Belajar dari Sepotong ‘Keberuntungan’ di Bulan Ramadhan
Masih dalam suasana Idul Fitri dan program menaikan berat badan (dibaca: pemalesan-tidur-makan) dirumah karena liburan terasa amat sangat panjang dan mulai sedikit membosankan. Kalaupun keluar pasti diajak mama buat belanja yang saya tolak dengan halus berhubung pasti nantinya mempengaruhi keamanan saldo tabungan masa depan *halah*. Juga berhubung teman-teman kebanyakan pada mudik ke luar kota, jadilah mendingan leye-leye dirumah sendirian.
Bulan Agustus kali ini merupakan tahun ke-3 meninggalnya nenek yang saat 17 Agustus 2010 lalu bertepatan dengan bulan ramadhan. Pun, kakek yang wajahnya cuma bisa saya lihat melalui foto karena wafat tepat 8 hari sebelum kelahiran saya ke dunia ini, 17 Agustus 1991. Entah kebetulan atau tidak, nenek dan kakek mempunyai tanggal wafat yang sama, hanya saja berselang 19 tahun lamanya. Entahlah, tapi saya beruntung mempunyai nenek dan cerita soal kakek yang luar biasa hebatnya. Sekarang cuma doa, ungkapan sayang yang bisa sampaikan untuk keduanya..
Nah, selepas subuh tadi pagi saya monton acara ceramah seorang ustadz terkenal disalah satu stasiun televisi swasta yang bahas soal keutamaan bulan ramadhan. Dari situ tiba-tiba flashback gitu deh apa aja yang terjadi dan terlewatkan di bulan ramadhan kemarin. Ternyata banyak banget nikmat yang saya terima dan beberapa sempat lupa saya syukuri. Juga di ramadhan tahun ini saya merasa satu step lebih baik, karena bisa lebih sering shalat tarawih berjamaah di masjid dibadingkan tahun lalu. Ya, kecuali saat dateng tamu bulanan, ke Bandung dan buka bersama yang itungannya cuma beberapa hari hehe.
Selain itu juga mulai dari menang writing competition dari sebuah majalah, dapet dua paket dari dua brand, dapet honor nulis artikel terus juga dapet rezeki yang sama sekali nggak terduga sebelumnya terjadi bersamaan di bulan Ramadhan, yang entah kebetulan atau nggak memang lagi saya butuhkan. Iya sih bener, Tuhan tau apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Alhamdulillah. Saya termasuk orang yang beruntung, kata mereka sih.
Soal ‘keberuntungan’ ini juga nggak bisa saya sanggah ataupun sepenuhnya saya setujui, tapi hanya bisa saya amin-i sebagai salah satu ungkapan doa dari orang-orang yang mengucapkannya, hehe. Terima kasih.
Soal ‘keberuntungan’ ini juga nggak bisa saya sanggah ataupun sepenuhnya saya setujui, tapi hanya bisa saya amin-i sebagai salah satu ungkapan doa dari orang-orang yang mengucapkannya, hehe. Terima kasih.
Oya, nyambung dikit soal kasus pembunuhan sadis di kota Bandung kemarin yang jadi headline diberbagai koran lokal karena terbilang sadis dan sangat tidak manusiawi. Seorang wanita muda yang cantik, menjabat sebagai branch manager, berkarir cemerlang, dan lain sebagainya. Perasaan saya semakin campur aduk sih, sebetulnya. Mulai inget kalau saya juga hidup dikota orang sendiri, jauh dari orang tua juga tanpa sanak saudara, jadi harus pinter-pinter jaga diri. Hikmah yang bisa diambil bagi saya adalah kalau ternyata hidup sesingkat itu, semakin bertambah juga alasan kita untuk menjalani hidup yang sementara ini dengan baik dan benar.
Ramadhan, semoga umurku sampai hingga bisa bertemu engkau di tahun depan ya :’)