Tentang Matahari Terbenam di Pura Tanah Lot Bali

Pura Tanah Lot jadi penutup hari ketiga saat liburan di Bali. Tempat yang aku tempuh paling lama karena perjalanan panjang dari Ubud ke kawasan Tabanan. Tempat yang sekaligus paling berkesan. Bukan, bukan karena berkenalan dengan bule kece dari Timur Tengah, wleee! tapi karena ditempat ini aku nyasar saat hendak pulang hingga 2 jam lamanya.

Dari kawasan Ubud sekitar pukul 15.30 waktu setempat, lagi-lagi sempat ragu karena jarak yang harus ditempuh berdasarkan informasi dari Google Maps kurang lebih sekitar 40 KM dengan waktu tempuh 1 jam 20 menit. D a a a a n g! Entah kenapa, tanpa pertimbangan matang, sempat terpikirkan juga belum tau kapan bisa ke Bali-gratisan-lagi jadilah bermodal Basmallah pergi kesana.




Tanah Lot adalah salah satu obyek wisata terkenal di pulau Bali yang wajib dikunjungi. Terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Jika berangkat dari Bandar udara Ngurah Rai dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam-an dengan kendaraan bermotor jika tidak terjadi kemacetan. Nah, berhubung saat itu aku sedang berada di Ubud, perjalanan lebih panjang lagi melalui jalanan berkelok tapi ditemani hamparan sawah yang menghijau.



Sesampainya di Pura Tanah Lot, aku membayar 2 ribu rupiah sebagai tiket masuk kendaraan bermotor. Dari pintu selamat datang kita harus berjalan terlebih dahulu melalui kios-kios penjual aneka cinderamata yang berjejeran. Misalnya patung, lukisan, kain pantai, pernak – pernik, dan aksesoris seperti di pasar seni Sukawati. Selain itu terdapat pedagang makanan dan minuman dan penyewaan kamar kecil atau toilet. Harganya pun relatif murah untuk wisatawan domestik maupun mancanegara.




Disini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Lokasi pura yang satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Katanya, Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Tanah Lot lebih terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam, dan itu yang jadi alasan aku kekeuh harus kemari.



Dibangun pada dua tempat yang berbeda. Pura yang satu lagi terletak di atas bongkahan batu besar, dan satunya lagi terletak di atas tebing yang menjorok ke laut mirip dengan Pura Uluwatu. Tebing inilah yang menghubungkan pura dengan daratan dan bentuknya melengkung seperti jembatan. Dari pura yang satu ke pura yang lain ini jaraknya lumayan cukup jauh sih. Lumayan bikin engap setelah perjalanan panjang.







Pura Tanah Lot merupakan bagian dari Pura Kahyangan Jagat di Bali, sebagai tempat memuja dewa penjaga laut. Pura Tanah Lot akan kelihatan dikelilingi air laut pada saat air laut pasang. Di bawahnya terdapat goa kecil yang didalamnya ada beberapa ular laut, yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, berwarna hitam berbelang kuning.

Menurut cerita konon ular laut tersebut adalah jelmaan dari selendang perdiri pura, yaitu seorang Brahmana dari Jawa yang mengembara ke Bali. Beliau adalah Dang Yang Nirartha. Ular itu diutus sebagai ular penjaga pura ini. Melihat antrian untuk masuk ke dalam goa untuk melihat ular tersebut cukup padat, aku akhirnya mengurungkan niat untuk turut mengantri. Dan berjalan-jalan jadi pilihan yang juga menyenangkan, wohooo!










Pemandangan indah pantai dan matahari terbenam dapat dinikmati sekitar pukul 6 sore. Ada juga beberapa hotel yang dekat dengan pantai di sekitar tempat wisata Tanah Lot yang biasanya mengelar berbagai acara di malam hari. Misalnya pertunjukan tari Kecak, sunset dinner, dan pesta pernikahan. Masih inget kan beberapa waktu lalu ada beberapa artis yang menggelar pesta pernikahannya dengan mewah ditempat ini. Tempat wisata ini, juga sering menjadi salah satu lokasi foto pre-wedding di Bali..


Akhirnya setelah mendapat satu tempat yang aku pikir paling strategis untuk menikmati sunset, aku duduk dan sempat ngobrol juga dengan salah seorang wisatawan dari India dengan bahasa inggris yang seadanya.

Sayangnya lagi-lagi kali ini awan cukup mendung sehingga pemandangan sunset tidak begitu nampak cantik hingga terbenam. Salah satu hal yang membuat aku excited saat burung-burung tiba-tiba beterbangan masuk kedalam goa dibawah tebing. Mungkin karena baru pertama kali lihat semacam ini jadi too excited dan ber-wah-wah terus sampai akhirnya semua burung itu menghilang seiring dengan gelap saat memasuki malam.












Perjalanan kali ini menyimpan jawaban atas tanda tanya besar. Simpelnya gini, at one point, you'll love someone that time will stay still and distance will remain constant. Although it doesn't always mean that person will love you the same way. Cie, dewasa. 

Wonderwall : [won-der-wall] adj. -someone you find yourself thinking about all the time, the person you are completly infatuated with. 
Apapun itu aku percaya bahwa semesta mempunyai aneka cerita tentang kisah yang tak pernah usai. Tentang matahari yang terbit, terbenam dan kemudian terbit lagi. Tentang mendung, hujan, tapi tidak selalu diiringi pelangi indah setelahnya.  Tentang dua orang manusia yang bertemu lalu jatuh hati. Lalu pergi, datang lagi. Pergi lagi, datang lagi.

Ditengah 'pekerjaan sampingan' jadi kuli foto bagi para pasangan yang tengah kasmaran tiba-tiba aku terpikirkan banyak hal. Isn't it crazy how two complete strangers, can become a lovers, completely share everything then go back to being strangers again, huh? Dan sore itu aku hanya tersenyum sembari mengela nafas panjang. 

Dan pengalaman nyasar selama hampir dua jam untuk pulang ke Kuta hingga saat ini masih sangat berkesan. Dalam. Aha!



Terima kasih, Bali :)
Bangka. Sudah lewat tengah malam. Dan nanti pagi Assesment.
Good job, gis!