Goa Kreo, Waduk Jatibarang dan Google Maps!

[Masih] Semarang, 24 Juli 2015

Semarang bagiku tidak terasa asing. Tidak jauh berbeda dengan Bandung, Jakarta, dan beberapa kota padat yang pernah kukunjungi lainnya. Bangunan tinggi menjulang masih terlihat disana sini. Kendaraan hilir mudik juga tak ada habisnya. Hectic.


Setelah puas mengelilingi Bangunan Lawangsewu, aku mengemudikan kendaraanku lagi. Kali ini aku buat tujuan 'Goa Kreo' dengan bantuan Google Maps, karena sebelumnya Waze bermasalah, Not Responding, yang kemudian langsung ku uninstall saking kesalnya. Seperti sebelumnya aku hanya mengikuti petunjuk jalan yang diarahkan, belok kanan, belok kiri, lurus, hingga akhirnya di persimpangan jalan Google Maps berhenti. Berhubung malas ngotak-ngatik ditengah jalan, jadi aku ambil inisiatif untuk belok kanan dan lurus. Ketika jalanan mulai berbukit, menanjak, berbelok, diiringi truk-truk pengangkut pasir barulah aku berhenti. Sedikit was-was, tapi juga penasaran. Sial, salah jalan. Akhirnya aku memutar.



Kembali ke persimpangan, awalnya aku sempat menyerah dan berpikir kalau jaraknya mungkin akan cukup jauh jadi baiknya aku pergi ke Mall untuk nonton atau sekedar makan saja, tapi tiba-tiba Google Maps bersuara kembali. Aneh. Ada yang bilang, if things don't go right, go left! ha. Berdasarkan petunjuk Google Maps disebut jaraknya hanya kurang lebih 20 KM. Berhubung pikiran sedang tidak karuan aku hanya terus mengikuti jalanan yang mulai berbukit. Setelah membaca informasi disana, ternyata tempat ini terletak di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati. Selain Goa Kreo, lokasi ini juga ada Waduk Jatibarang. Saking tidak tahu arah aku sempat cemas jika tiba-tiba muncul tulisan selamat datang di 'Yogyakarta' zzz.


Setibanya disana, aku memarkirkan kendaraan dan membayar tiket masuk sebesar 3500 rupiah per orang. Murah, kan? Disini penjaja makanan dan cenderamata berjajar sepanjang jalan. Selain itu, di sekitar kawasan banyak berkeliaran kera-kera ekor panjang. Di sekitaran kawasan wisata ini juga terdapat kios-kios yang menyediakan makan siang. Banyak sisanya aku lihat lebih senang menggelar tikar, membuka bekal makanan dan menikmatinya bersama keluarga besar. Manisnya.




Bicara soal persimpangan. Aku pernah dihadapkan pada pilihan dan aku yang memilih untuk bertahan. Memilih untuk lebih percaya akan perasaan, walaupun tidak jarang keraguan itu datang. Walaupun pada akhirnya ternyata hal itu tidak sejalan dengan apa yang aku harapkan. Aku pernah membaca sebuah hadits, benar katanya, ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Tuhan timpakan padamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Ia sangat mencemburui hati yang berharap selain padaNya. Maka Ia menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepadaNya. Setidaknya aku sekarang belajar. 





Pengunjung ramai hilir mudik berjalan-jalan, untuk mencapai Gua Kreo sendiri aku harus menuruni anak tangga menuju jembatan di atas waduk Jatibarang yang menghubungkan gerbang masuk menuju Goa ini. Katanya anak tangga ini berjumlah hampir 100-an, entahlah, lagi-lagi penyesalan datang karena aku lupa mempertimbangkan alas kaki untuk berjalan-jalan. Dan wedges ini sukses membuat kakiku keram dan pegal seharian. Jembatan penghubung ini jadi tempat favorite orang-orang untuk berfoto. Aku pun. Jadi berbekal tongsis, kamera dan handphone, aku berjalan sambil foto sekitar. Lucu ya rasanya berjalan sendirian. Melihat orang-orang asing yang melihatmu asik sendirian. Tersenyum sendirian. Asing tapi menyenangkan. Ada perasaan yang bahkan sulit untuk diungkapkan.






Setelah puas berkeliling, aku mencari tempat duduk dipinggiran Goa. Menikmati pemandangan waduk dengan paduan ranting pohon dan cahaya diantara keduanya. Kesukaanku. Aku berpikir banyak. Ternyata solo traveling lumayan menyenangkan juga ya. Tidak ada yang salah dengan menjadi sendiri. Karena ternyata dengan sendiri kita dipaksa untuk mempercayai orang asing dan berinteraksi dengan lebih banyak orang. Aku juga mulai menyadari bahwa dengan sendiri aku menjadi orang yang lebih berani, lebih percaya pada diriku sendiri dibanding sebelumnya.


Berjalan sendirian juga membuat aku berpikir untuk lebih sabar, untuk lebih mengenali diriku sendiri dan untuk melihat seberapa jauh aku bisa bertahan, disiplin dengan waktu dan terlebih belajar untuk mengatur jadwal perjalanan sendiri. Selebihnya, aku belajar untuk mengerti bahwa kita tidak harus selalu perduli atau mengikuti apa kata orang. Dan hal itu yang membuat aku mempunyai semacam jarak, untuk lebih bebas memilih apa yang aku inginkan, untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan dan mengekspresikan diriku tanpa ada pengaruh dari orang lain. Berjalan sendirian membuat aku percaya instingku sendiri dan percaya dengan apa yang benar-benar aku inginkan.





Terima kasih Google Maps sudah menuntunku menuju jalan yang benar! Temani aku untuk perjalanan akhir Agustus nanti ya di Bali. Ciao!




Just breathing, smile, and repeat.
Life's good, gis! :)