RITME


Satu pagi di bulan Juli lalu, saat bumi Laskar Pelangi dilanda hujan yang seolah tiada henti setiap hari. Sebuah email masuk kedalam kotak pesan saya dan lantas menjadi awal senyum sumringah sampai saat saya menulis ini. Saat ini.

Sebuah pesan yang jika diibaratkan hujan, adalah satu hal yang membuat seorang anak kecil tergelak tawa, ceria, berlari riang.

Bahagia.

Salah seorang sahabat terdekat saya minggu depan melepas masa lajang.

Dan saya berjanji untuk datang atau lebih tepatnya -diteror-diancam-you named it- untuk datang. Haha!

Karena bagi saya, setiap janji yang terucap juga termasuk dalam salah satu kategori hutang yang harus dibayar. Jadi, InshaAllah saya datang. Walaupun entah seperti apa kelak rasanya badan saya melewati perjalanan darat, laut dan udara berjam-jam lamanya. Saya sudah janji dan kali ini akan saya tepati.

***

Entah kenapa rasanya badan saya ringkih sekali beberapa bulan belakangan. Jam tidur yang kelewat panjang atau kadang justru tidak beraturan beberapa minggu terakhir. Semacam sedang menyesuaikan diri, dengan lingkungan, atmosfir, suasana dan rutinitas baru. Mendengarkan musik, membaca buku, merajut dan melakukan beberapa rutinitas biasa pun masih belum terasa 'se-menyenangkan' dulu. Semacam masih asing dengan hal baru, ritme baru.

Proses, sih. 

Ya, kembali lagi semuanya hanya soal waktu. Saya termasuk orang yang kerap terburu-buru, rusuh, si riweuh kalau disidir Aji di kantor sih. Namanya juga belajar. Sedang ingin mencoba untuk merelakan sedikit detik lebih lama untuk berproses, untuk berani melangkahi sesuatu yang (mungkin) kelewat dicintai. Untuk berpindah dari satu pijakan ke pijakan lain yang terasa begitu asing. Karena katanya dalam hidup ini, kita selalu butuh berpindah. 

Pindah dari 'tempat' yang terlampau nyaman. Pindah dari hal-hal yang salah. Pindah dari perasaan-perasaan yang keliru.. 

Karena, ada indah dalam setiap pindah. 

Begitu, kan?

Dari sekian banyak doa yang pernah dipanjatkan, mungkin doa itu adalah salah satu dari sekian doa yang belum ingin Allah kabulkan. Kali ini kesempatan mungkin belum berpihak pada saya untuk segera mewujudkan harap yang satu itu, tetapi saya juga percaya masih ada kemungkinan-kemungkinan yang mengalir panjang dan siapa yang tahu jika kelak pada saatnya iya mewujud pada waktu yang bersinggungan.

Bukankah setiap cerita yang baik berhak akan sebuah penutup yang menuntaskan?




Iya, kan?

*indah mana indah*


Muntok, Awal Agustus, dan sudah setahun ternyata ya..
Sedang random-randomnya, ah!