Merasakan Euforia Imlek di Vihara Avalokitesvara

Kemarin tanggal 10 Februari seluruh warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek yang ke-2564. Mungkin, menurut pendapat pribadi saya, segala sesuatu yang berkaitan dengan hal yang baru baik itu Tahun Baru Islam, Tahun Baru China, dan mungkin tahun-tahun baru lainnya sama. Intinya tentu setiap perayaan Tahun Baru diliputi rasa syukur dan bahagia karena telah mampu melewati tahun lalu dengan baik. Juga tak lepas dari dipanjatkannya doa agar setahun kedepan dapat dilalui dengan sebaik-baiknya.

Tapi walaupun tahun lalu sudah terlewati, mungkin masih banyak hal yang belum tercapai dan bukan berarti semua akan terlewatkan begitu saja. Selama yang Maha Berkehendak menghendaki, segala harapan dan cita-cita masih siap untuk kita gapai dengan usaha disertai doa. Setidaknya menurut saya sih begitu, terlebih tantangan yang akan dihadapi kelak, dari hari ke hari, bulan ke bulan, bahkan mungkin tahun ke tahun selanjutnya akan semakin kompleks.

Disadari atau tidak, menurut saya (lagi), Tahun Baru memang identik dengan semangat baru untuk memulai sesuatu yang baru. Tentu setiap orang yang hidup ingin hidupnya mengalami kemajuan dan bukan sebaliknya. Maka dari itu kebanyakan orang kerapkali membuat suatu perenungan berupa flashback ke masa lalu serta membuat daftar resolusi untuk memperbaikinya dimasa depan.

Saya memang tidak merayakan Tahun Baru Imlek, tapi saya selalu senang dapat menikmati euforia saat Imlek. Ornamen merah, baju tradisional china, lampion, barongsai dan segala keramaian perayaan dihari ini. Nah, untuk bisa merasakan euforia Tahun Baru Imlek tahun ini saya dan teman-teman pergi ke Vihara Avalokistesvara, salah satu Vihara tertua di Indonesia yang terletak di Objek Wisata Banten Lama. Here we go!








some photo taken by denijoliyanto



Dari pintu masuk bau hio yang dibakar seolah menyambut kedatangan kami sore hari itu. Yap, tepat seperti apa yang saya bayangkan, ornamen merah mendominasi Vihara yang ramai dikunjungi warga keturunan Tionghoa yang hendak berdoa. Selain warga Tionghoa juga banyak 'wisatawan' lain seperti kami yang juga ingin sekedar melihat-lihat bagaimana perayaan Imlek di Vihara ini ternyata.

Nah serunya lagi ternyata didalam Vihara, tepatnya di dalam sekolahnya ini sedang berlangsung shooting Menu and Venue dari MetroTV. Fyi aja sih, chefnya ganteng, atletis dan bertato haha. Teman-teman saya sih katanya nggak kenal siapa chef ini, ya wong apalnya fara quinn doang sih, ck! Saya baru pertama kali lihat shooting untuk adegan masak-masak macem gini, ternyata cukup simple dan jauh dari kesan ribet.


Setelah puas berkeliling Vihara, kami pun masuk ke daerah asramanya. Dulu saat pertama kali saya kemari bangunan utama masih dalam tahap renovasi dan satu-satunya akses untuk kemari hanya melalui jalan ini. Oya, disini juga saya dan teman-teman menyempatkan diri untuk foto-foto, sekedar mengabadikan cerita aja sih. halahhh alasan. Lucunya, sebelum berangkat kami janjian pakai baju merah, ceritanya sih ikut menghormati gitu kan, ceritanya..

Hari semakin sore, para pengunjung vihara pun semakin sepi dan akhirnya kami juga memutuskan untuk segera bergegas pulang. Kebetulan kami pergi dan pulang melewati jalur yang berbeda. Saat pergi kami melalui kota Serang yang entah apa nama jalannya, nah ketika pulang kami melewati kawasan Karangantu dan Sawahluhur. Kalau boleh dibilang sih ini salah satu tempat favorit saya, mengingatkan saya akan kota Bandung.. Hamparan sawah hijau, pepohonan rindang, para petani, pegunungan, ah.. sulit digambarkan dengan kata-kata pokoknya.

Eh.. eh.. eh.. geng toya juga membuat beberapa foto untuk mengucapkan selamat tahun baru imlek nih, tapi percobaan pertama gagal hahahah jadi berasa mau tari saman deh.







Intinya selamat tahun baru Imlek untuk seluruh warga Tionghoa yang merayakannya. Ohayou! *)



xoxo,
agistianggi