ANAK KECIL, RANSEL DAN YOGYAKARTA
"Ma, Kakak mau ke Jogja ya besok liburan", ucap saya sore itu hendak meminta ijin yang sejurus kemudian diiringi dengan pertanyaan 5W 1H, ngapain? kemana? dengan siapa? mau berbuat apa? dan bla bla blaa. Rencana solo traveling kali ini gagal karena rayuan Mama yang setiap kali ditelpon selalu membuat pernyataan 'Duh, Mama udah lama banget nggak naik kereta' atau 'Kapan ya Mama bisa jalan-jalan ke Jogja'. Zzz, di-modus-in Ibu sendiri.
Akhirnya saat harus 'lembur' di kantor hari Minggu sebelum pulang saya iseng ajak liburan ke Jogja, bertiga dengan Uwen. Cuma bertiga sih, pertama karena kondisi anak santri-nya Abah yang nggak bisa ditinggal, kedua karena Iyang memang harus sekolah. Dan alasan terakhir adalah mumpung si anak kecil belum sekolah, berhubung dari kecil anaknya udah keliatan rule-freak banget sama aturan, beda sama Kakaknya.
Sampai akhirnya hari H keberangkatan, sore hari saat hendak packing berhubung saya sengaja pesan kereta malam tiba-tiba dengan wajah ragu nan bimbang Mama bilang dapat pesanan katering 50 orang untuk sepuluh hari ke depan untuk anak-anak yang hendak magang ke Jepang. Kan dia dilema, dan akhirnya nanya pendapat gimana kalau Mama nggak usah ikut. Giliran saya yang galau. Tiket sudah ditangan, hotel sudah di booking, kendaraan untuk di Jogja sudah disewa..
Akhirnya dengan membesarkan hati dengan sebesar-besarnya ditambah meyakinkan diri seyakin-yakinnya, saya bertanya ke si kecil apa masih mau jalan-jalan ke Jogja berhubung emaknya nggak jadi, dan jawabannya 'Iya, Ata'. Diiringi janji kelingking dia janji kalau selama liburan dia nggak akan nangis, nggak akan rewel, dan nggak akan macem-macem haha anak kecil satu ini memang lah jagonya ngerayu!
Selepas shalat Maghrib kami diantar Mama ke stasiun. Senyum sumringah dan ucapan 'Hati-hati, Mu!' diucap sembari mengecup tangan Mama dilanjutkan menarik tangan saya untuk segera naik ke kereta. Over-excited.
Perjalanan dengan menggunakan kereta malam dimulai. Dari dulu saya memang selalu lebih suka melakukan perjalanan malam, alasan pertama karena jika perjalanan menuju suatu tempat dilakukan pagi atau siang pasti lebih banyak menghabiskan waktu dijalan, alasan kedua karena saya nggak suka menghabiskan waktu dijalan. Nah!
Kurang lebih 10 jam perjalanan, kami tiba di Jogja sekitar pukul 4 pagi dengan kondisi mendadak rental motor tidak bisa dihubungi. Deg! Alhamdulillah-nya anak kecil semalaman nggak rewel, cuma sempat beberapa kali jatuh berguling dari tempat duduk saking pulasnya tidur tapi tetap nggak bangun. Luar biasa. Akhirnya setelah solat subuh sempat cari-cari rental motor di internet dan ketemu-lah Resmile-Rental Motor, tanpa pikir panjang saya telpon nomor yang tertera di webnya. Setelah mengisi form yang disediakan, nggak lama kemudian dapat konfirmasi bahwa penyewa segera ke lokasi kami sekitar setengah jam kemudian. Alhamdulillah.
Setibanya penyewa motor, kami berbasa-basi sedikit dan saya menyerahkan 3 identitas diri sesuai ketentuan dari mereka, SIM, NPWP dan identitas pegawai. Selepas mengisi ini-itu dan membayar biaya sewa, kunci pun berpindah tangan lantas saya yang mulai bingung tujuan kami selanjutnya hendak kemana berhubung jam check-in hotel yang masih jam 12 siang nantinya.
'Dek mau ke Kebun Binatang atau Pantai?', tanya saya. Dan tanpa pikir panjang dia jawab pantai. Saya menghela nafas panjang. Anak pantai jauh-jauh ke Jogja untuk pergi ke pantai, duh. Dan 'touring ala-ala' hari itu pun dimulai, dengan dua tas gendong rempong dan si anak kecil yang riweuh takut item karena cuaca yang panasnya kabina-bina pagi hari itu. Lucunya, ditengah perjalanan si anak kecil justru mengingatkan agar kami menyempatkan untuk shalat dhuha dulu. Duh, kakaknya malu.
Sampai di Pantai dia teriak-teriak girang dan kekeuh ingin main air dengan catatan saya pun harus ikut main air. Nggak lama dari itu dia justru tertarik dengan andong yang hilir mudik lewat dihadapan kami dan mulai merayu untuk naik andong. Setelah 'berdiskusi' soal harga akhirnya mas andong luluh dan memberi kami harga 50 ribu untuk bisa jalan-jalan mengitari pantai dari harga awal 100 ribuan.
Sepanjang naik andong, mas-nya cerita panjang lebar soal pantai Parangtritis, soal sejarahnya, soal mitosnya, soal aneka adat-istiadat disini, soal hari libur nasional hingga aneka cerita-cerita kecil yang ternyata menarik perhatian uwen. Sepanjang jalan itu pula saya dengar dia bertanya ini-itu, mulai mengekspresikan rasa ingin tahunya, dengan membuat pertanyaan yang kadang saya juga bingung jawabnya.
Sama halnya ketika seseorang mulai berani bertanya hal-hal lain yang diluar dugaan, hal-hal yang menurut saya terlampau 'awkward' untuk ditanyakan, kadang saya bingung bagaimana menjelaskannya. Rasanya ingin menggunakan pilihan phone a friend, fifty-fifty, atau ask by audience. Atau paling mentok bilang 'hehehehe'. Tamat. Case closed! dan bye.
Puas berjalan-jalan di Pantai Parangtritis, puas foto-foto, puas makan dogan pinggir pantai, dan puas ngusilin anak kecil, akhirnya kami memutuskan untuk bergegas kembali ke Jogja untuk check-in hotel.
'Dek, seneng nggak?', tanya saya setibanya di hotel. Dia tiba-tiba memeluk dan mencium pipi saya. 'Iya, Ataaaaaaa. Nanti sore kita kemana?' Jawabnya diiringi tanya. Dia suka tiba-tiba manis kalau ada maunya memang haha I miss you, dek!
See you when I see you!
Bangka, Kantor, dan lagi-lagi menjelang akhir bulan...