Wonderful Indonesia! Jogja Kota Mempesona Sepanjang Masa

Akhirnya libur panjang yang dinanti-nanti itu datang juga. Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tujuan wisata yang dinanti-nanti untuk dapat terlaksana. Ya, Jogja.. kota yang terkenal dengan julukan kota pendidikan, kota budaya, dan kota pariwisatanya ..si kota gudeg!

Jogja adalah sebuah kota dengan sejuta pesona yang selalu menarik perhatian untuk menghabiskan waktu liburan. Jogja adalah destinasi favorit bagi para pelancong terutama para backpacker, karena Jogja menawarkan begitu banyak tempat wisata yang menarik. Selain itu yang menarik dari Jogja adalah harga makanan, pakaian dan oleh-olehnya yang tidak menguras isi kantong. Jogja, dengan slogan 'Never Ending Asia' yang rasanya tak pernah habis untuk dijelajahi setiap incinya.

Kami pergi dari Serang, Banten menggunakan bis Rosalia Indah seharga Rp. 160.000,- per orang karena kehabisan tiket kereta untuk pergi. Siang itu sekitar pukul 13.00 bis pariwisata membawa kami pergi dari Kota Serang untuk menuju Jogja. Setelah menempuh perjalanan panjang sekitar lebih dari 15 jam karena kemacetan arus lalu lintas yang luar biasa ramai, akhirnya saya dan teman-teman lain sampai dengan selamat. 


Keesokan harinya begitu sampai kami berhenti di Terminal Giwangan, kami menunggu teman yang hendak memberikan kami tumpangan menginap selama berlibur di Jogja. Dari situ kami naik taksi, tapi ini bukan taksi biasa seperti di kota-kota besar, disini taksi yang kami tumpangi itu semacam mobil pribadi yang disewakan. Sejenis, ya kurang lebih begitulah. Setelah negosiasi harga, akhirnya kami deal diharga Rp.40.000,-. Sebetulnya harga ini masih terbilang agak mahal mengingat jaraknya yang tidak begitu jauh tapi berhubung memang saat itu juga taksi biasa tak ada yang lewat jadi kami menerima penawaran taksi ini. Tipsnya adalah agar pintar-pintar menawar harga untuk menyewa kendaraan disini, terlebih jika bisa menggunakan bahasa daerah setempat, dijamin harganya bisa lebih miring.

Oh ya, sebagai informasi juga, saat berlibur di Jogja, akhirnya kami memutuskan untuk menyewa sebuah mobil guna memudahkan mobilisasi kami dari satu destinasi ke destinasi lainnya juga karena terbilang lebih murah. Adapun harga sewa mobil per 24 jam seharga Rp. 250.000,-. Harga ini juga kami dapatkan setelah salah seorang teman bernegosiasi dengan pemilik yang ternyata juga berasal dari tanah Sumatera.




Dan destinasi pertama kami adalah Candi Prambanan!  

Candi Prambanan ini letaknya tepat di tepi jalan raya, katanya sih candi ini merupakan objek wisata andalan di Jogja karena memang letaknya yang sangat strategis dan mudah dijangkau, entah itu dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Nah, saat kemari saya baru tau kalau Candi Prambanan ini merupakan sejenis kompleks candi karena terdapat banyak candi, dan Candi Prambanan adalah bangunan utamanya dengan berbagai macam latar belakang sejarah yang juga tidak kalah mengagumkan. Indonesia oh Indonesia!
 

Candi Prambanan memiliki tiga candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wishnu, Brahma dan Siwa. Dan konon ketiga candi itu adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Candi ini sungguh cantik, konsep arsitektur yang simetri, relief candi yang dibuat sedemikian cantik dan sempurna, bangunan indah yang menjulang tinggi, dan struktur bangunan yang terlihat begitu kokoh. 

Candi Prambanan ini mempunyai gaya arsitektur yang indah ..menurut seorang teman arsitek yang pernah bercerita kalau filosofi pembangunan candi ini ada ilmu matematikanya loh. Oh ya, untuk bisa menikmati setiap lekuk pesona bangunan sejarah disini, kita dikenakan biaya sebesar Rp. 30.000,- per orang dan biaya parkir mobil Rp. 5.000,- seharian.


Setelah puas berkeliling lokasi candi dan mengambil beberapa gambar disana kami berencana untuk pergi ke Pantai Parang Tritis. Nah, sebelum pulang, selama berjalan menuju pintu keluar kami disuguhi nyanyian dari band lokal yang personilnya bukan lagi anak muda. Penyanyinya seorang wanita paruh baya tapi suaranya aduhai juara. Sepanjang perjalanan menuju mobil kami juga melewati kawasan penjual cendramata dan aksesoris khas Jogja seperti batik, tas, sandal dan lain sebagainya untuk dijadikan oleh-oleh. 



#Pantai Parangtritis

Perjalanan dari kawasan Candi Prambanan menuju ke Pantai ini ternyata tidak terlalu jauh, kurang lebih hanya sekitar 45 menit. Sesampainya di kawasan Pantai, kami dikenakan biaya sebesar Rp. 5.000,- per orang. Setelah mencari tempat parkir, kami turun ke pantai, dengan biaya parkir mobil seharga Rp. 15.000,-. Ini kali pertama saya kemari, dan menurut cerita orang-orang sih belum sah rasanya kalau ke Jogja belum ke pantai ini. Yang saya tau soal pantai ini ya paling, tebingnya, andong dan pantai, itu sih yang paling sering saya liat juga di serial FTV. Kawasan pantainya cukup bersih, hanya saja menurut saya susunan lokasinya kurang tertata dengan rapi. 


Selain bermain di pantai banyak juga alternatif permainan yang dapat dilakukan oleh para wisatawan, beberapa diantaranya main ATV, naik andong atau kereta kuda menyusuri pantai, banana boat, jetski dan juga aneka jenis permainan lainnya.

Untuk harga makanan disini terbilang cukup mahal sih, ya maklum lah lokasi wisata. Ya, akhirnya setelah puas menikmati pemandangan sekitar pantai dan berfoto ria, kami memutuskan untuk pulang dan bersiap untuk pergi ke Malioboro pada malam harinya. 






#Malioboro

Malioboro. Orang lalu-lalang, kendaraan bermotor, suara klakson, andong, suara krincing kuda, hilir mudik becak, pertokoan, dan macet. Mungkin itu kata yang paling pas untuk menggambarkan Malioboro malam itu. Hmm, setelah parkir di daerah sekitar Pasar Beringharjo, kami berjalan menuju jalanan Malioboro, dan saya mengajak teman-teman saya untuk ke Benteng Vanderburg. Kondisi jalanan saat itu sungguh sangat luar biasa padat walaupun itu malam jumat. Banyak anak muda Jogja yang melakukan berbagai kegiatan kreatif, mulai dari perkumpulan anak skateboard, anak sepeda, ada yang orasi segala, dan bikin penampilan mereka serem gitu berasa Halloween.

Nah, dari Malioboro, kami pergi ke Alun-Alun Jogja. Dan disana ada banyak sepeda hias. Sepeda-sepeda ini digerakan secara manual, di gowes oleh si penumpangnya yang berisi 4 sampai bahkan ada yang 8 orang. Dan si lampu-lampunya ini yang unik menurut saya, ada yang bentuknya mulai dari tulisan-tulisan, hiasan, gambar kartun dari doraemon sampai angry bird-pun ada.


 

Saya dan teman-teman juga mencoba untuk membuktikan mitos dua pohon beringin kembar yang ada di Alun-Alun ini. Konon katanya, kalau kita bisa melewati kedua pohon ini dengan berjalan lurus, kita akan mendapatkan banyak rezeki loh.

Menjelang tengah malam, suasana di Alun-Alun ini semakin ramai ternyata. Kumpulan anak-anak muda, sepertinya sih banyak komunitas-komunitas, berkumpul. Dan serunya lagi, ada banyak musisi jalanan yang menghibur saat itu. Lampu, musik, tawa ..Jogja, aku jatuh cinta.  

Jogja memang Kota dengan Pesona Sepanjang Masa..

Hari kedua liburan di Jogja rencananya kami mau berkunjung ke Candi Borobudur. Nah, setelah mandi dan bersiap, sekitar pukul 10 pagi itu kami berangkat menuju ke Candi Borobudur. Perjalanan ke Magelang dari Jogja menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam. Untungnya perjalanan saat itu ramai lancar, hanya saja cuaca tidak mendukung, mendung.. 



Selamat datang di Candi Borobudur.. 

Akhirnya.. Candi Borobudur! Beberapa tahun lalu saya pernah juga kemari, acara study tour dari sekolah saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, tidak banyak yang berubah hanya saja lebih ramai oleh para penjual cendramata rasanya.. Dengan membayar tiket masuk seharga Rp.30.000 per orang dan biaya parkir Rp. 5.000,- per mobil, masuklah kami ke kawasan wisata.

Mungkin karena memang sedang libur long weekend juga, pengunjung Objek Wisata inipun jumlahnya membludak. Dan sayangnya lagi, tidak lama berselang saat kami baru akan naik menuju puncak candi, hujan pun turun, jadilah semua orang berhamburan mencari tempat berlindung. Demikian juga kami, kami meneduh disebuah gazebo sebelum tempat pengembalian sarung. Oya, sebelum masuk kawasan candi juga kami diberi sebuah sarung batik untuk dipakai selama berada didalam kawasan candi. 



Sekitar pukul 2 siang itu hujan mengguyur Jogja selama hampir 30 menit dan membuat kami mau tidak mau harus menunggu hujan reda karena intensitas hujan yang cukup lebat. Sampai pada akhirnya hujan mereda, tidak berhenti, karena rintik hujan masih tetap menghujani kami dengan cara yang jauh lebih romantis. Gerimis..

Dengan setengah tergopoh-gopoh akhirnya kami sampai juga di puncak Candi, dan tentunya sama sekali tidak melewatkan momen ini untuk diabadikan melalui sebuah foto. Selama di atas candi hujan juga tak kunjung berhenti, namun anehnya pengunjung candi kian ramai. Ya, mungkin pemikiran kami saat itu sama, tidak mau melewatkan kesempatan berkunjung kemari hanya karena hujan. Hmm, saya juga sempat mengambil banyak gambar saat di Borobudur dan hal yang paling membuat saya takjub adalah saat melihat pemandangan di balik bukit. Wow! Tak henti dibuat takjub rasanya..

Rasa takjub menguasai saat membayangkan arsitektur candi semegah ini, siapa dan bagaimana cara membuatnya. Susunan batu yang tersusun rapi dan ukiran patung dapat tercipta dengan sedemikian detail membuat candi ini semakin terlihat cantik mempesona. Di setiap sudut bangunan Borobudur juga terlihat pemandangan patung Budha dengan gunung dan bukit-bukit indah sebagai latarnya. Suasana dingin dibalut air hujan yang mengguyur kami membasahi stupa-stupa juga membuat suasana sore di Borobudur itu menjadi luar biasa. 



Kami juga sempat ngobrol dengan salah seorang petugas keamanan di Candi Borobudur. Saya bertanya kenapa banyak patung-patung disini yang tidak utuh, apakah itu kepalanya hilang, tangannya dan lain sebagainya.. Nah, beliau bilang sih, memang keadaan candi saat ditemukan sudah demikian, dulu kan candi ini terkubur seperti sebuah bukit. Saya sendiri sih beberapa waktu lalu sempat mendengar berita kalau patung-patung atau benda peninggalan sejarah seperti ini memang menjadi incaran banyak tangan-tangan tak bertanggung jawab untuk diperjual belikan secara ilegal berhubung harga jual yang cukup menggiurkan. Padalah kalau boleh dikata, nominal uang tidak akan pernah menggantikan nilai sejarah yang terkandung didalamnya.

Hari semakin gelap dan senja membuat kami mau tidak mau harus segera bergegas untuk pulang. Sayangnya, belum sempat kami membeli oleh-oleh khas borobudur, lagi lagi hujan deras mengguyur Magelang.. Kamipun segera menuju mobil untuk kembali menuju Jogja. 


Tujuan kami selanjutnya adalah makan nasi kucing khas Jogja. Lalu, meluncurlah kami menuju salah satu tempat angkringan yang menjajakan nasi kucing, angkringan dekat Stasiun Tugu. Malam hari berjejer lesehan yang menawarkan aneka kuliner Jogja. Dan saya makan dua bungkus nasi kucing dengan 2 tusuk sate dan puyuh. Satu porsi nasi kucing itu harganya 1500, sedangkan puyuh dan sate masing-masing harganya 2000 dan 1500, jadi total saya makan malam itu cuma 6500. Murah bukan?! 


arang yang dipakai memanaskan ini dimasukan ke dalam kopi. wow!

Juga karena penasaran saya juga mencoba salah satu minuman terkenal khas Jogja, Kopi Joss. Ya, kopi yang diberi arang yang panas membara itu.. Awalnya saya sempat ragu juga sih, tanya-tanya yang lain bagaimana rasanya, dan ternyata enak! Sungguh, saat minum kopi ini ada suatu sensasi beda yang saya rasakan.

#Hari terakhir liburan di Jogja.. Ah, waktu memang terasa berputar begitu cepat ya kalau sedang berlibur. Di hari ketiga itu, berhubung kami diburu waktu dengan jadwal pulang, jadilah rencana hari itu kami hanya akan ke beberapa lokasi ..Malioboro, Pasar Beringharjo, Kota Gede dan kawasan sekitarnya.. Destinasi pertama yang hendak kami kunjungi kawasan Malioboro, hendak berbelanja untuk membawakan oleh-oleh ceritanya.. Tapi sayangnya, arus kendaraan yang ramai luar biasa membuat kami harus berputar-putar hanya untuk sekedar mencari tempat parkir. Setelah merasa putus asa, kami akhirnya memutuskan untuk pergi mencari tempat makan dulu.

Warung SS alias Warung Serba Sambal menjadi pilihan kuliner kami pagi itu. Jadi, konsep utama yang ditawarkan di tempat makan ini adalah aneka macam sambal yang akan disajikan bersama dengan pilihan lauk yang kita pilih. Mulai dari sambal bajak, sambal tempe, sambal terong dan berbagai macam jenis sambal lain.

Nah setelah selesai makan, perjalanan pagi itu kami lanjutkan kembali, kali ini menuju ke Kotagede, pusat kerajinan perak di Jogja. Lokasi perajin perak ada di hampir setiap sudut Kotagede ini. Menurut penglihatan saya, hampir sepanjang jalan Kotagede terdapat puluhan toko yang berjejeran untuk menjual aneka aksesoris yang terbuat dari perak. Setelah selesai membeli oleh-oleh di Kotagede, kami kembali ke Malioboro.

Lagi, sesampainya disana kami dipusingkan dengan sulitnya mencari tempat parkir, tapi untungnya setelah berkeliling kami pun mendapat tempat. Saya dan teman-teman lain berpisah disana dan berjanji untuk bertemu lagi ditempat ini sekitar pukul 4 sore harinya.

Saya masuk ke kawasan Pasar Beringharjo. Disini saya mulai melihat-lihat barang yang sekiranya bisa saya bawa sebagai oleh-oleh, tidak jauh dari batik, aksesoris dan benda sejenisnya. Setelah hampir 2 jam berjibaku dengan padatnya arus lalu lalang orang di Pasar Beringharjo dan Malioboro, teman saya mengabari kalau mereka udah selesai dan menunggu di mobil, yang artinya saya harus cepat kembali untuk bersiap pulang.

Saya sempat mengitari beberapa toko sih buat cari barang yang ingin saya beli, tapi hasilnya nihil. Akhirnya saya menyerah. Dari situ kami pergi ke pabrik bakpia, Bakpia 25 katanya yang terkenal, naik becak! Dengan tarif Rp.5000,- satu kali perjalanan, si tukang becak ini mengantar kami ke tempat tujuan, tapi kemudian satu fakta baru terungkap. Sebelum kemari saya sempat baca sebuah thread di kaskus soal wisata jogja, nah salah satunya ada yang menginformasikan kalau kita mau pakai becak disini harus hati-hati, biasanya tukang becaknya sudah punya koneksi dengan tempat-tempat tertentu untuk menawarkan barang. Dan benar ternyata, oknum tukang becak satu ini juga, dia kekeuh menawarkan salah satu pabrik bakpia xxx, dan menjelek-jelekan toko lain. Duh..

Akhirnya, semua selesai. Kami bergegas untuk pulang untuk berkemas dan bersiap pulang karena kereta yang kami tumpangi nantinya berangkat pukul 19.34 dari Stasiun Kereta Lempuyangan. Oh ya, tiket kereta untuk pulang ini kami dapatkan dimenit-menit terakhir, hampir tidak kebagian juga. Dengan harga Rp.155.000,- kami akhirnya mendapat tiket kereta Ekonomi AC jurusan Jogja – Pasar Senen. 






Liburan telah usai. Jogja menjadi kota penuh nostalgia bagi siapa saja yang berkunjung kesana. Bukan hanya karena pilihan tempat wisata yang beragam, mulai dari barisan pantai mengagumkan di Gunung Kidul, Pantai legendaris Parang Tritis, wisata religi yang beragam seperti candi dan makam, Malioboro yang menjadi denyut nadi perekonomian dan pusat budaya Jogja, aneka jenis kuliner, semua bisa kita temukan di Yogyakarta. Oya, ada satu lagi yang akan selalu saya rindukan dari kota satu ini, penduduknya yang ramah.

Ya ....Jogja, sebuah kota yang tidak akan pernah habis dibahas dalam sebuah tulisan, walaupun dengan puluhan halaman. Jogja dengan sejuta pesona-nya, dengan segala sejarah yang terkandung didalamnya, dengan keindahan yang bahkan terkadang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tawa, canda, senyum, sapa.. Iya, Jogja, kota yang membuat banyak hati jatuh cinta..

Masih banyak tempat yang ingin saya kunjungi, terutama kawasan Gunung kidul yang terkenal dengan deretan pantai dan gua. Ah, rasanya tak ingin berakhir menikmati setiap jengkal keindahan kota ini. Tidak melulu soal wisata, pantai, dan deretan alternatif wisata lainnya. pokoknya seluruh daerah di provinsi ini memiliki paras elok yang sayang bila dilewatkan begitu saja. Di lain kesempatan, saya janji saya akan kemari lagi, membawa suatu cerita lain. 



Jogja, aku jatuh cinta...



***

Cerita ini diikutsertakan dalam Wonderful Indonesia Blogging Contest dari Indonesia.Travel



 ***

Tulisan ini menjadi salah satu pemenang pada Periode 3 Wonderful Indonesia Blogging Contest :)