Jogja, Kota dengan Pesona Sepanjang Masa.. #2ndDay

Jumat, 16 November 2012

Hari kedua liburan di Jogja rencananya kami mau berkunjung ke Candi Borobudur. Berhubung hari itu hari jumat, tentu kami diburu waktu ...selain para lelaki yang harus menunaikan ibadah solat jumat entah kenapa saya merasa kalau di setiap hari jumat itu waktu selalu terasa dua kali lebih cepat dari biasanya. Sungguh..

Dengan perjuangan ekstra bangun pagi itupun terasa 10 kali lebih sulit, haha mungkin karena malamnya kami baru sampai dirumah sekitar pukul 2 pagi. Nah, setelah mandi dan bersiap, sekitar pukul 10 pagi itu kami berangkat menuju ke Candi Borobudur, tapi sebelumnya kami mencari tempat makan dulu untuk sarapan. Dan sebuah rumah makan kecil di pinggir jalan bernama 'Ayam Goreng Bonita' menjadi pilihan kami. Menurut saya sih harganya relatif murah dengan rasa ayam yang juaraaaaa. Entah karena memang rasanya yang enak atau saya yang kelewat lapar, makanan di piring pun habis tak bersisa, ha! Setelah itu perjalanan kami lanjutkan kembali.

Saat waktu menunjukan pukul 12 kurang, kami berhenti di sebuah masjid. Sambil menunggu para jagoan itu solat jumat, saya menunggu di halaman masjid, dan disana saya menemukan sebuah fakta baru.. seingat saya, hari sebelumnya dari Candi Prambanan selama perjalanan pulang saya melihat penjualan es dawet yang berjejeran, begitupun di masjid ini ada beberapa penjual dawet yang menjajakan dagangannya menggunakan gerobak. Sebetulnya sih saya ingin coba, tapi berhubung kapasitas perut yang terbatas dan sebelumnya sudah diisi sampai full-tank dengan ayam kampung, niat ini saya urungkan. *sigh*

Setelah bergantian solat, akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur. Oya, sebelum kemari kami melewati tugu Jogja, sayangnya saat itu tugu sedang dalam masa renovasi. Sayang sekali padahal, belum sah ke Jogja katanya kalau belum foto disana, katanya.. Perjalanan ke Magelang dari Jogja menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam. Untungnya perjalanan saat itu ramai lancar, hanya saja cuaca tidak mendukung, mendung..

Selamat datang di Candi Borobudur..

Akhirnya.. Selamat datang di Candi Borobudur! Beberapa tahun lalu saya pernah juga kemari, acara study tour dari sekolah saat smp, tidak banyak yang berubah hanya saja lebih ramai oleh para penjual cendramata rasanya.. Dengan membayar tiket masuk seharga 30ribu per orang, masuklah kami ke kawasan wisata.

Welcome!
Jadi ceritanya Mas Deni, Mas Ilmi sama Mba Sinta bikin geng gitu, geng baju item dan jadinya foto-foto terus bertiga dan aku nggak di ajak. Krik! Ha. Mungkin karena memang sedang libur long weekend, pengunjung Objek Wisata inipun jumlahnya membludak, penuh ga keruan deh rasanya. Dan sayangnya lagi, gak lama berselang saat kami baru akan naik menuju puncak candi, hujan pun turun ..jadilah semua orang berhamburan mencari tempat berlindung supaya nggak kebasahan. Demikian juga kami, kami meneduh disebuah gazebo sebelum tempat pengembalian sarung. Oya, sebelum masuk kawasan candi juga kami diberi sebuah sarung untuk dipakai selama dalam kawasan, sewaktu di Candi Prambanan juga.




Sekitar pukul 2 siang itu hujan mengguyur Jogja selama hampir 30 menit dan membuat kami mau tidak mau harus menunggu hujan reda karena intensitas hujan yang cukup lebat. Sepanjang menunggu hujan reda, kami mengobrol, bercanda, tertawa, bercerita tentang banyak hal, tentang pengalaman, tentang teman, tentang apapun.. Kesana kemari. Seperti biasa. Sampai pada akhirnya hujan mereda, tidak berhenti, karena rintik hujan masih tetap menghujani kami dengan cara yang jauh lebih romantis. Gerimis..

Dengan setengah tergopoh-gopoh akhirnya kami sampai juga di puncak Candi, dan tentunya sama sekali tidak melewatkan momen ini untuk diabadikan melalui sebuah gambar. Selama di atas candi hujan juga tak kunjung berhenti, namun anehnya pengunjung candi kian ramai. Ya, mungkin pemikiran kami saat itu sama, tidak mau melewatkan kesempatan berkunjung kemari hanya karena hujan. Hmm, saya juga sempat mengambil banyak gambar saat di Borobudur dan hal yang paling membuat saya takjub adalah saat melihat pemandangan di balik bukit. Wow! Entah kenapa saya memang selalu seperti ini setiap kali disuguhi pemandangan alam. Tak henti dibuat takjub..

Candi Borobudur

A!
Saya juga sempat ngobrol dengan salah seorang petugas keamanan di Candi Borobudur. Saya bertanya kenapa banyak patung-patung disini yang tidak utuh, apakah itu kepalanya hilang, tangannya dan lain sebagainya.. Nah, beliau bilang sih, memang keadaan candi saat ditemukan sudah demikian ..dulu kan candi ini terkubur seperti sebuah bukit. Hmm, saya sendiri sih beberapa waktu lalu sempat mendengar berita kalau patung-patung atau benda peninggalan sejarah seperti ini memang menjadi incaran banyak tangan-tangan tak bertanggung jawab untuk diperjual belikan secara ilegal berhubung harga jual yang cukup menggiurkan. Padalah kalau boleh dikata, nominal uang tidak akan pernah menggantikan nilai sejarah yang terkandung didalamnya. Cie, anggi bijak.. #halah

Salah satu patung yang terbuka

Hari semakin gelap dan senja membuat kami mau tidak mau harus segera bergegas untuk pulang. Sayangnya, belum sempat kami membeli oleh-oleh khas borobudur, lagi lagi hujan deras mengguyur Magelang.. Kamipun segera menuju mobil untuk kembali menuju Jogja.

Tujuan kami selanjutnya adalah makan nasi kucing khas Jogja. Saya pun sebetulnya pernah makan nasi kucing sebelumnya, bedanya itu nasi kucing ala Banten, tentu rasanya pun akan berbeda. Lalu, meluncurlah kami menuju salah satu tempat angkringan yang menjajakan nasi kucing, angkringan dekat Stasiun Tugu, kalau saya nggak salah sih. Malam hari berjejer lesehan yang menawarkan aneka kuliner Jogja. Dan saya makan dua bungkus nasi kucing dengan 2 tusuk sate dan puyuh. Satu porsi nasi kucing itu harganya 1500, sedangkan puyuh dan sate masing-masing harganya 2000 dan 1500, jadi total saya makan malam itu cuma 6500. Murah bukan?! Juga karena penasaran saya juga mencoba salah satu minuman terkenal khas Jogja, Kopi Joss. Ya, kopi yang diberi arang yang panas membara itu.. Awalnya saya sempat ragu juga sih, tanya-tanya yang lain bagaimana rasanya, dan ternyata enak! Sungguh. Harganya juga cuma 3500 rupiah. Entah karena terbiasa minum kopi ala coffee shop yang harganya bisa sampai 10 kali lebih mahal dari ini, tapi saat minum kopi ini ada suatu sensasi beda yang saya rasakan. Nikmat, cuma itu yang bisa saya bilang.

Korban kebrutalan perut lapar


Nah, setelah puas makan. Kami menuju Malioboro (lagi) untuk mencari cendramata. Tujuan utamanya sih ke sebuah toko, namanya Mirota Batik, yang katanya bisa dibilang cukup lengkap dalam menjual berbagai macam buah tangan untuk dijadikan oleh-oleh. Dan memang benar, toko ini memang lengkap, mulai dari baju, hiasan, sepatu, tas, aksesoris, patung-patung dan masih banyak lagi jenis lainnya. Saya sendiri dapat satu baju batik, tapi karena diburu waktu toko yang mau tutup juga pengunjung yang kian membludak di kasir, saya nggak jadi beli. Besok aja sekalian deh, pikir saya.

Selanjutnya kami menuju Universitas Gajah Mada (UGM) cuma sekedar ingin tau dan lihat-lihat, yakali aja ada yang kece-kece *halah!* Dan ternyata UGM ini luasnya pake banget deh. Disana kami juga cuma berkeliling muter-muter liat gedung perkuliahan, nggak lama, soalnya keburu ditegur satpam kalau mobil ternyata nggak boleh masuk, haha. Dari situ kami pergi ke Plaza Ambarukmo, nongkrong-nongkrong kece didepannya haha. Pokoknya hari itu judulnya mengitari Jogja!

Ah, sungguh ya Jogja masih tetap mempesona baik malam maupun siang hari. Tapi berhubung dua teman yang lain tampaknya sudah sangat kelelahan dan lebih memilih untuk tidur di mobil, kami akhirnya memilih untuk segera pulang dan beristirahat. Yeiyyy! Ya, Jogja, Kota dengan Pesona Sepanjang Masa..


to be continue..

xx,
agistianggi