PENGALAMAN KEDUA OPERASI BEDAH GIGI DAN MULUT; IMPAKSI!

Yes, akhirnya setelah maju mundur bertahun-tahun memberanikan diri lagi ke dokter gigi buat check up karena rasanya semakin nggak nyaman sama tumbuhnya gigi bungsu alias gigi geraham yang paling ujung. Belum lagi sakit kepala yang kian menjadi-jadi kalau saat giginya nyut-nyutan, rasanya ingin makan orang kalau lagi kayak gitu.

Sebelumnya saya pernah juga melakukan cabut gigi di Dokter Spesialis Bedah Gigi dan Mulut tahun 2017 lalu di RS Santo Boromeus Bandung. Dulu saking nggak nyamannya sampai bela-belain pulang ke Bandung dan cuti seminggu buat cabut gigi ini. Hm! Prosesnya memang agak ribet sih, berhubung juga kurang paham gimana prosedur yang betul untuk bisa klaim gigi di rumah sakit langganan kantor yang ternyata harus pakai rujukan ini-itu dan lain hal sebagainya.

Awalnya saya ke Dokter Gigi di Klinik Jaya Abadi, lalu dirujuk ke Pramita Riau untuk Rontgent Panoramic Gigi. Lalu kembali lagi ke Dokter Gigi untuk dirujuk lagi ke Dokter Spesialis Bedah Gigi dan Mulut. Awalnya memang mau ke RS Santosa juga tapi ternyata rujukannya harus dari Dokter Klinik kantor, haduh riweuh pokoknya. Sampai akhirnya memutuskan cabut di RS Boromeus aja. 

Nah pengalaman kedua cabut gigi Impaksi kali ini juga lumayan sih, lumayan makan waktu dan tenaga, untungnya dicover kantor lagi biayanya! Alhamdulillah.


Dulu saat cabut Gigi Bungsu bagian kiri atas sebetulnya sudah keliatan dan dibilang oleh dokternya bahwa kedua gigi bungsu ini kemungkinan tumbuhnya akan 'nabrak' dan harus dicabut juga, tapi saat itu posisinya giginya belum tumbuh sama sekali jadi ya udah nanti aja dipikirinnya, saya bilang. Nah masalahnya adalah gigi kanan bawah ini tumbuhnya betul-betul ibarat nyelip, nanggung, antara ada dan tiada, dia ada dipojokan yang mana muncul sedikit jadinya mengganggu. Belum lagi saya yang rasanya belum pernah ngerasa sakit gigi, belakangan ini selalu ngerasa ngilu tiap kali makan atau minum yang manis. Duh, mungkin ini yang dibilang orang sakit gigi karena giginya bolong, pikir saya.

Setelah diperiksa di Dokter Gigi kantor, ternyata gigi saya sama sekali nggak ada yang bolong, katanya itu bisa jadi karena gigi-gigi bungsu yang tumbuhnya nggak seharusnya ini jadi menggeser gigi sebelahnya hingga menyebabkan ada rongga antara gigi. Lalu saya diberi rujukan ke Pramita untuk rontgent panoramic lagi untuk bisa lihat posisi giginya. Singkat cerita 2 hari setelah kontrol saya kembali dan dokter malah menyarankan agar gigi yang kanan bawah dulu yang dicabut. Berhubung saya merasa lebih kurang nyaman dengan posisi tumbuhnya gigi yang kiri, saya bilang untuk bisa dicabut dulu yang kiri dengan catatan setelah Idul Fitri diusahakan agar yang kanan juga segera dicabut. 

Berbekal surat rujukan, hasil rontgent panoramic dan niat yang kuat akhirnya saya ditemani Suami pergi ke RS Santosa untuk operasi cabut gigi. Berbekal pengalaman sebelumnya, pun juga mencari tahu prosesnya agar nggak ribet, akhirnya sampailah saya di depan ruangan drg. Rahmat Babuta, Sp.Bm (Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut).

Menurut saya dokternya asyik, tapi terlalu 'to the point', lihat hasil rontgent langsung eksekusi sambil nyanyi-nyanyi. Biar gak tegang kali ya. Tapi tetep aja sih, apalagi saat diawal mau dibius, itu jarum suntik berasa banget sakit disuntikin di antara gusi dan mungkin sela gigi (?) entah apa pokoknya sakit haha terus ngerasa nyesel sosoan berani mau cabut segala. Nggak lama setelah itu gusi, pipi dan rahang rasanya kebas dan dokter mulai ambil perlengkapan mulai dari semacam obeng, tang dan bor yang keliatannya biasa untuk bersihkan karang gigi.

Prosesnya sendiri kayanya cepet banget, nggak sampai 15 menit pokoknya, setelah cabut disuruh kumur-kumur. Dikasih penjelasan sedikit lalu disuruh selesaikan administrasi. Udah. Selesai. Hmm, cuma kalau boleh sedikit curhat sih saya ngerasa kurang sreg sama pelayanannya, mulai dari susternya yang nggak jelas ngasih arahan, ditanya jawabnya kayak yang ogah-ogahan gitu, at least selama beberapa kali berobat setidaknya say 'Lekas sembuh ya ibu, semoga sehat selalu' sambil senyum sebelum pasiennya pulang. Ini sama sekali nggak ada, malahan saya sempet mematung dulu dibelakang dokter dan suster karena saya kira masih ada yang mau diresepin atau dibuat pengantar untuk kontrol karena semua diem sibuk sendiri, nah setelah saya tanya baru deh susternya jawab untuk langsung ke bagian administrasi. Oemji.

Setidaknya menurut saya gini, walaupun pakai masker, kita bisa nilai kok gimana perlakuan orang lain ke kita dari nada bicara, mimik wajah dibagian yang tidak tertutup masker, dan eye contact. Menurut saya loh ini. 

Tapi kalau bicara soal pelayanan dan tindakan operasi hingga penyelesaian administrasi sih saya rasa sudah cukup bagus di RS Santosa ini. Hmm, sekarang jadinya mikir dua kali untuk cabut gigi yang di bagian kiri bawah apakah mau ke Dokter yang sama atau pindah. 

Update terbaru dari kabar si gigi sendiri sekarang alhamdulillah sudah jauh sangat membaik, hanya saja paling karena asalnya ada 'sesuatu' disitu lalu dicabut jadi menyisakan semacam rongga kosong yang sering bikin nyelip kalau makan, haha. 

Yuk yuk yuk kumpulin niat dan keberanian lagi untuk cabut gigi satunya, berhubung informasi dari dokter kantor dan dokter rahmat kalau gigi yang satu itu prosesnya bisa jadi lebih lama dan lebih sakit mengingat posisinya yang masih tertanam dan plek nabrak gigi sampingnya. 

Bismillah.