Mudik? Waspadalah waspadalah!
Wah nggak kerasa bulan puasa udah mau selesai, tinggal tunggu hari Suci umat Islam, Idul Fitri 1434 H. Anak-anak sekolah udah pada libur dan hari ini adalah hari terakhir kerja buat orang-orang kantoran kebanyakan. Yuhuuuu! Packing, packing, packing. Mudik mudik mudik! Bandung, Bandung, Bandung! Kalau dari pengalaman mudik tahun lalu sih jumlah kendaraan bermotor meningkat drastis dan kepadatan arus lalu lintas bisa dipastikan sangat ramai alias macetcetcetttt.
Euforia menyambut hari raya memang erat kaitannya dengan mudik. Bila dilihat lebih jauh lagi berdasarkan survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, ternyata fenomena mudik ini juga dipengaruhi oleh jumlah pendatang ke kota-kota besar yang tiap tahun semakin banyak jumlahnya. Jadi, momen Idul Fitri sendiri memang dirasa momentum yang paling tepat untuk pulang ke kampung halaman. Menurut saya, mudik ini bukan lagi sekedar tradisi 'pulang ke daerah asal' lalu berkumpul dengan keluarga atau kerabat dekat, akan tetapi juga ada nilai-nilai kultural yang sudah melekat dan kemudian membentuk suatu sistem nilai tersendiri bagi masyarakat Indonesia saat ini.
Mayoritas pemudik merupakan para warga yang memutuskan untuk pindah dari kota asalnya, baik itu untuk bekerja mencari nafkah atau lain sebagainya. Gaya hidup di kota besar yang cenderung menunjukkan tingkat individualisme tinggi serta tuntutan pekerjaan membuat para perantau ini ingin merasakan suasana kekeluargaan yang hanya bisa didapat di daerah asalnya. Jadi bukan hal yang aneh ketika mudik menjadi momen untuk melampiaskan kerinduan bagi para perantau setelah setahun bergelut dengan hingar bingar kota yang hampir tanpa koma, kan?
Kalau bicara soal mudik dan segala euforia yang ditimbulkannya, pasti nggak jauh dari sarana transportasi yang digunakan. Sarana transportasi umum seperti kereta, bis, pesawat terbang, kapal laut biasanya sudah full-booked dari satu bulan sebelumnya. Adapun setiap tahunnya saat musim mudik sering terdengar masalah yang ditimbulkan yakni terjadinya tindak kriminal yang bahkan mengancam keselamatan jiwa. Mulai dari pencopetan, penjambretan, modus hipnotis dan aneka macam tindak kriminal lainnya rawan terjadi.
Seperti berita yang dilansir oleh Republika Online dengan judul 'Waspada Copet Berkedok Penumpang' menceritakan tentang waspada aksi pencopetan yang kerap terjadi di Pelabuhan Ahmad Yani bagi para pemudik dengan menunggunakan jasa transportasi laut. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya aksi kriminal dalam bentuk apapun, salah satunya dengan cara hanya mengijinkan calon penumpang yang memegang tiket untuk masuk ke dalam terminal pelabuhan.
Tapi mengingat pelabuhan tersebut merupakan jalur utama pemudik untuk tujuan Wilayah Indonesia Timur dan Wilayah Indonesia Barat, keramaian pemudik memang sangat padat sehingga upaya tersebut belum bisa sepenuhnya mencegah aksi kriminalitas. Hal ini juga dikarenakan tidak tertutup kemungkinan bahwa para pencopet juga sengaja menjadi salah satu penumpang resmi untuk mempermudah mereka melakukan aksinya. Nah!
Soal yang satu ini juga saya pernah mengalaminya. Beberapa bulan lalu, saya menggunakan bis untuk pulang sendirian, nah kemudian ada seorang bapak yang duduk disebelah saya dan beliau menyimpan tas nya di atas bagasi bis, tepat diatas kepalanya. Sepanjang perjalanan bapak tersebut tertidur dan baru bangun ketika hampir sampai di tempat tujuannya. Saat mau mengambil tasnya dia kaget karena barang yang dia bawa tidak ada. Ternyata setelah ditelusuri dan bertanya-tanya, salah seorang penumpang lain melihat seorang lelaki yang mengambil tas diatas bagasinya dan dia kira memang milik lelaki tersebut.
Pic from here |
Nah, jadi sebaiknya sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari aksi copet, kita sebagai pemudik terutama yang menggunakan angkutan umum harus lebih berhati-hati. Usahakanlah hanya membawa uang secukupnya, tidak memakai perhiasan secara berlebihan serta senantiasa selalu mengawasi barang bawaan. Ingat kan pesan bang napi? Katanya, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan. Jadi, kalau nggak mau barang kesayangan kita berpindah tangan... waspadalah waspadalah!
***
Tulisan ini dikembangkan dan hasil review dari berita Republika Online (ROL) berjudul 'Waspada Copet Berkedok Penumpang'
***
Tulisan ini menjadi salah satu pemenang lomba blog dari Republika Online (ROL)