VANIA FEBRIYANTIE, SOSOK DIBALIK TRANSFORMASI LAHAN PRODUKTIF DENGAN SENI TANI

Sudah sejak lama terpukau dengan adanya program-program dari Astra yang peduli demi kebangkitan Indonesia. Dengan tema "Bangkit Bersama Untuk Indonesia" pada Anugrah Pewarta Astra Tahun 2022 ini mengajak setiap anak bangsa untuk menebar inspirasi kepada masyarakat dengan menceritakan kisah-kisah inspiratif dari para penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards, penggerak Kampung Berseri Astra atau penggerak Desa Sejahtera Astra yang menggambarkan semangat untuk kebangkitan Indonesia.

Lalu berkelanalah saya membuka e-Booklet (link disini) yang ternyata berisi 565 penerima SATU Indonesia Awards (87 penerima tingkat nasional dan 478 penerima tingkat provinsi) dan tokoh penggerak di 170 Kampung Berseri Astra atau  1060 Desa Sejahtera Astra yang tersebar di seluruh Indonesia dalam menghadapi tantangan disekitarnya. Wow, satu kata itu yang terbesit dibenak saya saat itu..

Diantara sekain banyak cerita inspiratif yang saya baca, lalu sampailah saya di salah satu sosok yang berkecimpung di kota yang sama dengan yang saya tinggali, Bandung. Adalah Seni Tani, sebuah istilah urban farming sosial enterprises untuk usaha pertanian urban. Penggagasnya yakni sepasang anak muda, Vania dan Galih, yang memulai menggarap lahan kosong di daerah Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung menjadi sebuah lahan produktif yang bermanfaat. 

Adanya pandemi Covid-19 di awal Tahun 2020 lalu memang sedikit banyak membawa dampak, tidak hanya negatif akan tetapi juga dampak positif. Bermula dari inisiatif untuk memberi ide penciptaan lapangan kerja serta mewujudkan ketahanan pangan ditengah aneka kacaunya situasi saat pandemi, Seni Tani ini menjadi jawaban terhadap situasi ekonomi yang melambat. 

Berawal dari kejelian anak-anak muda melihat banyaknya lahan tidur milik Pemkot Bandung, dari November 2020 lahan tidur yang dimanfaatkan untuk menjadi kebun sayur agar menjadi lebih produktif  sampai saat ini jumlahnya ada sekitar 680 m2. Berkolaborasi dengan komunitas Pupuk Kebun, dimana Vania juga tergabung didalamnya, mereka mengolah lahan tidru di area sekitarnya menjadi lahan yang produktif, yaitu kebun pangan. Konon dalam jangka waktu 1 tahun itu Seni Tani telah menghasilkan sayuran lebih dari 150 kg saat itu, jika diakumulasikan hingga saat ini pasti jumlahnya lebih banyak lagi. 

Nah ternyata, selain memanfaatkan lahan tidur pemerintah, mereka juga menyewa lahan milik pribadi yang belum dibangun. Sejak Januari sampai Juni 2021 lalu, Seni Tani sudah menghasilkan 200 kilogram sayuran dari berbagai macam jenis dari lahan ini. Sayuran yang dihasilkan pun beraneka ragam jenis yang ditanam secara alami, tanpa menggunakan pupuk dan pestisida sintetis.


Berkat unggahan Vania dan tim terkait dengan kegiatan ini di sosial media, ternyata banyak sekali masyarakat sekitar Arcamanik yang ingin ikut membantu mengolah lahan tidur dan menawarkan diri menjadi relawan. Keren ya!

Menurut saya pribadi sebagai orang awam, membangun sebuah sistem itu bukanlah hal yang mudah. Nah dari hasil tani tadi ternyata didistribusikan melalui Kelompok Tani Sauyunan dengan mengadaptasi sistem CSA, Community Supported Agriculture, sebuah sistem terintegrasi yang mendekatkan petani dengan masyarakat, menciptakan pangan lokal yang sehat serta lingkungan yang semakin lestari. Dalam sistem ini anggola kelompok membayar di awal bulan sebelum benih sayur ditanam. dengan hal tersebutlah petani urban mendapat kepastian, advance payment sebelum panen. Kerennya lagi, setelah musim tanam atau panen, para petani mendapatkan dua kali pengiriman hasil panen sayur yang berisi enam sampai delapan jenis sayuran. Siapa tau tertarik untuk bergabung, penjelasan lebih lanjut bisa mengunjungi IG-nya ya..

sumber foto : IG @kamisenitani

Kisah lainnya yang tercipta dibalik pandemi Covid-19, yakni saat wilayah Arcamanik yang merupakan daerah yang paling tinggi terdampak sehingga mengakibatkan kegiatan berkebun sempat diliburkan. Berbagai upaya dilakukan agar kebun tetap bisa mendapatkan pupuk dan kebutuhan lain. Hal itu harus dilakukan agar kegiatan ini berlangsung terus-menerus dan mampu memberikan manfaat pangan untuk orang-orang yang menggarapnya.

Lalu ada satu lagi cabang program baru yang bernama Tani Berdaya. Program ini ternyata disponsori oleh Pupuk Kujang, yang memberikan fasilitas berupa green house, pupuk, dan bibit agar mereka bisa kembali berkebun. 

Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Bandung juga meminta Seni Tani untuk dapat membantu mengelola pertanian yang berdampak secara ekonomi. Termasuk juga pemberdayaan pemuda-pemuda kota juga jadi salah satu concern mereka yang ternyata selaras dengan program pemerintah yang sedang menggalakkan petani milenial. Secara langsung apa yang dilakukan dengan adanya Program ini tentu menjadi sebuah inspirasi bagi kita semua atas semangat untuk kebangkitan Indonesia pada umumnya.

Lebih lanjutnya lagi, Vania dan tim berhasil melakukan kerjasama dengan 10 kedai kopi untuk dapat memanfaatkan ampas kopi sebagai bahan baku kompos. Adapun sebanyak tiga ton kompos yang sudah dihasilkan dipakai di lahan dan sisanya dibagikan kepada warga yang memerlukan.

Sampailah saya pada menu search di explore instagram, Vania Febriyantie, tulis saya. Awalnya hanya membuka satu-persatu postingan hingga akhirnya lama tenggelam dalam seluruh rangkaian post hingga insight yang dibuat highlight. Menyelami satu persatu cerita yang diceritakannya melalui media ini. Saya tenggelam, terpesona dengan kisahnya dalam membangun membuat Seni Tani ini.

Hingga saya sampai pada postingan Januari 2020, begini katanya..

Kembali ke Kebun

Kembali berefleksi, dimana pada usia 23 tahun diri memlilih berjuang melawan rasa malas untuk bangun pagi, mengorbankan rasa takut kulit menghitam untuk belajar bersama para guru petani. Saat itu kusebut diriku kakak tani bersepatu boots merah.

Waktu bergulir, diri ini memilih untuk berpindah haluan, mencoba membangun suatu tempat untuk membangun para teman-teman petani organik menjual hasil panennya. Diawali dengan mendesign logo dan membangun value didalamnya penuh dengan sukacita, berharap fairtrade menjadi salah satu tonggak disana. tentu tidak akan terjadi tanpa adanya kehadiran dan dukungan tokoh-tokoh di sekitar. Jadilah tempat itu bernama @warung1000kebun, dan kusebut diriku kakak warung.

2 tahun ini dirasa sudah cukup, mempelajari dan memahami bagaimana kehidupan di hilir dengan segala pergerakan yang cepat hingga lupa berpijak, lupa menikmati proses dan berevaluasi, dengan tantangan dan persaingan yang sangat dihindari namun ternyata timbul tanpa diduga.

Waktu bergulir lagi, benar adanya suatu saat yang satu frekuensi akan menjadi tidak se-frekuensi. Bisa jadi langkah yang sama namun nasibnya berbeda. Adakalanya kita menemukan, mneikmati, menjaga dan terkadang akhirnya perlu melepaskan..

2020 kini saatnya kembali mengakar. Bersama @galih.radityaa mencoba menumbuhkan @kebun.akaran, bagi kami ini adalah suatu harapan untuk kembali menumbuhkan akar pada jiwa agar tak goyah dan tenang, tetap membumi dengan menyadari tiap proses dengan bekerjasama dengan semesta.

Ntahlah mau kusebut diri ini apa, Bisa jadi disebut kaka ber-gimik, karena akan banyak berbicara ketika memandu workshop.

Bisa jadi kaka tani karena menanam sumber makanan sendiri adalah salah satu impian dari sekian ribu impian.

Bisa jadi kaka tukang sayur karena harus berdagang hasil panen.

Bisa jadi kaka koki / kaka seniman dengan mengolah makanan dari hasil panen sendiri yang mungkin bisa jadi satu karya seni yang menciptakan cita rasa dan estetika yang berbeda dari yang lain.

Namun disaat tertentu pula bisa menjadi adik atau anak murid yang seperti botol kosong, tidak tau apa-apa, yang akan banyak diam, mengamati dan mendengar secara mendalam untuk memahami. Doakan kami ya.

....tulisnya.

Dari post terbarunya juga disebutkan bahwa ia mendapatkan kesempatan untuk menjadi salah atu peserta short course di @australiaawards "Suistainable Agrifood Systems", yang seakan mendukung misi Seni Tani untuk bisa terus menciptakan sistem pangan berkelanjutan di perkotaan. 

sumber foto : IG @kamisenitani

Sesuai visinya, mereka ingin menciptakan akses pangan yang sehat dan dekat untuk warga kota, supaya tidak ada lagi yang kelaparan. Seni Tani tidak hanya memperhatikan keuntungan saja, tetapi juga menaruh kepedulian terhadap orang-orang yang berperan penting pada keberlangsungan social enterprisenya. Dari Seni Tani ini membuktikan bahwa untuk dapat memulai berkebun tidak harus selalu memerlukan satu lahan yang luas atau lapang, bahkan kita bisa berkebun dengan lahan berukuran 1x1 meter  pun kita sudah bisa membuat lahan produktif untuk dirumah sendiri. 

Karena kegigihannya dalam membangun Seni Tani, tidak heran ia berhasil mendapatkan anugerah SATU Indonesia Awards 2021. Dengan memenangkan award tersebut, Vania berharap Seni Tani terus berkembang untuk memajukan pertanian kota, khususnya kota Bandung. Tak hanya penting untuk wacana permasalahan iklim, pertanian kota juga merupakan solusi berkelanjutan dalam ketahanan pangan warga kota.

Gerakan kami masih terbatas, tapi kami yakin untuk menciptakan suatu perubahan tentu perlu diawali dengan langkah kecil. Mari kenali sepenuh hati, selaras dalam kolaborasi, tulis Seni Tani dalam postingannya. Semoga Seni Tani semakin bertumbuh dengan akar yang kuat dan tegap berdiri, menjalar dan menebarkan lebih banyak lagi kebaikan untuk bumi dan kian berkelanjutan. 

Membaca kisah perjuangan 'membangun' Seni Tani ini membuat saya menyadari bahwa bahkan satu hal yang mungkin kecil dan tidak terpikirkan sesungguhnya bisa membawa manfaat yang sungguh besar untuk lingkungan sekitar, setara seperti sebuah semangat untuk kebangkitan Indonesia dalam wujud yang berbeda 💚

Semoga diberikan yang terbaik dan senantiasa terus menebar kebaikan.


...Semoga, aamiin.