MENULARKAN KEBAHAGIAAN


Terilhami dari beberapa kejadian yang saya alami dalam minggu ini, mendadak saya ingin menulis. Setidaknya dengan menulis ini saya tidak akan lupa atau suatu hari nanti saya akan ingat cerita ini saat membaca older-page blog ini kembali. 

Saya percaya bahwa e​very single person takes responsibility for what they have done, gitu. Jadi dibandingkan percaya adanya karma, saya lebih meyakini bahwa setiap hal yang kita lakukan, sekecil apapun itu, akan kembali lagi ke diri kita sendiri. Semacam apa yang kamu tanam, itu yang kelak akan kamu tuai, kan?


Beberapa minggu ini saya merasa sangat moody, beberapa hal kecil bisa membuat mood saya kacau balau, asli. Hingga minggu lalu, saat hendak pergi ke kantor entah kenapa sembari melihat kaca saya berlatih tersenyum pada bayangan sendiri dan tanpa sadar itu membuat saya happy.

Sepanjang jalan, sambil mengendarai sepeda motor, orang-orang dari arah berlawanan tersenyum ke arah saya. Saya mengerutkan kening bingung. Hingga saat tiba di kantor satu per satu orang bilang muka saya sumringah, nampak sangat bahagia sekali. Mungkin karena mood saya pagi itu nampak bahagia, sehingga orang-orang yang melihat juga ikut tersenyum.

Beberapa hari lalu saya sempat membaca sebuah broadcast message via Whatsapp yang judulnya Kebahagiaan itu Menular. Cerita soal seseorang yang memulai harinya dengan bahagia dan kemudian tanpa disadarinya mempengaruhi setiap orang yang hari itu berhubungan dengan dia.

Terhitung hampir dari 2 tahun lalu saya belajar untuk menjadi versi lebih baik dari diri saya sebelumnya. Belajar menanamkan pikiran positif kepada diri sendiri, belajar lebih santai dan tidak 'sembarangan', belajar mencerna sesuatu dengan lebih matang. Karena saya tidak ingin salah langkah, karena saya tidak ingin merasa menyesal, lagi. Semoga kali ini juga demikian. 

Kadang sering merasa capek sendiri, lantas sadar bahwa ketidaksanggupan hanyalah sebuah fase untuk menyadarkan kita bahwa kita adalah manusia. Gitu, kan? Di titik itulah biasanya kita baru menemukanNya sebagai satu-satunya tempat bergantung, tempat untuk menyandarkan segala urusan.

Diluar segala pencapaian yang saya rasa sudah saya capai, saya rasa kita belum mencapai titik tertinggi dari memperjuangkan sesuatu ketika kita belum pernah berupaya merelakan dan belajar berdamai dengan kenyataan; apapun itu.

​Ketika seseorang mengecilkan 'angka cukupnya', maka setiap kelebihan akan menjadi kata syukurnya.

Saya selalu berdoa, semoga saya senantiasa dikelilingi oleh orang-orang yang mau mengajari saya menjadi versi lebih baik dari diri saya sendiri, dikelilingi oleh orang yang mau mengajari saya selalu berpikiran positif, dikelilingi orang-orang yang selalu bisa menularkan kebahagiaannya.

Bagaimanapun memang, karena takdir tidak selalu dapat sesuai rencana, itu sebab mengapa disetiap do'a selalu ada kata semoga, kan?



Menjelang akhir Maret,
Mendung dan semoga hujan seharian..