Adaptasi Kebiasaan Baru? Hmm.

Nggak berasa udah mulai masuk di awal bulan desember. Tahun 2020 ini rasanya kayak semacam set-saaat-set banget super nggak berasa, semacam skip tiba-tiba sudah desember aja. 

Beberapa hari lalu saya dapat invoice untuk perpanjangan domain web ini, baru terpikir juga ya sayang sekali kalau dipikir-pikir blog ini mungkin diibaratkan sudah berjamur atau ada sarang laba-labanya. Blog-nya udah lama banget nggak diupdate atau digunakan untuk kerjaan. Bukannya males, tapi dari awal tahun lalu kok ya rasanya tiap dapat tawaran email untuk sponsored post kayaknya nggak dapet moment-nya aja. Padahal kalau dihitung lumayan buat nambah-nambah beli popok wk.

Sekarang, walaupun nggak terlalu ngoyo mulai mau menyempatkan nulis aja walau mungkin nanti akan se-random-itu. Nggak apa-apa. Yang penting bisa meluapkan isi pikiran aja.

Desember ini seperti biasa, dimulai dengan hujan setiap hari yang tiada henti, kadang dari siang cerah tiba-tiba hujan besar. Atau lebih seringnya sih dari pagi udah mendung seharian dan berakhir dengan hujan sepanjang malam. Alhamdulillah, rezeki.

Kalau dulu, moment-moment menuju pergantian tahun itu pasti seneng karena libur panjang dan bisa merencanakan liburan walaupun sekedar staycation. Tahun ini kan memang beda. 

New normal, ceunah katanya. 


Atau kalau di kita sih dibilangnya Adaptasi Kebiasaan Baru, ya?! Baru kepikiran, siapa ya yang mencetuskan adanya diksi kata ini hehe soalnya buat saya rasanya lebih enak aja dibilang dan dirasanya. Apa yang salah dengan 'New Normal'? Nggak ada yang salah sih, cuma buat saya rasanya yang namanya normal itu bebas keluar rumah nggak pake masker. Normal itu liat anak-anak sekolahan pada pergi sekolah. Normal itu bisa kumpul-kumpul sekedar ngopi cantik sama temen atau bahkan reunian satu angkatan. Normal itu bisa ngerasain hidup tanpa worry ketemu orang baru semisalkan tamu di kantor. Dan masih banyak normal-normal versi lainnya.

Dan buat saya ini tuh nggak normal. serius.

Bisa dibilang masih tahap denial kali ya, masih nggak terima kalau ini dibilang new normal. Makanya menurut saya lebih adem aja dengernya kalau adaptasi kebiasaan baru tadi disebutnya ehe padahal mah ya intinya ya sama itu aja ya. 

Hmm, pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan jaga jarak kan jadi salah satu kebiasaan baru yang nggak bisa lepas dari keseharian kita saat ini ya demi terhindar dari terpaparnya virus covid ini. Tapi kalau mau dibreakdown sama diri masing-masing, kita pasti menyadari bahwa nggak cuma itu kebiasaan baru kita semenjak pandemi. Ada yang jadi lebih rajin ibadah, lebih rajin membaca, memasak, olah raga berkebun atau mungkin lebih rajin rebahan.

Human's basic survival skill; adaptation.

Dari awal pandemi dan pas berbarengan dengan cuti melahirkan, saya emang nggak merasakan sama sekali yang namanya wfh (work from home). Seperti yang saya bilang dari sebelumnya, pandemi ini merubah banyak hal, termasuk kalau saya perhatikan disekeliling saya banyak banget teman-teman saya yang sepertinya menemukan 'passion' atau keahlian baru semenjak pandemi. Bahkan beberapa teman saya ada yang banting setir jadi wirausaha, dan bisa dibilang sukses. Keren sih. Jadi motivasi sendiri buat saya, jadi semacam ada keinginan untuk bisa lebih berkembang lagi. Insya Allah, mudah-mudahan Allah memberi jalan dan ridha aamiin.

Jadi inget pernah ada satu postingan di IGnya ummubalqis yang isinya bertanya, 'limit potensi manusia itu sesungguhnya segimana sih?' 
Jawabannya, sekhusu sholatnya. 
Seberat 'ruh' dia melibatkan Rabb-nya dalam langkah kaki di dunianya. 
Seyakin Allah memantaskan kesuksesan jika dia serius.

Bismillah.