Dilema Dibalik Keindahan Danau Air Bara Bangka
Pertama kali terbang menuju Bangka tahun 2014 lalu, aku terjaga sepanjang perjalanan. Melihat pemandangan kawasan padat penduduk pulau Jawa yang berganti dengan hamparan biru lautan. Perjalanan udara dari Jakarta menuju Bangka yang bandaranya berlokasi di Pangkalpinang hanya membutuhkan waktu kurang lebih 50 menit saja. Nah, saat sudah mulai memasuki Pulau Bangka awalnya aku sempat terpukau pemandangan indah danau-danau biru yang tersebar. Sebelum kemari sempat mencari informasi tempat wisata di Pulau ini dan Danau Kaolin jadi salah satunya. Danau yang kemudian bisa dibilang cukup malang ini.
Berangkat dari weekend yang biasa dihabiskan untuk mengunjungi destinasi wisata karena minimnya tempat hiburan seperti mall dan bla bla bla, tiba-tiba tercetuslah ide untuk sekedar jalan-jalan ke salah satu Danau Kaolin yang berada di daerah Koba. Tempat yang memang beberapa saat lalu sangat hits karena banyak foto instagram-able yang diambil disana.
Berangkat dari weekend yang biasa dihabiskan untuk mengunjungi destinasi wisata karena minimnya tempat hiburan seperti mall dan bla bla bla, tiba-tiba tercetuslah ide untuk sekedar jalan-jalan ke salah satu Danau Kaolin yang berada di daerah Koba. Tempat yang memang beberapa saat lalu sangat hits karena banyak foto instagram-able yang diambil disana.
Perjalanan kali ini di dominasi para wanita, tidak seperti biasanya. Maklum, tempat dimana aku bekerja memang didominasi laki-laki sebagai pegawainya. Setelah berkali-kali berwacana untuk pergi kesana kemari, kali ini tanpa ada rencana dari jauh-jauh hari akhirnya jadi juga kami pergi untuk jalan-jalan.
Jarak tempuh Pangkalpinang menuju Koba hampir 1 jam waktunya. Tidak terlalu jauh, tapi tidak terlalu dekat juga sih. Jadi sepanjang jalan kemari lebih didominasi pemandangan hutan karet, sawit, hutan karet, beberapa pemukiman penduduk, nahhh setelah hampir memasuki kawasan Koba pemandangan berganti dengan laut sepanjang jalan. Pun jalanan bisa dikatakan cukup sepi. Inilah mungkin yang membuat orang-orang disini hobi kebut-kebutan, ck.
Setelah ke-sok-tahu-an jalan, kami sempat tersasar karena mengkuti jaringan TM. Jalanan berundak, berdebu hingga padang ilalang yang membuat mobil mbak Dian baret karena saking kecilnya jalan. Akhirnya setengah frustasi karena jalan yang nggak kunjung ketemu kami putuskan untuk kembali ke jalan raya dan bertanya pada masyarakat sekitar. Dan tadaaa~ ternyata memang salah jalan!
Jalanan kemari ternyata mudah, besar jalannya pun cukup untuk dua jalur mobil. Karena memang bukan lokasi wisata jadi memasuki kawasan ini tidak dikenakan biaya retribusi. Sebelumnya banyak yang bilang kalau danau ini mirip dengan Kawah Putih di Ciwidey sana, namun faktanya tidak demikian. Danau ini memang cantik, bahkan lebih cantik kalau boleh dibilang. tapi faktanya kecantikan danau ini adalah salah satu wujud alam yang sudah dirusak. Danau ini merupakan danau yang terbentuk di area-area bekas penambangan kaolin dimana menjadi salah satu kekayaan tambang yang memang dikenal sebagai hasil bumi Bangka Belitung.
Sebagai informasi, kaolin adalah salah satu bahan baku untuk industri yang berupa batuan atau lempung berwarna putih. Kaolin biasanya dapat digunakan untuk pembuatan keramik, obat-obatan, kertas berlapis, kosmetik, dan pasta gigi namun kebanyakan digunakan untuk pembuatan porselen.
Selama berada disini memang tidak ada bau atau senyawa kimia berbahaya yang tercium di udara layaknya belerang seperti di Kawah Putih. Namun sama halnya dengan kerusakan alam lainnya, tanpa ada tindak rehabilitasi kerusakan akan menjadi lebih parah, kan?
Selama berada disini memang tidak ada bau atau senyawa kimia berbahaya yang tercium di udara layaknya belerang seperti di Kawah Putih. Namun sama halnya dengan kerusakan alam lainnya, tanpa ada tindak rehabilitasi kerusakan akan menjadi lebih parah, kan?
Sempat begitu excited melihat keindahan danau air biru ini, cuma kalau diingat-ingat soal cerita terbentuknya danau ini jadi dilema. Saat kemari beberapa waktu lalu dan upload foto di social media sempat ada beberapa teman yang nyinyir soal tempat ini yang memang bukan lokasi wisata. Memang, kami pun tau dan tidak mengatakan bahwa tempat ini adalah lokasi wisata justru bekas galian timah yang diterlantarkan begitu saja.
Tempat ini memang indah, bagaikan sebuah oase di tengah keringnya area sekitar bekas tambang yang rusak akibat eksploitasi yang sudah dilakukan... Walaupun terpana dengan keindahannya, aku tidak akan menutupi fakta bahwa tempat ini justru adalah 'luka besar' bekas area pertambangan. Begitulah.
Tempat ini memang indah, bagaikan sebuah oase di tengah keringnya area sekitar bekas tambang yang rusak akibat eksploitasi yang sudah dilakukan... Walaupun terpana dengan keindahannya, aku tidak akan menutupi fakta bahwa tempat ini justru adalah 'luka besar' bekas area pertambangan. Begitulah.
RS. Bakti Timah.
Saat terjaga karena susah tidur akibat 'Mbak' pojokan kamar.
Dua hari dua malam..