TANJUNG KERASAK; HIDDEN PARADISE-NYA SELATAN BANGKA



Katakanlah saya kecanduan. Saya kecanduan mendengar suara angin dan debur ombak pesisir pantai. Hampir dua setengah tahun ini merantau yang saya anggap liburan, karena kebetulan ditempatkan di pulau yang setiap sudutnya punya tempat yang menyenangkan bahkan hanya untuk sekedar dikunjungi dalam selingan pekerjaan.

Kali ini Pantai Tanjung Kerasak yang berlokasi di Desa Pasir Putih yang kebetulan bisa saya datangi. Setelah sebelumnya Pelabuhan Sadai yang kami kunjungi, searah jalan pulang petunjuk arah menuju pantai ini membuat kami iseng pun sekaligus penasaran untuk mampir sebentar.

Pantai ini mempunyai panorama yang sangat indah dengan pasirnya yang putih. Bebatuan granit besar berserakan ditepi-tepi pantainya ditambah dengan air lautnya yang jernih kebiru-biruan jadi paduan yang sulit terbantahkan indahnya. Memiliki karakteristik pantai yang landai dengan gelombang yang tenang, pantai ini memang sangat cocok dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata keluarga. Sayangnya kali ini cuaca mendung saat kami kemari.


Berada di Desa Pasir Putih, Bangka Selatan. Terhitung baru dua bulan saya tinggal disini, dan terhitung hanya baru beberapa kali juga beberapa tempat yang bisa saya kunjungi. Berjarak sekitar 30 Km dari Toboali, jarak tempuh ke pantai ini kurang lebih hanya sekitar 30 menit saja. Tapi jika datang dari Pangkalpinang, maka harus menempuh perjalanan panjang sekitar 150 Km. Lumayan cukup jauh memang.

Saya yang pada dasarnya selalu penasaran dengan behind-the-scene nya pemberian nama suatu tempat sempat mencoba bertanya pada Aris yang memang notabene putra daerah sini artinya tapi dia hanya tertawa sambil menggelengkan kepala. Dari info yang saya baca dari internet sih katanya sejarah pemberian nama ini karena dulunya sepanjang pantai ini dipenuhi daun gugur bahkan konon tingginya hampir mendekati lulut, nah masyarakat kampung ini lah yang biasa menyebutnya kerasak. Hmm.


Fasilitas yang dimiliki Pantai Tanjung krasak seperti WC umum, warung penjual makanan dan gazebo yang bisa digunakan untuk bersantai saat berkunjung. Mungkin pada saat weekend atau hari libur panjang tempat ini cukup ramai.

Setelah 'berkelana dari Barat hingga Selatan' di pulau ini, setiap tempat memang punya cerita tersendiri. Bagi saya pada dasarnya peribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung memang benar adanya. Toleransi dan saling menghargai jadi hal mendominasi yang saya lihat dari kehidupan penduduknya yang merupakan campuran antara masyarakat lokal dan penduduk keturunan tionghoa.

Entah kenapa definisi bahagia itu sederhana semakin bisa saya definisikan lebih sederhana ditempat ini. Mencari kesenangan walaupun hanya sekedar pergi dari rumah kontrakan menuju pantai lalu memesan sebuah kelapa muda, tertawa, dan pulang. Mungkin, suatu hari nanti saat saya sudah bisa pulang ke tanah kelahiran, tempat ini akan jadi salah satu tempat yang saya rindukan. Mungkin.

udah kayak embak-embak galau mau nyebur laut belum? ha!

Selatan Bangka, Pertengahan Februari
Dua ribu tujuh belas!