#WonderfulEclipse; Mengejar Gerhana Matahari Total di Bangka
Semburat langit berwarna orange menjadi pembuka pagi hari itu dengan sempurna. Matahari seolah muncul malu-malu karena puluhan juta pasang mata sedang berharap kehadirannya. Degup jantung kami terpacu bagai kuda yang sedang berada dalam arena balapan. Saat itu waktu seolah berdetak dua kali lebih lambat saat kami menanti setiap pergerakan matahari untuk bertemu sang bintang malam, bulan.
Riuh ramai suara orang-orang diiringi Shalawat yang sayup-sayup terdengar dari salah satu sudut ruang yang sudah disiapkan pemerintah setempat untuk melaksanakan shalat gerhana. Hari itu adalah hari yang digaung-gaungkan sejak awal tahun 2016 lalu. Gerhana Matahari Total melewati garis Khatulistiwa, Indonesia!
Gerhana matahari merupakan suatu peristiwa dimana bulan melintas antara bumi dan matahari. Ketiganya, yakni bumi, bulan dan matahari, terletak pada satu garis lurus sehingga menyebabkan cahaya matahari ke bumi terhalang oleh bulan. Peristiwa ini berlangsung tidak lama, hanya dalam hitungan detik hingga menit. Gerhana Matahari Total kali ini terasa begitu istimewa bagi Indonesia memang, karena sebagian besar GMT kali ini hanya bisa dilihat didaratan Indoenesia. Sedangkan sisanya akan melintasi Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Sebuah fenomena alam yang sangat langka terjadi tengah menghampiri wilayah Nusantara. Indonesia merupakan satu-satunya negara dengan daratan yang dapat menyaksikan Gerhana Matahari Total. Ada 12 Provinsi yang dilintasi oleh Gerhana Matahari Total yaitu Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Dan Bangka Belitung termasuk satu dari tiga provinsi yang menggelar rangkaian acara untuk menghibur wisatawan domestik dan mancanegara. Sebuah pengalaman berharga yang akan selalu terkenang dalam hidup rasanya.
Setelah bergulat dengan rasa kantuk dan rasa kesal karena kamera saya mendadak mati total, kami berangkat pukul 1 dini hari. Berdasarkan informasi dari beberapa kawan yang sudah terlebih dahulu tiba disana, jalanan sudah sangat ramai. Padat merayap bagaikan lalu lintas mudik lebaran di Tanah Jawa. Bahkan untuk sekedar mencari tempat parkir saja kami harus berputar berkali-kali. Selamat dari antrian panjang kendaraan, tepat selepas adzan Subuh kami baru bisa keluar mobil dan beranjak sholat.
Semua orang terlihat antusias pagi itu. Tidak seperti hari-hari biasanya, Kota Koba riuh ramai dengan lalu lalang orang-orang yang sudah bersiap mengejar Gerhana Matahari Total di Pantai Terentang. Diantara lalu lalang para pengunjung, dengan ditemani dengan semilir angin dan riak-riak kecil air laut, kami menatap langit pagit itu yang begitu hangat. Pergantian warna hitam pekat menjadi perlahan terang pagi itu terasa sangat nyaman. Sayangnya, beberapa kali gugusan awan sempat menutupi hampir sebagian besar kaki langit saat itu.
Pagi hari itu puluhan 'fotografer', lengkap dengan kamera dan tripod yang terhunus di pasir pantai sudah terlihat siap membekukan momen Gerhana Matahari Total yang pagi itu sangat dinantikan. Dengan menggunakan kacamata khusus kami menikmati setiap pergerakan matahari yang hendak bertemu dengan bulan. Beberapa kali pula para pengunjung bersorak saat awan menutupi pemandangan, khawatir momen puncak justru tidak bisa dinikmati.
Hingga detik demi detik menjelang momen puncak itu menjelang, suara shutter dari kamera-kamera itu terdengar merdu saling sahut bersahutan. Orang-orang juga semakin bersorak kegirangan saking takjub dengan apa yang kami saksikan pagi itu. Dan satu hal yang membuat saya semakin bergidik adalah suara takbir yang sayup terdengar. Maha Besar Allah, Tuhan Semesta Alam!
Gerhana Matahari Total yang harnya berlangsung sekitar 2 menit itu sungguh menakjubkan. Saat-saat dimana matahari dan bulan berhadapan, saat-saat dimana suasana mendadak menjadi gelap gulita dan udara disekitar langsung berubah drastis dari hangat menjadi dingin. Apalah daya keterbatasan lensa kamera yang saya punya, bagaimana pun ia takkan bisa menggantikan lensa mata yang dianugrahkan Tuhan untuk menyaksikan saat-saat itu. Untuk itu saya selalu angkat topi kepada para fotografer-fotografer handal yang berhasil membekukan 'frame' indah, diluar jenis kameranya yang memang menunjang, selebihnya teknik dan pengambilan lokasi yang tepat menghasilkan 'lukisan' sempurnanya.
Bagaimana pun pengalaman menyaksikan Gerhana Matahari Total kali ini bisa jadi pengalaman sekali seumur hidup. Setelah 9 Maret 2016 lalu, Gerhana Matahari Total baru akan melintasi Indoesia lagi pada 20 April 2023 di Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat. Dan berdasar inforasi dari NASA, dalam kurun waktu 2017 hingga 2100 nanti, hanya ada lima gerhana matahari total yang melewati Indonesia.