Menyusuri Sungai Musi Menuju Pulau Kemaro
Jadi, setelah fix dapat ijin untuk keluar dari Pihak manajemen Udiklat Palembang, waktu itu saya dan teman-teman setengah 'memaksakan diri' atau bisa dibilang nekat untuk pergi ke Pulau Kemaro. Soalnya dari Pihak keamanan sih bilang kalau untuk pergi ke daerah sini agak rawan, maklum lah ternyata Kota Palembang ini tingkat kriminalitasnya memang cukup tinggi ternyata se-Indonesia. Jalan satu-satunya dan terakhir yang bisa kami pakai waktu itu akhirnya berbohong bilang mau ke Palembang Indah Mall sekedar jalan-jalan aja hehe.
Bermodal kata-kata 'mumpung disini, kapan lagi coba?' berangkatlah kami menuju jembatan Ampera. Nah, dari sana barulah kami mencoba menawar harga perahu yang biasa dipanggil 'ketek' oleh orang Palembang untuk menuju ke Pulau Kemaro.
Setelah salah seorang teman asal Medan bernegosiasi, akhirnya kami mendapat harga 120ribu satu perahu untuk 10 orang. Sayangnya mesin kapal ini beberapa kali mengalami gangguan karena ada sampah yang tersangkut di baling-baling mesin. Kalau mau lebih asyik dan lebih cepat sih baiknya naik perahu motor cepat tapi nggak sempat nanya berapa harga untuk kesana. Sekitar kurang lebih 30 menit tibalah kami di Pulau Kemaro! Wo hoooooooo!
Pulau Kemaro ini ternyata kecil ya, semacam daratan ditengah sungai *halahhh* Didalamnya ada sebuah kelenteng tua, sebuah patung berwarna emas, sebuah pohon yang-saya-lupa-namanya, dan juga sepasang patung panda.
Dari tulisan disana disebutkan bahwa Pulau ini punya sebuah legenda. Konon, ada legenda seorang putri bernama Siti Fatimah yang disunting oleh seorang saudagar Tionghoa yang bernam aTan Bun An pada zaman kerajaan Palembang, Siti Fatimah diajak kedaratan Tiongkok untuk melihat orang tua Tan Bun An. Setelah beberapa waktu Tan Bun An beserta istri pamit pulang ke Palembang dan di hadiahi 7 (Tujuh) buah guci, sesampainya di perairan Musi dekat pulau Kemaro, Tan Bun An mau melihat hadiah yang diberikan. Begitu dibuka Tan Bun An kaget sekali isinya sawi-sawi asin tanpa banyak berpikir langsung dibuangnya ke sungai, tapi guci yang terakhir terjatuh dan pecah diatas dek perahu layar. ternyata ada hadiah yang tersimpan didalamnya, Tan Bun An tidak banyak berpikir, ia langsung melompat ke sungai untuk mencari guci-guci tadi. Sorang pengawai juga terjun untuk membantu. Melihat 2 orang tersebut tidak muncul, Siti Fatimah pun ikut melompat untuk menolong, ternyata tiga-tiganya tidak muncul lagi, penduduk sekitar pulau sring mendatangi pulau kemaro untuk mengenang 3 orang tersebut dan tempat tersebut dianggap sebagai tempat yang sangat keramat sekali.
Kondisi disana cukup sepi dan menurut saya pribadi kurang terawat kebersihannya. Beberapa bangunan terlihat sedang direnovasi, tapi fasilitas seperti toilet dan fasilitas lainnya harus lebih diperhatikan nampaknya oleh Pemerintah setempat agar para pengunjung lebih tertarik untuk pergi kemari.
Setelah puas berkeliling dan berfoto-foto, saya dan teman-teman memutuskan untuk segera pulang berhubung tepat sebelum pukul 18.00 dan adzan maghrib berkumandang harus kembali lagi ke mess dan hotel masing-masing.
walaupun singkat tapi liburan ini sangat menyenangkan! ^^
Pulau Kemaro, Palembang
Awal Apri, tanggal sekian sekian..