Perihal Niat
'Segala sesuatu itu yang penting gimana niatnya', ujar seseorang beberapa waktu lalu kepada saya. Katanya lagi, 'Kalau niatnya baik kelak hasil yang didapat juga akan baik. Hal yang sama berlaku untuk sebaliknya. Jika niat kita melakukan sesuatu untuk tujuan yang buruk atau kurang baik, begitupun hasil yang akan kita dapat.' Iya, gitu katanya..
Masalahnya sekarang adalah bahwa nggak semua niat baik diartikan untuk tujuan yang baik, maksudnya gini, mungkin seringkali kita berniat baik untuk membantu orang dengan tulus ikhlas, tapi bisa jadi kan disalah artikan oleh orang lain menjadi sesuatu yang buruk atau bahasa kerennya su'udzon.
Innamal a'malu binniat, sesungguhnya segala sesuatu itu ditentukan oleh niatnya. Terdengar sesederhana itu, sungguh. Tapi nyatanya dalam niat itu ada suatu proses panjang untuk menjadikan niat itu menjadi suatu tindakan nyata. Niat itu juga bisa terwujud dari proses diskusi panjang antara pikiran dengan perasaan yang juga dicampurin oleh akal manusia. Seorang teoritis yang saya lupa namanya pernah menuliskan bahwa sebetulnya niat juga merupakan proses dialog panjang antara ego dan superego untuk menghasilkan suatu mufakat untuk melakukan satu hal sebagai sebuah keputusan bersama.
Niat. Kalau bicara perihal niat pasti bukan cuma keinginan semata ya, tapi keinginan yang mungkin diolah, ditimbang baik-buruknya, benar-salahnya.. sehingga nanti niat itu diproses sedemikian rupa menjadi tekad. Yang bahayanya kalau ternyata tekad ini kelak berubah wujud menjadi nekad. wah, bisa jadi lain perkara kalau soal ini. Niat memang menjadi satu awal dalam sebuah perjalanan, tapi ia juga berpengaruh dalam setiap episode demi episode perjalanan kita.
Ini juga yang sedang saya alami sekarang ini. Ketika ada seseorang yang berbuat baik kepada saya, saya senang tentu saja juga berterima kasih, tapi ketika perilaku orang tersebut terlampau baik lama kelamaan saya malah jadi berburuk sangka. Duh, sulit rasanya menghilangkan pikiran buruk atas perbuatan baik yang orang lain lakukan sekarang. Mungkin dia, orang yang berbuat baik kepada saya itu, mempunyai niat baik tanpa mengharap sejenis imbalan atau semacamnya, mungkin.. tapi toh saya nggak tau, saya bukan peramal, saya nggak bisa baca pikiran orang dan pikiran-pikiran buruk inipun rasanya sangat sulit untuk dihilangkan.
Saya juga pernah mengalami kejadian dimana saya berniat baik tapi dikira bertujuan buruk, iya pernah. Benar ya kata orang, apapun yang dimulai dengan kebaikan akan menemui yang namanya ujian, salah satunya ya itu prasangka buruk tadi.
Niat juga pilihan, terserah kita mau memilih apa. Pilihannya bebas, tetapi ketika sudah memilih, kita bertanggungjawab atas pilihan tersebut. Kita akan memikul apa yang sudah diniatkan dari awal. Jika menanam bibit mangga, maka yang tumbuh juga pohon dan berbuah mangga, bukan semangka. Yang diniatkan kebaikan akan tumbuh menjadi kebaikan juga.
Kembali lagi sih, Innamal a'malu binniat..
Masalahnya sekarang adalah bahwa nggak semua niat baik diartikan untuk tujuan yang baik, maksudnya gini, mungkin seringkali kita berniat baik untuk membantu orang dengan tulus ikhlas, tapi bisa jadi kan disalah artikan oleh orang lain menjadi sesuatu yang buruk atau bahasa kerennya su'udzon.
Innamal a'malu binniat, sesungguhnya segala sesuatu itu ditentukan oleh niatnya. Terdengar sesederhana itu, sungguh. Tapi nyatanya dalam niat itu ada suatu proses panjang untuk menjadikan niat itu menjadi suatu tindakan nyata. Niat itu juga bisa terwujud dari proses diskusi panjang antara pikiran dengan perasaan yang juga dicampurin oleh akal manusia. Seorang teoritis yang saya lupa namanya pernah menuliskan bahwa sebetulnya niat juga merupakan proses dialog panjang antara ego dan superego untuk menghasilkan suatu mufakat untuk melakukan satu hal sebagai sebuah keputusan bersama.
Niat. Kalau bicara perihal niat pasti bukan cuma keinginan semata ya, tapi keinginan yang mungkin diolah, ditimbang baik-buruknya, benar-salahnya.. sehingga nanti niat itu diproses sedemikian rupa menjadi tekad. Yang bahayanya kalau ternyata tekad ini kelak berubah wujud menjadi nekad. wah, bisa jadi lain perkara kalau soal ini. Niat memang menjadi satu awal dalam sebuah perjalanan, tapi ia juga berpengaruh dalam setiap episode demi episode perjalanan kita.
Ini juga yang sedang saya alami sekarang ini. Ketika ada seseorang yang berbuat baik kepada saya, saya senang tentu saja juga berterima kasih, tapi ketika perilaku orang tersebut terlampau baik lama kelamaan saya malah jadi berburuk sangka. Duh, sulit rasanya menghilangkan pikiran buruk atas perbuatan baik yang orang lain lakukan sekarang. Mungkin dia, orang yang berbuat baik kepada saya itu, mempunyai niat baik tanpa mengharap sejenis imbalan atau semacamnya, mungkin.. tapi toh saya nggak tau, saya bukan peramal, saya nggak bisa baca pikiran orang dan pikiran-pikiran buruk inipun rasanya sangat sulit untuk dihilangkan.
Saya juga pernah mengalami kejadian dimana saya berniat baik tapi dikira bertujuan buruk, iya pernah. Benar ya kata orang, apapun yang dimulai dengan kebaikan akan menemui yang namanya ujian, salah satunya ya itu prasangka buruk tadi.
Niat juga pilihan, terserah kita mau memilih apa. Pilihannya bebas, tetapi ketika sudah memilih, kita bertanggungjawab atas pilihan tersebut. Kita akan memikul apa yang sudah diniatkan dari awal. Jika menanam bibit mangga, maka yang tumbuh juga pohon dan berbuah mangga, bukan semangka. Yang diniatkan kebaikan akan tumbuh menjadi kebaikan juga.
Kembali lagi sih, Innamal a'malu binniat..
pic from here |