PERIHAL AKSI #212

Adalah sebuah tulisan yang konon ditulis oleh seorang Arsitek juga Urban planer lulusan sebuah Universitas ternama di Bandung Tahun 93 silam, yang seiring dengan riuhnya pemberitaan di berbagai media masa begitu viral digemakan, termasuk sosial media.


***


Saya anggap dunia adalah soal bagaimana hidup dan cari kehidupan.. bagaimana menikmati dan lebih baik dari manusia lain, bagaimana bisa punya status baik, dihargai dengan apayangdipunya dan sedikit jalan-jalan menikmati dunia..

Saya anggap orangyangmaju dalam agama itu adalah yang berfikiran luas dan penuh toleransi, saya anggap tak perlulah terlalu fanatis akan sesuatu, tak perlu reaktif akan sesuatu, keep calm, be cool... Janganlah sesekali dan ikutan jadi orang norak... ikut kelompok jingkrang-jingkrak dan entah apalah itu namanya.

Saya tak ikut aksi bela agama ini itu kalian jangan usil, jangan dengan kalian ikut saya tidak, artinya kalian masuk syurga saya tidak! Saya ini beragama lho, saya ikut berpuasa, saya bersedekah dan beramal.. Saya bantu orang-orang, bantu saudara-saudara saya juga,, jangan kalian tanya-tanya soal peran saya ke lingkungan, kalian lihat orang-orang respek pada saya, temanpun saya banyak...tiap kotak sumbangan saya isi.

Saya masih heran, apa sih salah seorang ahok? Dia sudah bantu banyak orang, dia memang rada kasar tapi hatinya baik kok, saya hargai apa yang sudah dia buat bagi Jakarta... Saya anggap aksi ini itu hanya soal politis karena kebetulan ada pilkada, saya tak mau terbawa arus seperti teman-teman kantor yang tiba-tiba juga mau ikut aksi, saya anggap itu berlebihan dan terlalu cari sensasi... paling juga mau selfie-selfie.




Sampai sore ini dalam gerimis saat saya ada di jalan, dalam mobil menuju tempat miting, dalam alunan musik barat saya berpapasan dengan rombongan pejalan kaki, saya melambat, mereka berjalan tertib, barisannya panjang sekali, pakai baju putih-putih, rompi hitam dan hanya beralas sendal,, muka mereka letih, tapi nyata kelihatan tidak ada paksaan sama sekali di wajah-wajah itu.. mereka tetap berjalan teratur, memberi jalan ke kendaraan yang mau melintas, tidak ada yang teriak, berl Saya  arogan dan aneh-aneh atau bawa aura mirip rombongan pengantar jenazahyangugal-ugalan.... Ini aneh, biasanya kalau sudah bertemu orang ramai-ramai dijalan aromanya kita sudah paranoid, suasana panas dan penuh tanda tanya negatif....

Sore ini, di jalan saya merasa ada kedamaian yang terlihat dan saya rasa melihat wajah-wajah dan baju putih mereka yang basah terkena gerimis... Papasan berlalu, saya setel radio lain... Ada berita, rombongan peserta aksi jalan kaki dari Ciamis dan kota-kota lain sudah memasuki kota, ada nama jalanyangmereka lalui... sayasambungkan semua informasi, ternyata yang saya berpapasan tadi adalah rombongan itu... Saya tertegun... Lama saya diam, otak serasa terkunci, analisa saya soal bagaimana orang beragama sibuk sekali mencari alasan, tak saya temukan apa pun yang sesuai dengan pemikiran saya, apa yang membuat mereka rela melakukan itu semua? Apa kira-kira?

....Saya makin sibuk berfikir. Apa menurut saya mereka itu berlebihan? Rasanya tidak, saya melihat sendiri muka-muka ikhlas itu.. Apa mereka ada tujuan politik? Saya rasa tidak, kebanyakan orang sekarang memcapai tujuan bukan dengan cara-cara itu.. Apakah orang-orang dengan tujuan politik yang gerakkan mereka itu? Saya hitung-hitung, dari informasi akan ada jutaan peserta aksi, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu kalau ini tujuan kelompok tertentu...

Angkanya fantastis, rasanya mustahil ada yang mau ongkosi karena nilainya sangatlah besar...
Saya berfikir, dalam mobil, masih dalam gerimis kembali berpapasan dengan kelompok lain, berbaju putih juga, basah kuyup juga... Terlihat di pinggir-pinggir jalan anak-anak sekolah membagikan minuman air mineral ukuran gelas, sedikit kue-kue warung ke mereka, sepertinya itu dari uang jajan mereka yang tak seberapa.... Saya terdiam makin dalam... Ya Allah... Kenapa saya begitu buruk berfikir selama ini??? Kenapa hanya hal-hal jelek yang mau saya lihat tentang agama saya sendiri... Kenapa dengan cara pandang saya soal agama??

Saya  mampir ke masjid, mau sholat ashar... Saya  lihat sandal-sendal jepit lusuh banyak sekali berbaris... Saya  ambil wudhu... Kembali, di teras, kali ini saya bertemu rombongan tadi, mungkin yang tercecer,, muka mereka lelah sekali, mereka duduk, ada yang minum, ada yang rebahan, dan lebih banyak yang lagi baca Quran... Hmmm. Saya  sholat sendiri, tak lama punggung saya dicolek dari belakang, tanda minta saya jadi imam, sayacium aroma tubuh-tubuh dan baju basah dari belakang.... Saya takbir sujud,, ada lagi yang mencolek. Nahh....Kali ini hati saya yang dicolek, entah kenapa... hati saya bergetar sekali, saya sujud cukup lama, mereka juga diam... Saya bangkit duduk, saya tak sadar ada air bening mengalir dari sudut matak... Ya Allah... saya tak pantas jadi imam mereka. Saya belum sehebat, setulus dan seteguh mereka....

Bagi saya agama hanya hal-hal manis, tentang hidup indah, tentang toleransi, humanis, pluralis, penuh gaya , in style.. bla bla bla... Walau ada hinaan ke agama saya harus tetap elegan, berfikiran terbuka...  Kenapa Kau pertemukan mereka dan saya hari ini ya Allah, kenapa saya Kau jadikan saya imam sholat mereka?? Apa yang hendak Kau sampaikan secara pribadi?? Hanya 3 rakaat saya imami mereka,, hatiku luluh ya Allah.... mata Saya  merah nahan haru... Mereka colek lagi punggung saya, ada anak kecil usia belasan cium tanganku, mukanya kuyu tapi tetap senyum.. agak malu-malu saya peluk dia, dada saya  bergetar tercium bau keringatnya, dan itu tak bau sama sekali...

Ini bisa jadi dia anakku juga,. Apa yang telah kuajarkan anakku soal islam? Apakah dia levelnya sekelas anak kecil ini?? Gerimis saja saya suruh anakku berteduh... dia demam sedikit saya panik... saya nangis dalam hati.... di baju putihnya ada tulisan nama sekolah. SMP Ciamis... Ratusan kilo dari sini.... kakinnya bengkak karena berjalan sejak dari rumah, dia cerita bapaknya tak bisa ikut karena sakit dan hanya hidup dari membecak, bapaknya mau bawa becak ke jakarta bantu nanti kalau ada yang capek, tapi dia larang... Saya dipermalukan berulang-ulang di masjid ini... Saya sudah tak kuat, ya Allah...

Mereka bangkit, ambil tas-tas dan kresek putih dari sudut masjid, kembali berjalan, meninggalkan saya sendirian di masjid, rasa2nya melihat punggung-punggung putih itu hilang dari pagar masjid saya seperti sudah ditinggal mereka yang menuju syurga... Kali ini saya yang norak, saya sujud, lalu saya sholat sunat dua rakaat, air mata saya  keluar lagi.... kali ini cukup banyak, untung lagi sendirian..
Sudah jam 5an, lama saya di masjid, serasa terkunci tubuh di sini... miting dengan klien sepertinya batal... Saya mikir lagi soal ke islaman saya, soal komitmen saya ke Allah, Allah yang telah ciptakan saya, yang memberi ibu bapak rejeki, sampai saya dewasa dan bangga seperti hari ini.... dimana posisi pembelaan ke agama saya  hari ini??? Ada dimana? Iman saya sudah saya buat nyasar di mana? Saya  naik ke mobil, saya mikir lagi. Kali ini tanpa rasa curiga, saya rasa ada sumbat besar yang telah lepas dalam benak selama ini... Ada satu kata, sederhana sekali tanpa bumbu-bumbu... Ikhlas dalam bela agama itu memang nyata ada...

Saya  mampir di minimarket, kali ini juga makin ikhlas, makin mantap... Saya beli beberapa dus air mineral, makanan kering, isi dompet saya habiskan penuh emosional.... Ini kebanggan saya yang pertama dalam hidup saat beramal, saya bahagia sekali... Ya Allah ijinkan saya kembali ke jalanMu yang lurus, yang lapang, penuh kepasrahan dan kebersihan hati.... Ya Allah ijinkan saya besok ikut Shalat jumat dan berdoa bersama saudara-saudara saya yang sebenarnya. Orang-orang yang sangat ikhlas membelaMu... Besok, tak ada jarak mereka denganMu ya Allah...saya juga mau begitu, ada di antara mereka, anak kecil yang basah kuyup hari ini.... tak ada penggargaan dr manusia yang diharap, hanya ingin Kau terima sujudku... Mohon Kau terima dengan sangat... Bismilahirahmanirahiim....




***


Tangan saya bergetar selagi membaca tulisan ini.

Walaupun tidak terisak, air dari mata saya tidak berhenti mengalir dari pelupuknya.

Melihat setiap penyiaran diberbagai media. Bahkan dalam selemah-lemahnya iman dan seawam-awamnya ilmu agama seperti saya sekalipun, setiap yang menyaksikan dibuat gemetar dibuatnya.

Paling tidak kita belajar, betapa saat ini media berpengahur besar dalam membentuk opoini masyarakat. Yang bisa dilakukan mungkin bersikap bijak terhadap aneka pemberitaan, lantas menelaah dan berpikir sejenak. Saya cuma percaya, Allah akan memberikan kemenangan untuk setiap kebaikan. 

Sore ini, senyum dan tangis itu bersatu padu dalam sebuah bingkai utuh mengharu biru.

Semoga Allah ridho, it's more than just enough. Insha Allah.



Terima kasih, Pak. Mungkin melalui tulisan Bapak ini Allah juga mencoba mengingatkan saya. 


....Sekali lagi, terima kasih.



Bangka Bagian Selatan
.....awal Desember, 2016