Describe yourself; Me, mine..

Atas tantangan seorang teman untuk mendeskripsikan diri dalam 1000 kata, maka saya membuat postingan ini. Haha! Sebenarnya saya termasuk orang yang sangat sulit malas untuk menceritakan diri sendiri. Tapi ternyata sifat ini merugikan saya sendiri untuk saat-saat tertentu, saat interview kerja misalnya.. Seringkali saya terdiam beberapa lama saat diminta mendeskripsikan diri sendiri kepada para interviewer. Beberapa kali saya diminta untuk menceritakan diri saya, lalu saya mulai cerita kesana kemari, tapi dalam waktu kurang dari 5 menit. Dan dengan raut muka heran salah satu dari mereka bertanya, 'Berapa umurmu?'. Tidak terpikirkan apapun, saya menjawab saat itu, '20 tahun pak'. 'Hmm.. 20 tahun kamu hidup, dan saat diminta untuk mendestripsikan diri kamu sendiri hanya dalam waktu kurang dari 5 menit?', timbalnya. Hasilnya? Jangan tanya. Ya, saya gagal dalam interview tempat kerja impian saya itu. Hahaha, tragis.

Oke kita mulai.. satu dua tiga...
Nama saya Anggi Agistia, biasa dipanggil Anggi, atau agis oleh teman-teman dekat saya. Saya merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adik saya yang pertama laki-laki, namanya Pilar Mochammad Noor, sedangkan si bungsu perempuan, namanya Aurellia Mutiara Rahma. Nama indah yang saya siapkan dari beberapa bulan sebelum kelahirannya tiga tahun lalu. Oya, kedua orangtua saya bekerja sebagai entrepreneur, alias wiraswasta. Semenjak kecil hingga lulus kuliah saya tinggal di kota Bandung, kota Paris van Java. Saya suka menulis, membaca, dan travelling. Pada saat SMP, saya bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah dan menjadi pengurus Palang Merah Remaja pada saat itu. Sedangkan saat SMA, saya bergabung dengan tim jurnalistik sekolah yang bernama Seven Journalist Team dan ekstrakulikuler teater, Bocah Sma Tujuh. 
Dari kedua organisasi tersebut, saya banyak belajar tentang media. Karena kedua hal tersebut sama-sama berhubungan dengan media. Menjadi seorang jurnalis sekolah membuat saya harus selalu up-to-date tentang perkembangan informasi tentunya. Saya juga sering melakukan liputan kepada beberapa orang untuk dijadikan people-of-the-month sebagai bahan pertimbangan redaksi, entah itu untuk bulletin ataupun majalah dinding. Saya juga sering ditugaskan untuk meliput event-event, baik internal maupun eksternal, seperti konser musik, bazzar, pameran dan hal sejenisnya. Dan tak jarang saya mendapat teman baru dari kegiatan ini. And I’m totally falling in love with this duty! Seriously.
Selain mengharuskan saya untuk selalu kreatif dan aktif mencari informasi, saya juga mencintai kegiatan ini karena saya bisa berinteraksi dengan banyak orang dalam berbagai golongan. Oya, saat itu juga kebetulan saya menjabat sebagai ketua organisasi. Sebagai ketua, saat itu saya belajar banyak hal dalam membangun suatu teamwork yang baik, belajar membagi tugas dengan sama rata, dan belajar mengatasi konflik internal organisasi. Memang agak cukup sulit, tapi nyatanya semua itu bisa dilalui, selalu ada jalan keluar untuk setiap permasalahan, itu prinsip saya.
Sebenarnya saya juga ingin ikut organisasi Pecinta Alam, tapi sayangnya gak dapat ijin dari orangtua. Untuk itu sering kali beberapa kali saya, dan beberapa teman, melakukan kegiatan camping dan hiking tanpa ijin. Kami biasanya melakukan kegiatan ini dengan sangat mendadak, tanpa persiapan yang matang. But, that’s the point! Saya, belajar banyak  tentang kehidupan di alam bebas, belajar betapa kebersamaan bersama teman ditengah hutan saat malam hari ditemani hangatnya api unggun, petikan gitar dan alunan alam berpadu itu merupakan perasaan yang tidak bisa terungkapkan dengan kata-kata. Bahagia itu sederhana, kurang lebih sih begitu kalau orang-orang bilang. Saya juga belajar bagaimana caranya bekerja sama dengan teman-teman saat tenda roboh sedangkan hujan semakin lebat dan tenda terendam air, belajar bertahan hidup saat cadangan makanan hampir habis, bagaimana kami harus saling berbagi tanpa memikirkan egoisme masing-masing dan bahkan rela mengalah disaat-saat tertentu. Damn, I miss you all!
Di kampus tidak banyak aktivitas yang saya ikuti, hanya beberapa, termasuk himpunan, itupun tidak selalu setiap kegiatan saya datangi. Ya, jadwal kuliah yang terbilang cukup padat ditambah tugas yang seabrek membuat saya mengurangi kegiatan sosial dikampus. Sebenarnya sih ini tidak bisa dijadikan alasan. Hmm.. Kuliah dari mulai pukul 7 pagi sampai jam 5 sore, full day, hampir setiap semester saya jalani. Bahkan karena jarak dari rumah ke kampus bisa dikatakan tidak dekat, di tahun pertama dan kedua saya memilih untuk menyewa sebuah rumah kos bersama seorang teman, ajeng.
Dapat dikatakan saya bukan anak dengan IQ diatas rata-rata, saya tidak pintar, sungguh. Tapi, saya tipikal anak yang rajin dan ulet, setidaknya begitu yang saya rasa dan teman-teman bilang. Seringkali teman-teman meminjam catatan harian saya untuk mereka salin dirumah. Saya juga termasuk mahasiswi yang rajin mengerjakan tugas, saya rasa, jika dibandingkan dengan teman-teman saya. Saya punya kenangan buruk dengan copy-paste, lucu sih sebenarnya, dulu setiap selesai mengerjakan tugas pasti seringkali ada beberapa teman menanyakan kepada saya dan meminta dikirimkan hasil pekerjaan saya by email dengan alasan 'hanya sebagai contoh'. Nyatanya? Memang berbeda, judulnya. Isinya bisa dikatakan bagai pinang dibelah dua, sama. Kecewa? Jelas. Tapi toh saya tidak bisa berbuat apa-apa.
Suka duka saya saat menjadi mahasiswa sungguh sangat banyak, ditengah sistem kuliah diploma dan berbagai tuntutan hidup lainnya, tapi justru disitu kesannya banyak pelajaran dan hikmah yang bisa diambil. Setidaknya diluar itu semua, dari sifat rajin dan ulet yang saya miliki selama dua tahun berturut-turut saya bisa mendapatkan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik). Alhamdulillah. Hal itu bisa saya jadikan suatu kebanggaan tersendiri, karena dari akhirnya saya bisa membiayai kuliah sendiri sampai akhir tanpa membebani kedua orangtua saya lagi.
Pada dasarnya saya adalah seorang yang berwatak keras. Seorang yang tidak akan dengan mudah merubah pendiriannya terutama jika memang saya merasa bahwa memang saya benar. Begitulah. Aktif di berbagai organisasi membuat saya tidak sulit untuk bergaul dengan siapapun, hanya saja pada awal pertemuan dengan orang maupun lingkungan baru, saya biasanya cenderung terlihat pendiam, berusaha mengenali dulu segala hal dalam hal baru tersebut, mencoba beradaptasi ..membaur diri dengan cara yang benar.
Saya juga tipikal orang yang sedikit spontan, seringkali melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Hal ini lebih sering saya lakukan dalam traveling. Yap, saya sangat suka traveling. Enjoy traveling, tasting new places and having new friends, that’s all. Sering sekali saya merencanakan liburan dadakan, tanpa persiapan yang matang, and here we go! Entahlah, bagi saya hal-hal demikian justru terasa lebih menantang. Bukan berarti saya tidak suka mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, hanya saja untuk hal satu ini feel yang saya rasa saat berlibur akan dua kali lebih berkesan.
Sukses, kesuksesan, menurut saya tidak hanya bisa dinilai dari hasil yang kita dapat atas suatu proses yang kita lakukan. Seiring berjalannya waktu saya belajar bahwa sukses itu bermakna luas. Sukses nyatanya bukan hanya dapat dinilai dari materi semata, setiap orang mempunyai standar nilai tersendiri untuk kesuksesannya. Dulu, saya selalu berpikir bahwa hasil adalah segalanya, sukses atau tidaknya kita akan suatu hal dilihat dari bagaimana hasil akhirnya. Lalu, seseorang menunjukkan saya suatu paradigma baru, dimana proses-lah yang bisa dijadikan parameter suatu kesuksesan. Karena, pada dasarnya suatu hasil akhir tanpa proses sama dengan nol besar. Tidak berarti apa-apa.
Dan, kurang lebih sejak setahun belakangan ini saya menyadari satu hal, saya sangat suka menulis, walalupun sejauh ini saya belum tau hal apa yang sesungguhnya saya minati dan apa yang akan menjadi fokus saya ..saya suka menulis. Apapun. Saya suka menulis tentang pengalaman saya melakukan travelling, saya suka menulis tentang review tempat makan yang saya kunjungi, saya suka menulis tentang perasaan saya, terkadang, ya itu dia apapun.. Randomly. Saya suka menulis, dan terkadang memasukkan tulisan-tulisan saya ke beberapa media dalam sebuah kompetisi. Pada hal ini saya merasa kalau ini hanya untuk aktualisasi diri, karena pada beberapa bulan belakangan tanpa ada hal yang harus dikerjakan terkadang membuat saya merasa bahwa saya tidak berguna, dan semacamnya. Sedangkan apresiasi dari tulisan itu, baik berupa materi maupun pujian, lebih tepat diletakkan dalam posisi sebagai suatu ‘timbal balik’ atau mungkin ‘bonus’ dari apa yang telah saya kerjakan. Hanya dapat bersyukur pada yang Maha Kuasa, Alhamdulillah.
Belajar mandiri, belajar melakukan berbagai hal sendiri dan berani bertanggung jawab atas hal tersebut. Ini juga yang sedang saya pelajari selama setahun belakangan. Tinggal terpisah ratusan kilometer dari kedua orang tua dan adik-adik membuat saya harus bisa mandiri, harus bisa belajar beradaptasi dengan lingkungan baru yang notabene berbeda dengan kota asal saya. Menghargai dan dihargai merupakan suatu hal yang saling berkaitan erat, menurut saya. Aturannya mudah, siapa yang ingin dihargai harus bisa menghargai orang lain terlebih dahulu, begitu kan?! Perbedaan budaya, kebiasaan, bahasa, suku, ras, agama dan lain hal sebagainya merupakan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat memasuki suatu lingkungan baru, terlebih mengingat Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Ya, intinya tetap saja ..belajar.
Sekarang saya sedang belajar menghilangkan sifat keras kepala saya. Saya juga belajar untuk menilai sesuatu secara objektif, melihat satu hal dari berbagai sisi, dan mencoba menyebutkan beberapa kemungkinan atas penyebab terjadinya hal tersebut. Seseorang mengajarkan kepada saya bahwa nyatanya hidup ini memang penuh dengan berbagai kemungkinan, dan untuk itu kita tidak boleh berhenti berusaha untuk mendapatkan kemungkinan yang terbaik. Sehingga nantinya kemungkinan-kemungkinan itu akan menjelma menjadi suatu ‘kepastian’ yang bisa jadi membuat kita bahagia. Prinsipnya, saya selalu yakin bahwa pasti selalu ada penjelasan yang masuk akan untuk semua hal yang terjadi.
Kurang lebih itu yang bisa saya ceritakan. Tidak ada kata yang bisa saya katakan selain 'ya inilah saya..'.

Sekian dan terima kasih.

xx,

agistianggi


Nb: Dan, look! I can do it well, right?! But, i dont know how to make it real in reality. I'm better as silence, yes?