#MainSebentar; Menjelajahi Pantai Rambak Bangka

Dalam rangka bosan karena hampir beberapa minggu belakangan disibukkan dengan aneka urusan ini itu soal pekerjaan, soal pelimpahan kerjaan karena salah seorang teman kantor yang cuti melahirkan, soal SPI, soal sibuk pindahan dan lain sebagainya. Akhirnya aku dan seorang teman, Kawells, minggu lalu nekat berduaan pergi ke salah satu kawasan pantai di Sungailiat naik motor.

Awalnya kami sempat ragu juga mengingat asap yang memang juga sedang cukup pekat beberapa hari kebelakang. Tapi tanpa pikir panjang akhirnya pagi itu kami pergi juga untuk main sebentar, dengan perjanjian awal nantinya akan dilakukan pergantian shift bawa motor! Ha! Bahasamu, nak nak. Sebetulnya aku sih yakin aja bisa bawa motor seharian kalau inget perjalanan di Bali selama 4 hari sendirian, berhubung ini boncengan jadi lain ceritanya.


Selain asap, hal lain yang jadi masalah adalah operasi zebra yang sedang marak dilakukan pihak kepolisian. Kenapa panik? Karena kami berdua sama-sama belum punya Surat Izin Mengemudi, hiks. Nakal memang. Belum lagi untuk kesana kami meminjam motor salah seorang teman lain dan lupa bawa STNK-nya haha jadi deg-deg-an-nya plus plus.

Untuk menghindari operasi zebra, perjalanan Pangkalpinang - Sungailiat kami tempuh lewat jalur utara yang memang bisa dibilang sangat sepi sekali. Paling ada satu dua tiga kendaraan yang lalu lalang, beberapa lainnya truk pengangkut pasir, sedang sisanya motor yang bisa dihitung jumlahnya.




Jadi, sebetulnya sepanjang jalur utara ini kami melewati pesisiran pantai. Hanya saja terhalangi oleh semacam padang ilalang, pepohonan, beberapa bekas galian timah dan beberapa 'cafe' pinggiran jalan.

Untungnya pagi itu cuaca cukup bersahabat, tidak panas tapi tidak juga mendung. Karena kalaupun mendung, hati tidak boleh kelabu, kata Kawells mah. Nah, saat jalan santai gitu kami lihat ada salah satu tempat yang lucu, semacam 'danau' yang sebetulnya adalah bekas galian timah yang terbengkalai. Jadilah dari jalanan kami melipir dulu menyusuri jalanan berpasir yang beberapa kali membuat ban motor amblas dan akhirnya membuat kami berusaha keras dorong sambil tertawa cekikikan.

Akhirnya niat mampir sebentar ini malah berujung satu jam hanya untuk berkeliling dan foto-foto haha ya ampuuuuuuuuun. 




Kemarau berkepanjangan dan hujan yang tak kunjung datang memang membuat beberapa daerah kekeringan, termasuk tempat ini. Dulu saat lewat sini jadi pemandangan yang adem, pepohonan hijau di sisi kiri dan kanan sepanjang jalan. Entah karena kemarau atau ada unsur kesengajaan, Bangka juga tidak lepas dari titik api yang menyebabkan banyak lahan hijau mengalami kebakaran.

Saat kami kemari saja, di beberapa tempat ada lahan yang terbakar dan menimbulkan asap pekat. Sedih sih. Lahan hijau yang jadi paduan cantik disepanjang pesisir pantai berganti pemandangan dengan rerumputan, pohon juga padang ilalang yang kuning mengering.

Hingga akhirnya perjalanan kami lanjutkan lagi. Sesampainya di Sungailiat kami nggak langsung pergi ke kawasan pantai, tapi melipir dulu ke salah satu Kopitiam favorite kami untuk makan dulu karena lapar. Dan begitu pesan langsung kalap makan berdua udah berasa makan untuk porsi 4 orang ihikks!


Selepas shalat Dzuhur, kami melanjutkan lagi perjalanan siang itu. Hanya sekitar 10 menit kami tiba di kawasan pantai. Sayangnya pantai sedang tidak begitu cantik, air lautnya kurang biru karena cuaca yang mendung membuat airnya seolah redup, halah.

Diluar dugaan sebetulnya, kami kira hari itu pantai akan ramai dengan pengunjung seperti biasanya. Kali ini pantai sangat sepi. Terlihat hanya ada beberapa kumpulan orang yang berada di kawasan pantai. Ada yang asik berenang, main pasir pantai, atau sekedar duduk-duduk di saung yang tersedia di sepanjang pinggiran pantai.

Berhubung sepi kami iseng-iseng membuat video, ketawa ketiwi nggak jelas, nyanyi, joget kesana kemari, tapi diantara sekian banyak video, video ini yang kami sukai.




Beberapa kali ke pantai ini biasanya penuh sesak dengan para wisatawan yang mayoritas masyarakat Bangka juga. Saat tahun lalu kemari pantai ini belum banyak dilakukan perbaikan dan pembangunan, sedangkan saat bulan maret lalu kemari sepulang kondangan bersama teman-teman hanya menikmati pantainya dari atas bukit di kejauhan.

Banyak yang berubah ternyata.. Pasir pantai yang putih tetap jadi ciri khas pantai ini, namun deretan saung dipinggiran pantai ini yang jumlahnya jauh lebih banyak dari terakhir aku kemari. Oya, dulu belum ada ayunan yang diikat disalah satu pohon ini. Yang asyik adalah seharian disini rasanya seperti private beach saking sepinya.




Diantara sekian banyak wacana yang kami rencanakan disetiap obrolan hampir tiap malam, memang sih rencana dadakan lah yang akhirnya beneran terealisasikan. Tinggal di pulau ini memang banyak susah senangya. Tapi tenang, nanti semua akan (p)indah pada waktunya kok *menyemangati diri sendiri* :'(

Setelah hampir lebih dari satu tahun tinggal disini, masih banyak sekali tempat yang belum dikunjungi, banyak tempat tersembunyi yang belum terealisasi untuk dijelajahi. 




Jadi, saat mulai panik mari kita piknik! Ihik ihikkk! x)



Selamat datang, Lovember!
I Heart you.. and Be Happy, cheers *)