Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Perempuan Kesayangan

Aku mengenal seorang perempuan yang mencintai laut. Katanya, laut adalah hidup yang melahirkan kehidupan. Katanya, laut semacam arena yang luas tak berbatas di kepalanya. Katanya, laut semacam riak arus hidup yang tak berkesudahan, seolah diterpa angin dan selalu kejar-kejaran. Katanya, laut semacam gambaran setiap kehidupan. Selalu bergerak, berubah, tidak dapat ditebak. Itulah mengapa ia sangat menyukai laut. Alasan yang sangat sederhana, kataku. Dia mencintai sesuatu yang mengajarkan kehidupan. Seperti itu ia mencintai ibunya. Dia memiliki mata yang unik—kornea matanya berwarna coklat kehitaman. Kantung matanya mengisyaratkan berapa lama waktu ia tidur setiap malam. Sesekali terlihat ia menghela nafas panjang, bukan mengeluh, hanya sebuah refleks tubuh ketika ia mulai sangat kelelahan. Senyumnya lebih menenangkan dari apapun juga. Ketika ia bersedih, bibirnya menjadi tempat yang menampung segala duka yang ia tuang dalam doa. Dia lebih suka meminum air matanya sendiri daripada

Antara Perasaan dan Masa depan..

Gambar
Jika bicara soal dua hal ini, ada dua hal pula yang jadi pertaruhan ..antara rasa dengan logika.  Seiring berjalannya waktu juga berkembangnya pikiran, tentu masa depan bukan sesuatu yang bisa diabaikan. Menjalin hubungan dengan seseorang, lebih dari sekedar berteman, terlebih hingga tahun kesekian pasti telah melewati berbagai cobaan hingga proses pendewasaan. Perang ego dengan perasaan. Ada kesenangan sekaligus juga kesedihan. Ada perjuangan. Namun, jika suatu hubungan tidak memiliki arah dan tujuan. Tidak memiliki rencana atau tempat tujuan, tidak memiliki nahkoda yang berani mengambil keputusan untuk masa depan, tidak memberikan sedikitpun harapan. Lantas, apa yang mau diperjuangkan?