Bergandeng Tangan Menyongsong Peluang dan Tantangan Komunitas ASEAN 2015

Pada 8 Agustus 1967 merupakan tahun yang bersejarah bagi 5 negara di Asia Tenggara, yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina, karena ditahun tersebut ASEAN (Assosiation of Southeast Asia Nations) dinyatakan secara resmi terbentuk dengan ditandatanganinya Deklarasi Bangkok. Seiring berjalannya waktu jumlah anggota ASEAN bertambah dengan bergabungnya beberapa negara lain di lingkungan Asia Tenggara, diantaranya Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, Laos dan Kamboja.
pic source

Pembentukan ASEAN ini tentu tidak semata-mata tanpa makna, ASEAN dibentuk dengan didasarkan pada beberapa hal seperti untuk saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, persamaan derajat, integrasi teritorial dan identitas semua bangsa. Selain itu juga untuk mengakui hal negara anggota untuk hidup bebas tanpa ada campur tangan atau intervensi dari pihak luar dan paksaan. Lebih lanjut, ASEAN diharapkan dapat menjalankan kerjasama yang efektif atau menyelesaikan masalah/sengketa yang terjadi secara damai.


Asas-asas didirikannya ASEAN adalah sebagai organisasi yang memikul tanggung jawab utama untuk memperkokoh stabilitas ekonomi dan sosial di kawasan Asia Tenggara, menjamin perdamaian serta kemajuan perekonomian, bertekad menjaga stabilitas dan keamanan dalam menghadapi campur tangan dari luar dalam bentuk apapun serta memelihara kepribadian nasional anggotanya sesuai dengan cita-cita juga aspirasi rakyat negara masing-masing. Sesuai semboyan dari ASEAN yakni, ‘One Vision, One Identity, One Community’ (Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas).


Pada 1997 di Kuala Lumpur dituangkan Visi ASEAN 2020 yang berisi tentang kesepakatan untuk mengembangan suatu kawasan yang terintegrasi dengan membentuk suatu komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, dan sejahtera, saling peduli
, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis. Untuk merealisasikan harapan tersebut, dibentuk komunitas ASEAN (ASEAN Commuity) yang dipercepat menjadi tahun 2015 dan tertuang dalam Bali Concord II pada KTT IX ASEAN di Bali tahun 2003 lalu.

Komunitas ASEAN 2015 bukan hanya tinggal wacana semata, tapi akan mewujud jadi nyata dalam dua tahun kedepan. Komunitas ini sendiri dibentuk dengan tujuan untuk dapat menciptakan integrasi perekonomian seluruh negara anggota ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan basis produksi yang memiliki iklim ekonomi kompetitif, pembangunan ekonomi merata dan berintegrasi dengan perekonomian global.

 
Adapun disebutkan mengenai 3 pilar pembentukan ASEAN Community, yakni:
  1. ASEAN Political-Security Community (APSC),
  2. ASEAN Socio-Culture Community (ASCC),
  3. ASEAN Economic Community (AEC).

Permasalahan mengenai konflik perbatasan, demokratisasi dan perlindungan HAM, ketahanan pangan, energi, ekonomi dan perdagangan, pembangunan berkelanjutan, penanganan bencana alam, lingkungan hidup, perubahan iklim, terorisme hingga kejahatan lintas batas menjadi isu-isu sentral yang menjadi pembahasan setiap pertemuan negara-negara anggota ASEAN. Tidak hanya Indonesia, setiap negara anggota ASEAN senantiasa selalu berupaya untuk mempersiapkan juga memperkuat peranan negaranya guna memastikan terciptanya kawasan yang stabil, aman dan damai sebagai salah satu syarat pembangunan ekonomi dan perwujudan Komunitas ASEAN 2015


Upaya demi upaya terus dilakukan untuk mendukung terciptanya perdamaian (norma culture of peace), kerjasama (cooperation) dan kemitraan di kawasan (partnership), salah satunya dengan mengupayakan integrasi konstruktif berdasarkan kerakyatan (people centered). Dan untuk menyambut hadirnya Komunitas ASEAN 2015 nanti, Indonesia mempunyai setumpuk 'PR' yang harus dipersiapkan segala sesuatunya mengingat peluang serta tantangan yang juga semakin besar.




ASEAN Political-Security Community
Poin pertama dari tiga pilar pembentukan Komunitas ASEAN yakni ASEAN Political-Security Community. Hal ini erat kaitannya dengan tindak kriminal, ekstradisi, preventif dan pre-emptif terkait terorisme. Selain itu, human traffic (perdagangan manusia), penyelundupan narkotika dan tindak kejahatan lainnya kerap masih banyak terjadi dikawasan ASEAN. Menyikapi beragam permasalahan political-security yang dihadapi ASEAN, tidak ada pilihan selain menghadapi permasalahan yang ada dan menawarkan satu realitas pilihan kerja sama yang konkret. Indonesia, ASEAN pada umumnya, tentu tidak menginginkan setiap negara mencari penyelesaiannya secara sendiri-sendiri, karena hal tersebut akan beresiko mengganggu stabilitas kawasan. 

Untuk menciptakan kawasan yang aman dan damai memang diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak. Perkembangan dunia telah berubah pesat, bangsa-bangsa di seluruh dunia dituntut untuk menghadapi persaingan yang ketat dalam mengikuti perkembangan tersebut. Dalam menghadapi persaingan antar bangsa ini, tiap negara tidak boleh meninggalkan prinsip untuk saling menghormati kedaulatan negara dan perbedaan yang terkandung dalam eksistensi setiap bangsa serta menempatkan kemerdekaan sebagai nilai tertinggi dalam tata hubungan internasional.



ASEAN Socio-Culture Community
Salah satu model pendekatan yang terbukti efektif di banyak negara sedang berkembang adalah model pengintegrasian masyarakat dalam industri sosial budaya dan pariwisata. Pada dasarnya model ini merupakan salah satu strategi penggunaan peningkatan pendapatan penduduk melalui pengembangan usaha dan optimalisasi penggunaan sumberdaya manusia. Dan menurut saya, saat ini banyak sekali travel-blogger yang turut serta mensukseskan dalam mempromosikan kawasan-kawasan wisata Indonesia.

Untuk menciptakan peluang demi peluang dalam industri pariwisata, kendala pertama yang menghadang adalah persoalan keterbatasan modal dan keterampilan masyarakat sekitar. Kendala lainnya adalah lemahnya kemampuan masyarakat dalam menggalang kekuatan kelompok. Pemberian keterampilan dan permodalan semata tidak akan efektif tanpa wahana yang mampu membangun peningkatan nilai tawar (bargaining power) kelompok menghadapi dinamika dan modernisasi yang ada.


Hal lain yang tidak kalah menarik dalam aspek sosial budaya adalah kesenian daerah di Indonesia. Jika menelisik lebih dalam tentang modernisasi, satu gejala umum yang disepakati adalah kecenderungan modernisasi dalam selebrasi kemutakhiran teknologi-informasi yang membuka pintu-pintu akses informasi seluas-luasnya bagi publik seluruh penjuru dunia. Gejala modernitas yang demikian itu sebenarnya memberikan dampak yang progresif-konstruktif pada kehidupan manusia termasuk dampaknya bagi perkembangan dan kehidupan seni budaya.


Untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan tentu saja dibutuhkan suatu institusi yang kuat untuk melakukan berbagai tindakan bersama. Oleh sebab itu perlu dikembangkan suatu kelembagaan yang tepat agar masyarakat dapat mendapatkan akses dan melihat peluang-peluang besar untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakatnya. Dan diharapkan komunitas ini merupakan jawaban atas segala persoalan yang berkaitan.



ASEAN Economic Community
Kedua pilar sebelumnya jika dapat dikelola dengan baik tentu akan sangat mempengaruhi pilar yang satu ini, ASEAN Economic Community. Ya, perdamaian dan peningkatan nilai sosial budaya akan berdampak langsung pada tingkat ekonomi dan kesejahteraan penduduk suatu negara. Masyarakat Ekonomi ASEAN dalam hal ini bertujuan untuk menciptakan suatu pasar tunggal, yang mencakup perdagangan barang, perdagangan jasa (trade in services) termasuk tenaga kerja maupun investasi. 

Aspirasi masyarakat yang berkembang mengisyaratkan perlunya mempercepat upaya-upaya pemberdayaan dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan tersebut, sangat mutlak penciptaan kondisi yang dapat mendorong kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan hak-hak ekonomi, sosial dan politik dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemandiriannya.


Selama ini yang terlihat dihadapi masyarakat untuk melakukan peran aktif dalam upaya pemberdayaan adalah sistem kelembagaan yang kurang berkembang, akses terhadap sumberdaya yang ada masih tergolong rendah, lingkungan sosial budaya yang ada kurang atau bahkan tidak mendukung. Untuk mencapai tujuan pemberdayaan tersebut, diperlukan peran aktif masyarakat diiringi lembaga pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat yang bersinergi. Dilain pihak, kesadaran tiap individu sebagai objek sekaligus subyek, sejauh mana mereka sadar akan kondisi dan posisinya, upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Muhammad (2009), peningkatan kapasitas SDM masyarakat Indonesia memerlukan perbaikan dan penguatan modal sosial melalui pendekatan Model Kemitraan Sosial, yaitu model pemberdayaan melalui penguatan modal sosial yang pelaksanaannya menganut prinsip sebagai berikut, yaitu: (a) Proses pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada pembangunan manusia (people centered development), (b) dilakukan atas dasar prinsip partisipatori dan kemandirian masyarakat, (c) Multi dimensi sosial, financial dan lingkungan, (d) Dilakukan secara bertahap dan multi tahun, (e) Berkelanjutan dengan suasana pendampingan bersifat kemitraan (equal role), (f) Mengacu pada kesepakatan dan kearifan masyarakat lokal, dan (g) Proses penguatan kesejahteraan melalui tindakan berkelanjutan.


Pembangunan berpusat pada masyarakat (people centered development) memiliki keunggulan, yaitu kemajuan dan berkelanjutan dalam kondisi kelembagaan yang mengandung unsur kebebasan, kesejahteraan, keamanan, dan kemandirian bagi seluruh kelembagaan masyarakat. Model kemitraan socio-ecocentritme adalah bentuk kerjasama dua pihak, pihak pertama sekelompok komunitas dan pihak kedua berperan sebagai donor, baik pemerintahan korporasi maupun masyarakat, menganut pendekatan dengan prinsip peran sama kuat (equal role). Nah, jika kita menggunakan komunitas ASEAN kelak dipadu dengan kemitraan dengan banyak instansi dan banyak masyarakat, diharapkan tercipta kolaborasi untuk mencapai tujuan-tujuan dimasa mendatang.



Bentuk Kolaborasi
Komunitas
Donor
Keterangan
Lemah
Kuat
Lemah
Kuat
Tersentralisasi
-
-
Co-management sentalistik
Terdesentralisasi
-
-
Co-management informative
Kemitraan
-
-
Co-management kooperatif; partnership
*Donor: Pemerintah, Korporasi dan Masyarakat. 

Lebih dari satu dasawarsa telah diberlakukannya reformasi desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, dimana setiap daerah telah mendapatkan kewenangan yang sangat besar untuk mengatur wilayahnya. Dalam hal ini, jika dikaitkan dengan pembangunan yang berbasis kerakyatan, otonomi daerah harus mampu dimanfaatkan untuk melaksanakan tata kelola dan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakatnya. Sesuai dengan esensi awal penyelenggaraan otonomi daerah sebagai penguatan demokratisasi dan kemandirian ekonomi daerah, juga sebagai bagian dari penciptaan pembangunan berkelanjutan (suistainable development) di Indonesia dan untuk menghadapi AEC di tahun 2015 mendatang.



Blogger dan Peranannya dalam Menyongsong Komunitas ASEAN 2015
Pada akhir tahun 2009, di negara ASEAN tercatat bahwa Indonesia menduduki posisi teratas pengguna facebook. Adapun Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menyatakan, pada tahun 2012 pengguna Internet di Indonesia mencapai 60 juta orang. Pertumbuhannya tiap tahun rata-rata mencapai 25%. Untuk ketiga pilar penopang terbentuknya komunitas ASEAN 2015, kerjasama adalah kunci utamanya. Seperti yang diketahui bahwa jaringan selalu menjadi sebuah keterampilan yang penting dalam pemasaran, begitu pula jaringan online memiliki beberapa kesamaan sebagai suatu sarana penyebaran informasi yang luar biasa, dalam hal ini ASEAN Blogger Community (ABC).

Kunci untuk kesuksesan pembangunan komunitas ASEAN adalah diperlukannya integrasi konstruktif berbasis kerakyatan (people-centered) dan penggerakan massa (people-driven). Dan di era perkembangan teknologi informasi saat ini, blogger memegang peranan penting dalam upaya mensosialisasikan informasi terkait dengan masyarakat luas. Disamping media kebanyakan, blogger dapat menjadikan blognya sebagai media yang membaca kunci informasi kepada masyarakat.


Lebih lanjut, blogging tidak hanya berbicara tentang hubungan blogger dengan blogger lainnya. Blogging adalah alat untuk seseorang mengungkapkan informasi yang dimiliki atau diterimanya
dengan target audiensnya tentang isu spesifik yang hendak disampaikan. Di Indonesia sendiri, berdasarkan informasi dari salingsilang.com, sekarang ada lebih dari 5 juta blog dari banyaknya pengguna internet di Indonesia. Blogger merupakan salah satu pengguna aktif dalam diskusi terbuka dan memiliki keterikatan dengan orang melalui blog mereka dan media sosial lainnya.

Melihat hal ini maka setelah dideklarasikannya ASEAN Blogger Community pada 10 Mei 2011 lalu, komunitas ini bersatu dan berbagi informasi berkaitan dengan isu regional. Dalam deklarasi, disebutkan ASEAN Blogger Community ini mempunyai beberapa tujuan, diantaranya (1) membangun upaya untuk mendukung integrasi ASEAN dan membagun people-to-people contact, (2) memberikan input dalam 3 pilar utama komunitas ASEAN (political and security, economic dan sociocultural), (3) memfasilitasi komunikasi antara blogger dan masyarakat melalui blog, sosial media dan kegiatan offline lainnya, (4) mengantur organisasi untuk hubungan blogger dan public dalama lingkup kerjasama ASEAN dan terakhir membangun forum blogger untuk mengisi dan menyampaikan informasi perihal ASEAN.


Nah, saat ini Komunitas Blogger ASEAN sedang menghadapi tantangan dalam mengartikan dan menginformasikan tujuan kedalam jalan dan program yang bermanfaat kepada masyarakat ASEAN pada umumnya. Komunitas ini bukan hanya mengenai komunitas untuk blogger dari negaranya-tapi juga komunitas dimana orang dapat berbicara tentang isu yang terjadi di ASEAN. Forum blogger juga mempunyai tugas untuk menginformasikan dan mempromosikan partisipasi publik untuk menyambut komunitas ASEAN 2015 tanpa harus menunggu inisiatif dari pemerintah negara-negara anggota ASEAN. 


Menyambut komunitas ASEAN 2015 yang penuh dengan peluang dan juga tantangan besar, mari kita bersinergi melakukan sosialisasi secara besar-besaran
..agar di 2015 mendatang, harapan kita semua sama agar masyarakat Indonesia mempunyai kesamaan pandang dan paham saat berjalan beriringan sambil bergandengan tangan.


Hey Blogger, ASEAN in your hand! *High-five*



ASEAN Blogger

Referensi:

ASEAN
ASEAN Blogger  
Kementrian Luar Negeri
Survey Pengguna Internet