CINTA SEMBILAN PULUH JUTA


***
Tulisan ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, mungkin itu adalah kebetulan semata atau bisa jadi ada sedikit unsur kesengajaan. lol

***
pic source

Di suatu kota, menjelang petang. 

Mika menutup lacinya perlahan lantas memutar kunci ke sebelah kiri sebanyak dua kali, kemudian berjalan menyusuri koridor untuk menuju mesin absensi sambil membetulkan letak earphonenya. Dia membiarkan suara David Cook meracuni pikiran kalutnya.

“Tumben jam segini sudah mau pulang,” ujar suara itu tiba-tiba.

Mika refleks membalik. Albara, –pemilik suara itu, laki-laki yang beberapa tahun belakangan menjadi tempat sampah dan teman curhatnya itu, sudah berdiri di belakangnya. Mika hanya tersenyum, kemudian meneruskan langkahnya disusul Bara.

Banyak yang mengatakan, mustahil bagi sepasang laki-laki dan perempuan untuk bisa membangun persahabatan tulus tanpa melibatkan perasaan, hati, atau cinta diam-diam. Namun kenyataannya, Mika dan Bara bisa menjalani itu. Atau setidaknya itu yang Bara rasa. Tidak pernah lebih. Pertanyaan setiap orang tentang “Kenapa kalian nggak pacaran?” bisa dengan singkat mereka jawab “Ah, ribet.” Dan kalau sudah begitu, orang-orang biasanya akan berhenti bertanya karena tahu alasan dibaliknya.

“Putus?” tanya Mika. “Lagi?”


“Au ah..”

“Ah elah. Ntar juga balikan.”

“Berisik lu..” ujar Bara sebal.

“Sesekali serius napa, Bar.”

“Diem. Kamu udah ngaca kan sebelum ngomong gini?”

Keduanya tertawa.

Mika tahu Bara sedang menyindirnya. Atau tepatnya sedang menertawakan diri mereka sendiri. Keduanya sama-sama tahu hubungan macam apa yang sedang mereka jalani saat ini. Mika dengan hubungan-putus-nyambung-yang-entah-mau-dibawa-kemana ala Armada dengan pacarnya. Dan, Bara dengan para wanita yang entah berapa banyak jumlahnya diluar sana, dengan alasan klasik, trauma ditinggal menikah oleh perempuan yang pernah jadi dunianya.

“Kamu nggak pengen punya hubungan yang wajar-wajar aja gitu?”

“Talk to my hand!” balas Bara.

Keduanya kembali tertawa berbarengan. 

Miris.

Mika cukup tahu hal yang dirasakan Bara sekarang tak jauh berbeda dengan yang dirasakannya. Hubungan yang sama-sama seakan menemui jalan buntu. 

“Sebenarnya kita ini memang terlalu cinta, nggak punya pilihan lain, atau cuma bodoh aja ya?” tanya Bara kemudian.

Mika tidak menjawab. 

Dan kali ini keduanya tidak tertawa. 

Ada dingin dan hening yang panjang. 

Bara mengacak rambut Mika. Kebiasaan dia kalau sudah tidak tahu lagi harus berbuat ataupun berkata apa.

"Kamu jangan manis-manis sama aku, nanti aku jatuh cinta kamu bisa kerepotan", ujarnya.

Sejurus kemudian mereka terdiam, saling tatap dan kemudian tertawa bersamaan.

Cinta sembilan puluh juta.


***

Mereka masih muda. 

Mereka saling cinta.

...tapi, tidak bisa bersama.

***



Tulisan ini didedikasikan untuk teman-teman korban SK25
dari Ujung Barat hingga Ujung Timur Indonesia
terutama temanku tersayang yang sedang galau-galaunya..


Halalkan atau ikhlaskan sembilan puluh juta..Jangan serius amat, ah.


*Cheers! :p