MENGENAL SEJARAH DARI KETINGGIAN BUKIT MENUMBING DI MENTOK

Libur sekitar menjelang awal tahun lalu sempat saya habiskan untuk berlibur dengan 'teman-teman' kantor. Berawal dari tidak diberi ijin cuti panjang akhir tahun, jadilah kami sempat berwacana untuk sekedar jalan-jalan. Sebetulnya kali ini juga bisa dibilang wisata kebablasan, niat awal yang hanya ingin makan duren daerah Jebus yang terkenal enak seantero Bangka, eh malah kebablasan hingga ke Mentok. Ya gitu deh, kadang apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, kan?


Perjalanan dari Pangkalpinang menuju Muntok menghabiskan waktu sekitar 2 jam perjalanan saja, itupun karena Opung Longgak yang saat itu membawa kendaraan. Seharusnya sih, dalam keadaan normal, waktu tempuh mencapai hampir 3 jam perjalanan. Perjalanan kami hari itu diiringi hujan badai dor dar gelap, halah, cuaca ekstrim Bangka baru kali ini saya alami sih.

Musim hujan saat itu memang dapat dikatakan sedang buruk. Beberapa kali saya dengar bahkan penerbangan menuju dan dari Bangka delay akibat cuaca buruk. Saat pergi dari Pangkalpinang cuaca awalnya sangat cerah, panas seperti biasanya. Hingga saat kami mulai memasuki desa Kemuja, hujan angin diiringi petir tak kunjung berhenti. Sempat berhenti, namun kemudian mulai hujan lagi. Lucunya beberapa desa yang kami lalui bahkan tidak hujan sama sekali, hujan lokal orang sini menyebutnya.


Mentok berada di Bangka bagian Barat. Kota ini layaknya kota tua yang berdiri sejak berabad silam. Konon para penjajah Belanda-lah yang membangun daerah ini, sekaligus menjadikannya sebagai kota pelabuhan. Melalui Pelabuhan Muntok inilah beraneka ragam hasil alam terutama lada putih Bangka yang konon begitu terkenal diangkut kapal-kapal Belanda menuju ke daratan Eropa. Melalui Pelabuhan ini pula timah yang digali dari bumi Bangka dikirim ke negara penjajah.

Sisa-sisa gambaran kejayaan Bangka sebagai penghasil timah sampai saat ini masih jelas terlihat di kota yang kini ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Bangka Barat tersebut. Ada begitu banyak gedung tua yang bisa kita temukan disini.



Ada dua gedung tua yang masih kokoh berdiri bahkan memiliki nilai sejarah yang amat tinggi bagi Indonesia, yakni Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam, gedung tersebut pernah dijadikan tempat tinggal Presiden RI-1. Dari informasi yang saya baca di Bumi Pesanggrahan Menumbing disebutkan bahwa Bung Karno, Bung Hatta dan sejumlah pejuang kemerdekaan RI pernah menempati dua bangunan bersejarah tersebut saat dibuang pada saat jaman penjajahan Belanda. 

Di kota ini para wisatawan juga bisa menikmati kemegahan bangunan tua yang masih kokoh, mercusuar Tanjung Kalian yang dibangun tahun 1862. Dari puncak bangunan itu, pengunjung bisa menyaksikan seantero Mentok dan sekitarnya. Sayangnya saat pertama kali kemari cuaca tidak mendukung kami untuk berkunjung kemari, pun karena waktu yang sudah terlalu sore untuk kembali ke Pangkalpinang.




Didalam bumi Pesanggrahan sendiri terdapat begitu banyak peninggalan sejarah. Seperti kendaraan ini yang merupakan alat transportasi yang digunakan untuk membawa Presiden Soekarno ke Mentok. Disini juga banyak sejarah yang dituliskan sebagai penjelasan foto-foto yang dipampang pada dindingnya.

Kita juga bisa memasuki ruang pribadinya Presiden Soekarno saat berada disini, namun terdapat larangan untuk menduduki tempat tidur dan memasuki kamar mandinya. Beberapa tempat terlihat sudah mengalami rehab disana-sini, tapi tidak mengurangi esensi dari sejarah nya itu sendiri.

Kabut selepas hujan sore hari itu menutup segenap pemandangan yang katanya terlihat indah jika dilihat dari bukit ini. Pun saat kali kedua kemari cuaca ekstrim tetap menemani kami, mungkin agar masih punya alasan untuk sekedar berkunjung lagi. Seharusnya dari atas perbukitan ini, Kota Mentok, Pelabuhan Muntok, dan Selat Bangka terlihat dengan jelas.



Namun menurut saya pribadi, untuk ukuran kota Sejarah yang bisa dijadikan potensi wisata, Mentok seperti kota tua yang terlupakan. Mentok baru dinikmati oleh sebagian kecil warga setempat dan daerah lain di Pulau Bangka. Beberapa kendala yang rasanya menghadang perkembangan Mentok adalah sulitnya transportasi menuju dan di daerah ini. Untuk wisatawan dari luar Bangka, untuk bisa ke Bukit Menumbing, misalnya, alat transportasi yang bisa digunakan hanya dengan mobil atau sepeda motor sewaan, namun biayanya relatif mahal.
Perjalanan menuju Menumbing harus melalui hutan perawan dengan kondisi bukit berkelok sedang lebar jalan yang hanya sekitar 2 meter sejauh lima kilometer. Untungnya saat itu Opung Longgak, 'partner' kerja wara-wiri yang kerap saya ledeki dengan 'Supir Sumatera' ini memang sudah lihai dengan kontur jalan semacam ini, pun karena dulu beliau sempat dinas di kota ini selama hampir 3 tahun.



Keindahan Mentok tidak hanya ini saja kok. Berjalan-jalan di kota kecil ini tidak ubahnya seperti berjalan-jalan di kota tua. Di mana-mana terdapat gedung tua, baik yang masih terawat karena dihuni maupun yang sudah rusak berat karena dibiarkan telantar. Membicarakan potensi wisata Pulau Bangka memang seakan tiada habisnya. Begitu banyak dan beragamnya potensi wisata Bangka, membuat pulau ini kerap menjadi salah satu destinasi dalam bucketlist Indonesia. Namun sayangnya pengelolaan yang belum maksimal menyebabkan potensi ini seperti terabaikan.




Muntok, Bangka Island.
Dec 24th, 2015.
Thankyou, Pakbos! :D