Konon, Bumi Pasundan diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum. Setidaknya itu tulisan yang saya lihat terpampang jelas disalah satu ruas jalan utama kota ini. Alasannya? Banyak. Mungkin kamu bisa bertanya pada setiap ‘turis asing’ yang pada saat weekend, long weekend maupun hari libur nasional memilih untuk membanjiri kota ini dengan kuda besi dari kota asal mereka. Jujur, sebagai warga yang di KTP-nya tertera berkelahiran di kota Kembang, saya dan mungkin banyak diantara kalian setuju bahwa kini kota ini tidak senyaman dulu. Terlalu hectic. Terlalu bising. Terlalu ramai. Terkadang harus menghabiskan waktu berjam-jam dijalan untuk tiba di satu tujuan.
![]() |
Wanawisata Batu Kuda, Kaki Gunung Manglayang |
Walaupun masih merasa mengantuk, tapi saya tidak ingin membuang waktu. Jadi saya mengajak pria itu untuk segera menjelajah Bandung tepat setelah ayam jantan berkokok. Kondisi jalan yang masih basah sehabis hujan, membuat perjalanan menjadi lebih lama, karena sepeda motor yang kami tumpangi harus sedikit melambat apabila melewati medan yang becek, licin, dan tidak beraspal.