya sendiri. Saya pemegang kunci satu-satunya, karena lagi, apapun yang terjadi pada hidup kita orang lain akan terus berjalan maju bukan?!
Hari ini saya berjanji pada diri saya sendiri untuk tidak terlalu memikirkan berbagai kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Hari ini saya berjanji untuk terus berusaha berjuang demi kedua orang tua dan kedua adik saya, untuk membuat mereka bahagia, untuk membuat mereka bangga. Hari ini saya berjanji untuk belajar ikhlas, menyerahkan segala sesuatunya hanya kepada Allah. Hari ini saya berjanji untuk sedikit demi sedikit menghapus segala ketakutan yang bahkan mungkin sebenarnya tidak akan pernah terjadi.. Saya berjanji untuk tidak mendengarkan apa kata orang dan berjalan sesuai dengan apa yang saya yakini baik untuk saya, untuk masa depan saya. Saya janji untuk menjalani hidup saya saat ini dengan sebaik-baiknya..
Ada sebuah quotes yang pernah saya baca, isinya begini "Don't cry over the past, it's gone. Don't stress about the future, it hasn't arrived. Live in the present and make it beautiful!". Artinya, jangan menangisi masa lalu, dia sudah pergi. Jangan terlalu menakutkan masa depan, dia belum sampai. Jalani hidupmu saat ini dan buat hal itu indah.. Bisa kah saya?! InsyaAllah. Harus bisa.
Terkadang lucu ya, bagaimana kita memikirkan masa depan dan menakuti akan apa yang mungkin terjadi padahal mungkin tidak akan pernah terjadi. Seperti yang saya lakukan beberapa waktu ini. Sungguh, menyedihkan. Bergelut dengan hal-hal semu yang saya ciptakan dalam imaginasi saya sendiri, dalam pikiran saya dan membiarkan saya menangisinya. Coba sebutkan apa hal yang lebih menyedihkan dari hal itu?! Sekarang saya mau belajar untuk ikhlas, menyerahkan semuanya. Sekarang saya rasa dan saya pikir akan lebih baik saya tidak tahu apa-apa, lalu merancang kehidupan saya sendiri saat ini untuk masa depan. Dan dengan segala kerendahan hati, saya ingin mengajukan sebuah 'Proposal Kehidupan' pada Tuhan. Sebuah proposal berisi rencana-rencana yang ingin saya kejar dalam beberapa tahun ke depan. Bismillah..
Proposal ini bukan proposal biasa, proposal ini secara khusus saya ajukan kepadaNya di setiap doa dan sujud saya, dalam setiap solat malam dan solat di waktu fajar. Proposal yang berisi mimpi serta harapan hidup yang ingin saya raih kelak. Mimpi-mimpi yang mungkin kata orang 'tidak mungkin' melihat kapasitas diri saya tapi harus saya yakini bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Saya percaya kapasitas Tuhan, tidak ternilai.. Jadi tidak ada yang tidak mungkin jika Ia berkehendak, iya kan?! Iya. Pasti.
Proposal Kehidupan yang hendak saya serahkan berisi :
- Melanjutkan kuliah di salah satu Universitas, tidak harus negeri, Swasta pun tak apa (awal atau pertengahan 2013)
- Menjadi seorang penulis yang menghasilkan sebuah buku (2013)
- Membantu orang tua (InsyaAllah sudah)
- Menyekolahkan adik-adik saya sampai ke bangku perkuliahan (Alhamdulillah sudah dimulai)
- Berkeliling Indonesia untuk menikmati semua keindahan yang dimilikinya (mulai 2012)
- Menjadi entrepreneur, membuka catering, cafe dan sebuah laundry (dimulai tahun 2014)
- Memberangkatkan orang tua naik haji (2015)
- Menikah, mempunyai pasangan hidup yang diridhoi oleh Allah :") (2014, atau lebih cepat lebih baik)
- Dipercayakan Allah mempunyai 4-5 orang anak yang shaleh dan sholehah, baik akhlaknya, berbakti kepada orang tuanya dan berprestasi (secepatnya setelah menikah) Aamiin :p
- Membangun sebuah rumah singgah untuk anak yatim dan terlantar (2016)
- Memberikan hadiah rumah dan mobil untuk kedua orang tua (2015)
Mungkin nggak ya mimpi-mimpi itu terwujud? Melihat kondisi dan kapasitas saya saat ini terlihat sangat sulit. Tapi saya yakin Allah Maha Baik, Ia tau apa yang terbaik bagi saya. Mimpi-mimpi itu akan selalu saya bisikkan saat berdoa didalam sujud saya. Saya mau belajar mendobrak tembok-tembok negatif yang menjadi pembatas alam pikiran saya. Dengan tidak mengatakan 'tidak mungkin', dengan tidak mengatakan 'mustahil' dan kalimat negatif sejenisnya. Saya tidak boleh berputus asa apalagi berputus rasa, karena itu bisa berarti saya tidak mempercayai kemampuan Tuhan.
Lagi lagi soal pilihan yang selalu hadir dalam setiap kejadian dalam hidup. Pilihan soal mana yang baik dan mana yang lebih baik bagi diri kita sendiri. Yang saya yakini adalah bahwa hati kita akan senantiasa menolak segala hal yang sesungguhnya sudah kita yakini tidak baik untuk kita. Dan dari setiap pilihan tentu lagi dan lagi akan memunculkan satu per satu berbagai konsekuensi, baik ataupun buruk. Akan ada suatu pertentangan batin antara pilihan satu dengan yang lainnya.
Ikhlas. Kata orang sih begitu kuncinya. Saya, sejujurnya, masih belum bisa menerapkan ilmu ikhlas dalam kehidupan saya sehari-hari. Dalam banyak hal. Dan dalam hal ini, saya terjebak antara dua pilihan, antara dua hal yang sama-sama pentingnya, antara status saya sebagai seorang anak pertama dan sebagai seorang wanita muda dengan sikap keras kepala dan tingkat egoisme yang tinggi. Antara sebuah hasrat dan tanggung jawab..
Sebagai anak pertama, tanpa melihat gender, saya tetap seorang anak pertama. Saya mempunyai 2 orang adik yang terbilang masih kecil dan saya mau tidak mau yang akan dijadikan panutan mereka. Atas latar belakang keluarga yang tidak dapat saya ceritakan, saya memilih jalan ini. Orang-orang yang mengalami posisi persis seperti saya pasti tau betul apa dan bagaimana rasanya. Menjalani dan mengerjakan pekerjaan dan segala hal yang menentang nurani itu sungguh sangat sulit ternyata. Hati saya tidak henti bergelut dengan beragam ketakutan dan banyak hal yang menyebabkan kesakitan demi kesakitan saya rasakan. Sampai hal ini pada akhirnya, mau tidak mau, mengharuskan saya untuk memilih. Memilih satu dari keduanya.. Memilih antara keinginan pribadi atau kepentingan banyak pihak. Dan akhirnya saya mau menekan ego saya untuk sebuah hal yang jauh lebih berharga, senyum dari kedua orang tua dan adik-adik saya..
Tapi saya tidak akan melupakan cita-cita saya untuk menganyam pendidikan lebih tinggi. Ya, memang pekerjaan ini terkadang membuat saya luar biasa merasa sungguh terpuruk. Mendengar dan melihat orang memandang saya hanya karena sebuah tittle pendidikan, bukan dari apa kontribusi yang bisa saya beri dan lakukan. Ah, sudahlah.. Terkadang kita harus melalu berbagai hal buruk untuk tau mana yang baik, kan? Mungkin ini jalan saya, ini jalan yang harus saya tempuh dan lewati. Bismillah saya pasti bisa. Dan rencana melanjutkan kuliah saya lakukan bukan untuk mendapat gelar demi suatu jabatan atau posisi yang lebih tinggi. Tidak saya pungkiri bahwa disini dan mungkin dimanapun tingkat pendidikan merupakan hal utama, walaupun sesungguhnya tidak harus selalu demikian. Saya mau belajar, dengan cara-cara yang lebih kreatif, lebih tepat sasaran dan jauh lebih bermakna ..dengan cara sendiri.
Ini merupakan suatu langkah besar dalam hidup saya. Hidup yang bertahun-tahun kedepan harus saya jalani, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, begitulah. Langkah ini akan menjadi salah satu Bab cerita dalam buku kehidupan saya kelak, cerita yang akan saya bagi kepada anak cucu saya nantinya. Langkah yang tidak setiap orang mau mengambilnya. Langkah yang saya yakini telah Tuhan berikan sebagai jalan terbaik bagi saya dan Ia akan bantu saya untuk melewatinya, Pasti. Saya sudah meminta ridho dari kedua orangtua, sudah meminta mereka mendoakan juga. Untuk hal ini sungguh suatu langkah yang prosesnya sangat panjang sekali. Sebuah proses yang sedikit menyiksa hati dan pikiran saya. Proses yang mendebarkan dan menyita perhatian saya beberapa lama. Proses yang menghasilkan tidak sedikit air mata gundah setiap doa dalam sujud saya. Sebuah proses yang saya yakin, suatu hari nanti akan membuat saya tersenyum dan lalu bersyukur.
Saya, saat ini, bukan siapa-siapa, belum menjadi apa-apa.. Tapi saya tau persis akan menuju kemana. Kelak, saat saya bertemu jalan yang benar dan jalan itu menuntun saya menuju hal-hal yang besar. Saya janji kalian akan menjadi orang-orang yang paling bangga terhadap saya, bangga pernah memiliki saya. Dan sekarang, saya siap untuk merancang masa depan saya. Saya siap menjadi seorang pemenang dengan jalan saya sendiri, dengan cara saya, dari langkah yang saya ambil..
xx,
agistianggi