Jadi, kenapa?

Random Thought.

_________________________________________________________________________________

Membaca buku adalah salah satu pekerjaan paling sulit yang saya tahu — dan itulah alasan kenapa banyak orang tidak suka membaca buku. Bagi saya, dibandingkan menonton film, saya lebih suka membaca bukunya dulu. Ada proses menyenangkan saat membayangkan tokoh-tokoh dalam buku itu seolah menjelma nyata dalam imajinasi kita. Maka dari itu banyak sekali orang yang kerap kecewa ketika menonton film layar lebar yang diangkat dari buku yang sudah mereka baca.

Hanya saja, sayangnya tidak banyak dari kita yang mau merelakan sedikit waktu lebih lama untuk berproses. Kita cenderung lebih suka segala sesuatu yang cepat, singkat dan instan.

Good thing takes time.

Semacam itulah katanya kira-kira.

Klasik, ya?

Iya.

Hingga saat saya menulis ini, definisi bahagia versi saya masih sama.. Bahagia adalah saat saya berhasil meraih cita-cita, mengerjakan hal-hal yang saya suka, tanpa harus mengorbankan waktu saya dengan keluarga.

​Kembali lagi, semua cuma soal waktu. 

Keluar dari zona nyaman itu sulit, memang. Untuk berpindah dari satu pijakan ke pijakan lain yang terasa begitu asing itu pun sama.  

Allah kalau ngasih kejutan memang nggak tanggung-tanggung. Serius.

Everything still feels surreal.

Kadang sering ada selintasan pertanyaan 'Kenapa harus, Anggi?'. ​

Mungkin itu juga sebabnya kebanyakan dari kita kadang asal bicara tanpa memikirkan ada perasaan lain yang juga perlu kita jaga. Jaga tutur kata, eliminasi pemikiran yang tidak baik. Yang seharusnya tidak diucapkan, ya jangan diucapkan. Gitu.

​Dan semua hal yang tidak saya sebutkan di sepanjang tulisan ini sudah cukup untuk membuat kita — atau setidaknya saya — percaya bahwa setiap kata bisa mewujud jadi doa yang nyata. 


Jadi, kenapa harus Anggi?

Karena bukan Angga.



Life should be that simple, right?



*random.
**sorry.