PERSIAPAN PERNIKAHAN DAN BLA BLA BLA...
Ah!
Kok kayanya nggak habis-habis nyiapin ini-itu. Mungkin karena memang baru pertama kali dalam keluarga. Mungkin juga karena keterbatasan jarak saya yang berada diluar pulau, ingin semua persiapan sempurna tapi ya-gitu-deh.
Terus terang, saya bukan penggemar kegiatan membuang-buang uang dalam jumlah yang besar dalam satu hari saja (dibaca; resepsi), sering kali lihat satu per satu teman nikah, saya malah justru belum terpikir mau pakai baju seperti apa, pelaminannya mau kayak gimana, maharnya apa, dan aneka apa-apa lainnya.. setelah melewati persiapan yang cukup riweuh rasanya cuma ingin bilang, 'Bisa nggak sih kita nikah di KUA aja? Satu jam kelar terus honeymoon ke Maccu Pichu. Oya, maharnya MacBook Pro aja ya, sayaaaang' hahaha dan jawabannya nggak bisa shay! Kalau mau dijabarkan alasannya bisa nyaingin antrian kendaraan di tol pasteur kalau lagi libur long weekend.
Saya lagi 'rajin-rajinnya' browsing internet dibandingkan baca buku atau majalah yang membahas segala tektek bengek soal pernikahan, rasanya lebih natural aja baca pengalaman random yang ditulis orang via blog. Kesimpulannya cuma satu, ya memang riweuh. Mulai dari baca pengalaman seneng sama vendor A-lah, kesel sama vendor B-lah sampai blacklist vendor Z-lah.
Setidaknya dengan begitu saya punya bayangan sendiri, what my dream wedding looks like, gitu. Beberapa kali juga diskusi dengan teman-teman yang sudah maupun memang akan menikah soal banyak hal yang harus dipikirkan, nggak cuma soal ngurus administrasi KUA, catering, dekor, kebaya, undangan, dan bla bla bla blah! but it's a lot beyond. Belum lagi cekcok kecil sama pasangan atau selisih pendapat sama orang tua.
Seminggu pulang ke Bandung jelas nggak saya buang waktu untuk leyeh-leyeh, dari pagi udah ngider kesana-kesini naik motor, hujan panas macet banjir semuanya diterjang sampai-sampai hari keempat rasanya cuma ingin ngibarin bendera putih, tepar. Kalau dipikir ulang, inget gimana capeknya, liat gimana orangtua ikut sibuk ngurusin anaknya yang mau dipinang orang, a big question just popped in mind,
"Do we really need to ride this roller-coaster before the big event?"
Cuma buat dapetin sertifikat halal aja kenapa harus ribet begini sih, kalau kata teman saya bilang. Tapi ini bukan tentang 'cuma', adat dan budaya kita soal pernikahan sepertinya sudah dari jaman - entah-kapan-baheula mungkin. Setidaknya, proses bersatunya dua keluarga tidak hanya bersoal materi saja, tapi aneka effort yang ada dalam proses diantaranya.
Kadang kalau udah muncul kesel-kesel, marah-marah kecil, gemes-gemesan, suka malu sendiri kalau dibandingin semua effort yang udah dikeluarkan. Hanya untuk mendengarkan kalimat,“SAH!!” dan “Selamat menempuh hidup baru!” semua hal ini harus dilewati, mau tidak mau, suka tidak suka, bismillah bismillah, semoga Allah melancarkan memudahkan meridhai semua niat baiknya ya. Aamiin Allahuma Aamiin.
Sekali lagi, Bismillahirrahmanirahim.
Saya lagi 'rajin-rajinnya' browsing internet dibandingkan baca buku atau majalah yang membahas segala tektek bengek soal pernikahan, rasanya lebih natural aja baca pengalaman random yang ditulis orang via blog. Kesimpulannya cuma satu, ya memang riweuh. Mulai dari baca pengalaman seneng sama vendor A-lah, kesel sama vendor B-lah sampai blacklist vendor Z-lah.
Setidaknya dengan begitu saya punya bayangan sendiri, what my dream wedding looks like, gitu. Beberapa kali juga diskusi dengan teman-teman yang sudah maupun memang akan menikah soal banyak hal yang harus dipikirkan, nggak cuma soal ngurus administrasi KUA, catering, dekor, kebaya, undangan, dan bla bla bla blah! but it's a lot beyond. Belum lagi cekcok kecil sama pasangan atau selisih pendapat sama orang tua.
Seminggu pulang ke Bandung jelas nggak saya buang waktu untuk leyeh-leyeh, dari pagi udah ngider kesana-kesini naik motor, hujan panas macet banjir semuanya diterjang sampai-sampai hari keempat rasanya cuma ingin ngibarin bendera putih, tepar. Kalau dipikir ulang, inget gimana capeknya, liat gimana orangtua ikut sibuk ngurusin anaknya yang mau dipinang orang, a big question just popped in mind,
"Do we really need to ride this roller-coaster before the big event?"
Cuma buat dapetin sertifikat halal aja kenapa harus ribet begini sih, kalau kata teman saya bilang. Tapi ini bukan tentang 'cuma', adat dan budaya kita soal pernikahan sepertinya sudah dari jaman - entah-kapan-baheula mungkin. Setidaknya, proses bersatunya dua keluarga tidak hanya bersoal materi saja, tapi aneka effort yang ada dalam proses diantaranya.
Kadang kalau udah muncul kesel-kesel, marah-marah kecil, gemes-gemesan, suka malu sendiri kalau dibandingin semua effort yang udah dikeluarkan. Hanya untuk mendengarkan kalimat,“SAH!!” dan “Selamat menempuh hidup baru!” semua hal ini harus dilewati, mau tidak mau, suka tidak suka, bismillah bismillah, semoga Allah melancarkan memudahkan meridhai semua niat baiknya ya. Aamiin Allahuma Aamiin.
Sekali lagi, Bismillahirrahmanirahim.
Tangerang, 19 Maret 2017
Meja pojok Solaria, Bandara Soetta
Untuk pertama kalinya berharap delay..